Tuesday, November 9, 2021

11578. MANUSIA MIRIP MUNCULNYA BULAN KECIL PURNAMA HILANG

 



MANUSIA MIRIP MUNCULNYA BULAN KECIL PURNAMA HILANG

Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Beberapa orang sahabat Rasulullah mengamati bentuk bulan.

 

Yang sedikit demi sedikit berubah bentuk.

Dari bulan sabit ke bulan purnama.

Lalu kembali berbentuk sabit.

Dan bulan kemudian menghilang.

 

Mereka bertanya,

,"Mengapa terjadi demikian?"

 

Al-Quran menjawab,

 

”Yang demikian adalah waktu untuk manusia.

Dan untuk menetapkan waktu ibadah haji”.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 189.

 

۞ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakan: "Bulan sabit itu tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukan kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 189.

Mengisyaratkan peredaran matahari dan bulan menghasilkan pembagian terperinci.

 

Perjalanan dari bulan sabit ke bulan purnama.

 

Harus dapat dimanfaatkan manusia.

 

Untuk menyelesaikan tugasnya sebagai khalifah.

 

 

Salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh manusia.

Yaitu beribadah.

 

Dalam hal ini dicontohkan ibadah haji.

 

Karena ibadah haji mencerminkan seluruh rukun Islam.

 

Yaitu syahadat, salat, zakat, puasa Ramadan, dan ibadah haji.

 

 

Keadaan bulan dapat dipakai untuk menyadarkan adanya manusia di bumi.

 

Bahwa nasib manusia mirip nasib bulan.

 

 

Proses keberadaan manusia di bumi.

 

1)     Manusia awalnya tidak tampak di bumi.

 

2)     Manusia masih kecil mungil muncul lahir di bumi.

 

Seperti bulan sabit.

 

3)     Sedikit demi sedikit membesar sampai dewasa.

 

4)     Menjadi sempurna.

 

Seperti bulan purnama.

5)     Manusia menua.

Akhirnya hilang dari pentas bumi.

 

 

Al-Quran surah Al-Furqan (surah ke-25) ayat 62.

 

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

     

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.

 

Manusia dapat mengambil pelajaran.

Terkait kejadian masa lampau.

 

Yang menuntut introspeksi.

Dan  kesadaran menyangkut semua hal.’

Yang telah terjadi.

 

Sehingga mengantarkan manusia.

Untuk melakukan perbaikan dan peningkatan.

 

 

Bersyukur dalam definisi agama.

 

Yaitu memakai segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah.

 

Sesuai tujuan anugerahnya.

 

Hal ini menuntut upaya dan kerja keras.

 

 

Banyak ayat Al-Quran bicara peristiwa masa lampau.

 

Yang diakhiri pernyataan,

 

“Maka ambil pelajaran dari peristiwa itu”.

 

 

Demikian pula ayat Al-Quran.

Yang menyuruh manusia bekerja.

Untuk menghadapi masa depan.

 

Atau berpikir dan menilai.

Hal yang telah disiapkan untuk masa depannya.

 

 

Salah satu ayat Al-Quran yang terkenal tentang tema ini.

 

Yaitu, “Wahai orang-orang beriman.

Bertakwalah kepada Allah.

Dan hendaklah tiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”.

 

 

Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

     

Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah tiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

 

Ayat Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.

 

Dimulai perintah “bertakwa”.

 

Dan diakhiri perintah “bertakwa”.

 

 

Hal ini isyarat.

Bahwa landasan berpikir.

Dan tempat bertolak.

Untuk menyiapkan masa depan.

 

Yaitu “ketakwaan”,.

Dan hasil akhirnya “ketakwaan” juga.

 

 

Pengertian “hari esok”.

Yang dimaksud Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.

 

Tidak terbatas “hari esok di akhirat kelak”.

 

Tapi termasuk “hari esok”.

Saat masih “di dunia ini”.

 

 

Kata “ghad” yang diterjemahkan dengan “esok”.

Ditemukan dalam Al-Quran 5 kali.

 

Yang 3 kali jelas dipakai konteks “hari esok duniawi”.

Dan yang 2 kali.

Dapat mencakup “hari esok di dunia.

Dan hari esok di akhirat”.

 

 

Daftar Pustaka

1.   Shihab, M.Quraish. LenteraHati. KisahdanHikmahKehidupan. PenerbitMizan, 1994.

2.   Shihab, M. QuraishShihab. Wawasan Al-Quran. TafsirMaudhuiatasPerbagaiPersoalanUmat. PenerbitMizan, 2009.

3.   Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.   Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.   Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment