UANG
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang uang dalam pandangan Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1. Kata “uang” (menurut KBBI V) dapat
diartikan “alat tukar atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah,
dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa emas, perak, atau logam lain
yng dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu”, “harta”, “kekayaan”, dan
“sepertiga tali (=81/3 sen uang zaman Hindia Belanda)”.
2. Uang dapat diartikan sebagai “harta”, “
kekayaan”, dan “nilai tukar bagi sesuatu”, dan berbeda dengan dugaan sebagian
orang yang beranggapan bahwa Islam kurang menyambut baik kehadiran uang, pada
hakikatnya pandangan Islam terhadap uang dan harta amat positif.
3. Manusia diperintahkan Allah untuk mencari
rezeki bukan hanya yang mencukupi kebutuhannya, tetapi Al-Quran memerintahkan
untuk mencari sesuatu yang diistilahkannya “fadhl” Allah, yang arti harfiahnya
adalah “kelebihan yang bersumber dari Allah”.
4. Al-Quran surah Al-Jumu'ah (surah ke-62)
ayat 10.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا
مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan salat (Jumat), maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah “fadhl” (karunia/kelebihan/rezeki) Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.
5. Kelebihan karunia tersebut dimaksudkan
agar yang memperoleh rezeki dapat melakukan ibadah secara sempurna dan dapat
membantu kepada pihak lain yang kekurangan.
6. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat
5 menyatakan “harta” atau “uang” dinilai oleh Allah sebagai “qiyaman” (sarana
pokok kehidupan).
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ
لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا
مَعْرُوفًا
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
7. Ajaran Islam memerintahkan untuk
menggunakan uang pada tempatnya secara baik, tidak memboroskannya, dan
memerintahkan untuk menjaganya, bahkan Al-Quran melarang pemberian harta kepada
pemiliknya sendiri, apabila sang pemilik dinilai boros dan tidak pandai
mengurus hartanya secara baik.
8. Al-Quran memerintahkan siapa pun yang
melakukan transaksi utang piutang, agar mencatat jumlahnya, jangan sampai
tercecer, hilang, atau berkurang.
9. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2
ayat 282) adalah ayat terpanjang dalam Al-Quran yang menyatakan agar menuliskan
transaksi keuangan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ
أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ ۚ
وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ ۚ فَلْيَكْتُبْ
وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا
يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا ۚ فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ
ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ
بِالْعَدْلِ ۚ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ ۖ فَإِنْ لَمْ
يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ
الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَىٰ ۚ
وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا ۚ وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ
صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَىٰ أَجَلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ
وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَىٰ أَلَّا تَرْتَابُوا ۖ إِلَّا أَنْ تَكُونَ
تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا
تَكْتُبُوهَا ۗ وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ ۚ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا
شَهِيدٌ ۚ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ
اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah
ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan,
maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil;
dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu,
(Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
10. Jika diperlukan meminta bantuan kepada
notaris untuk mencatatnya, maka Allah berpesan kepada notaris dan orang yang
melakukan transaksi agar tidak saling merugikan.
11. Al-Quran memandang uang dan harta
bertitik tolak dari pandangannya terhadap naluri dan fitrah manusia, karena
Al-Quran memperkenalkan agama Islam sebagai agama yang fitrah, artinya ajaran
Islam sejalan dengan jati diri manusia, termasuk dalam bidang harta dan
keuangan.
12. Al-Quran surah Ali 'Imran (surah ke-3)
ayat 14 menyatakan naluri manusia adalah cinta kepada lawan seksnya, anak-anak,
dan harta kekayaan yang banyak.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).
13. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 180.
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ
خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا
عَلَى الْمُتَّقِينَ
Diwajibkan atasmu, apabila
seorang di antaramu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika dia meninggalkan harta
yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
14. Al-Quran menyebutkan “harta yang banyak”
sebagai “khair”, yang arti harfiahnya “kebaikan”, berarti harta kekayaan adalah
sesuatu yang dinilai baik, sehingga cara memperoleh dan penggunakannya harus
baik, jika manusia mengabaikannya maka hidupnya akan sengsara.
15. Daya tarik uang dan harta kekayaan sering
kali menyilaukan mata dan menggiurkan hati.
16. Berulang-ulang Al-Quran dan hadis Nabi
memperingatkan agar manusia tidak tergiur oleh kegemerlapan uang dan diperbudak
oleh harta kekayaan, sehingga menjadi lupa akan fungsinya sebagai hamba Allah
dan khalifah di bumi.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.







0 comments:
Post a Comment