Sunday, November 7, 2021

11553. PRO DAN KONTRA ARTI TAKDIR ALLAH

 



PRO DAN KONTRA ARTI TAKDIR ALLAH

Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM

 

 

Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan mengganti Khalifah Ali bin Abi Thalib.

 

Dia menulis surat kepada sahabat Nabi, Al-Mughirah bin Syu’bah.

 

Dan bertanya,

 

“Apakah doa yang dibaca Nabi tiap selesai salat?"

 

  Jawabannya Nabi berdoa,

 

”Tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya.

 

Wahai Allah tidak ada yang mampu menghalangi apa yang engkau beri.

Tidak ada yang mampu memberi apa yang Engkau halangi.

Dan tidak berguna upaya yang bersungguh-sungguh.

Karena semua bersumber dari-Mu”.

 

Doa ini dipopulerkan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan.

 

Untuk memberikan kesan.

Bahwa segala sesuatu telah ditentukan Allah.

 

Dan tidak ada usaha manusia sedikit pun.

 

Kebijakan memopulerkan doa ini.

Dinilai oleh sebagian ulama sebagai:

 “bertujuan politis”.

Karena dengan doa itu.

 

Para penguasa Dinasti Umayah.

Melegitimasi kesewenangan pemerintahan mereka.

 

Sebagai kehendak Allah.

 

Sebagian ulama menolak pandangan itu.

 

Sehingga secara sadar atau tidak.

 

Mengumandangkan pernyataan “la qadar”.

 

Artinya “tidak ada takdir”.

 

 Karena manusia bebas berbuat apa saja.

 

Bukankah Allah  menganugerahkan manusia.

 

Untuk bebas memilih dan memilah?

 

    Mengapa manusia harus dihukum.

 

Jika dia tidak punya kebebasan?

 

Bukankah Allah sendiri menegaskan,

 

“Siapa ingin beriman.

Silakan beriman.

 

Dan siapa ingin kafir.

Silakan kafir.

 

 

Al-Quran surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 29.

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

 

Dan katakan:”Kebenaran datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa ingin (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa ingin (kafir) biarlah dia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang zalim  neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka minta minum, niscaya mereka diberi minum dengan air seperti besi mendidih yang menghanguskan muka. Itu minuman paling buruk dan tempat istirahat paling jelek”.

 

 

Menurut ayat Al-Quran ini.

 

Semua manusia akan tanggung jawab perbuatannya sendiri.

 

Tetapi pandangan ini disanggah ulama lain.

 

Karena hal ini mengurangi kebesaran dan kekuasaan Allah.

 

Karena Allah Maha Kuasa.

Yang menciptakan manusia.

Dan yang dilakukannya.

 

Al-Quran surah Ash-Shaffat (surah ke-37) ayat 96.

 

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

     

Padahal Allah Yang Menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu.

 

 

Al-Quran surah Al-Insan (surah ke-76) ayat 30.

 

 

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

 

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali jika dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

 

 

     Sebagian ulama berpendapat.

Bahwa ayat Al-Quran ini menjelaskan.

Allah yang menciptakan semua perbuatan manusia.

 

Dan semua yang kehendaki  manusia tidak dapat dapat terlaksana.

 

Jika Allah tidak menghendaki.

 

     Demikian perdebatan para ulama.

 

Yang semuanya berpedoman kepada Al-Quran.

 

Bagaikan banyak orang yang mencintai si Cantik.

 

Tapi si Cantik tidak mengenal mereka.

 

 

 Kemudian perbedaan pendapat itu.

 

Didukung oleh penguasa.

Yang ingin mempertahankan kedudukannya.

 

Dipersubur bodoh dan mundutnya umat dalam berbagai bidang.

 

Sehingga meluas paham takdir dalam 2 pengertian di atas.

 

 

 Padahal Nabi Muhammad dan para sahabat utama.

 

Tidak pernah mempersoalkan takdir.

 

Sebagaimana dipahami sebagian ulama itu.

 Nabi dan para sahabat yakin sepenuhnya tentang takdir Allah.

 

Yang menyentuh semua makhluk termasuk manusia.

 

Tapi keyakinan ini tidak menghalangi mereka.

 

Untuk bekerja keras.

Dan berjuang untuk menadapat sesuatu.

 

Ketika mereka kalah dan gagal.

 

Mereka tidak menimpakan kesalahan pada Allah.

 

 

Sikap Nabi dan para sahabat muncul.

 

Karena paham ayat Al-Quran secara keseluruhan dan utuh.

 

Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.

 

Bukan memahami secara parsial ayat per ayat.

 

Atau sepotong-sepotong.

Yang terlepas dari konteksnya.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.      Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.      Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.      Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.      Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment