Thursday, November 27, 2025

54179. FATWA MUI RUMAH HUNIAN PAJAK GRATIS

 


FATWA MUI PAJAK RUMAH HUNIAN GRATIS

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM

 

 

 

Fatwa MUI.

Majelis Ulama Indonesia (MUI)

 

Terkait:

1)                Pajak rumah.

2)                Pajak atas hunian.

 

Per November 2025

 

A.       Inti Fatwa MUI tentang Pajak & Rumah

 

1)        Di Munas XI MUI (Musyawarah Nasional ke-XI, November 2025).,

2)        MUI mengeluarkan fatwa.

 

3)        Dikenal Fatwa Pajak Berkeadilan.

4)        Salah satu poin utama fatwa ini:

 

5)         “Bumi dan bangunan yang dihuni (rumah tempat tinggal — nonkomersial)”

 

6)        Tak boleh dikenai pajak berulang.

 

7)        MUI menyatakan pajak seharusnya dikenakan.

 

8)        Hanya pada harta “produktif”.

9)        Atau harta sekunder/tersier .

 

10)  Bukan pada kebutuhan primer dasar.

11)  Seperti hunian.

 

12)  Dalam fatwa juga disebut.

13)   Beban pajak sebaiknya sesuai kemampuan finansial individu .

 

14)  Analog syarat minimal (nisab).

15)  Dalam kewajiban zakat.

 

16)  Yaitu setara 85 gram emas.

 

B.       Ketentuan & Rekomendasi Fatwa

 

Menurut fatwa itu:

 

1)        Negara boleh memungut pajak.

2)        Hanya jika dibutuhkan untuk maslahat umum.,

3)        Pajak dikenakan pada warga yang  mampu.

 

4)        Objek pajak hanya untuk harta produktif atau sekunder/tersier.

 

5)        Bukan kebutuhan primer.

6)        Seperti rumah hunian nonkomersial.

 

7)        Rumah tinggal yang dihuni.

8)        Tak boleh dikenakan pajak berulang.

 

9)         Alias menolak PBB-P2 berulang.

10)  Atas hunian pribadi.

 

11)  Jika pajak dipungut

12)  Maka bertentangan kriteria di atas.

 

13)  Misalnya pajak atas hunian pokok.

 

14)  Tanpa melihat kemampuan finansial.

15)  Menurut fatwa MUI hukumnya “haram”.

 

16)  Zakat yang telah dibayar oleh Muslim.

17)  Bisa “mengurangi kewajiban pajak”.

18)  Jika pajak memang harus dibayar.

 

C.       Maksud & Motivasi Fatwa

 

1)        Fatwa ini sebagai respons keluhan Masyarakat.

 

2)        Terkait naik drastis pajak bumi dan bangunan (PBB-P2).

 

3)        Dalam pandangan MUI.

4)        Dianggap “tidak adil”.

 

5)        Jika dikenakan pada rumah tinggal biasa.

 

6)        MUI berargumen.

7)        Rumah hunian.

 

8)        Bukan benda produktif.

9)        Bukan sekunder/tersier.

 

10)  Tapi kebutuhan dasar manusia (primer).

11)  Pajak berulang atas hunian dasar.

 

12)   Tak sesuai nilai keadilan dan prinsip syariah.

  •  

Fatwa ini pedoman moral/etis.

1)                Agar regulasi pajak di Indonesia.

 

2)                Dievaluasi agar lebih adil.

3)                Dan proporsional.

 

D.       Status & Realita Hukum (Regulasi / Pemerintah)

 

1)        MUI adalah lembaga agama.

2)        Fatwa pedoman syariah/moral.

3)        Tak otomatis gantikan hukum pajak negara.

 

Pemerintah, melalui instansi terkait

(seperti Kementerian Dalam Negeri / Pemda).

 

1)        Belum ambil keputusan final.

2)        Fatwa “dikaji lebih dulu”.

  •  

Artinya secara hukum positif

1)        (UU/PBB) masih berlaku.

2)        Pajak sesuai undang-undang.

3)        Sampai ada perubahan resmi.

 

E.       Implikasi bagi Pemilik Rumah

 

1)        Rumah tempat vtinggal (non-komersial).

2)        Menurut pandangan MUI.

 

3)        Rumah itu.

4)        Idealnya tak kena pajak berulang.

 

5)        Tapi dalam praktik sekarang.

6)        Tetap dikenai PBB/Pajak.

 

7)        Jika regulasi belum diubah.

8)        Tergantung kebijakan Pemerintah Daerah.

 

 

F.        PAJAK DALAM AL-QUR’AN:

DALIL & KONSEP MENURUT ISLAM

 

1)        Al-Qur’an tak sebut langsung kata “pajak (ḍarībah)” .

 

2)        Tapi memberi prinsip dasar.

 

3)        Kewajiban negara, warga, dan keadilan ekonomi.

 

4)        Dijadikan dasar bahas pajak.

 

Prinsip Quran Landasan Pajak

 

1)                Adil & tak memberatkan

 

(QS. Al-Baqarah 2:286)

 

“Allah tak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupannya.”

 

1)        Prinsipnya pungutan negara tak boleh memberatkan.

2)        Tak membuat rakyat terzalimi.

 

G.      Wajib taat pada ulil amri (Pemerintah)

 

(QS. An-Nisā’ 4:59)

 

“Taati Allah, taati Rasul, dan ulil amri di antara kalian.”

 

1)        Ayat ini dasar Pemerintah membuat aturan public.

 

2)        Termasuk pungutan.

3)        Demi maslahat masyarakat.

 

H.       Keadilan Distribusi Kekayaan

 

(QS. Al-Hashr 59:7)

“…agar harta tak hanya beredar di antara orang kaya saja.”

 

1)        Ayat ini fondasi redistribusi kekayaan.

2)        Dalam konteks modern.

3)        Identik fungsi pajak.

 

I.   Larangan makan Harta Orang Lain Secara Batil

 

(QS. Al-Baqarah 2:188)

“Jangan kamu makan harta sesamamu dengan cara batil…”

 

1)        Pungutan ilegal, korupsi, dan pajak  tidak adil.

2)        Termasuk perbuatan batil.

 

J.        Maslahat Umum.

 

(QS. Al-Mā'idah 5:2)

“Dan kamu tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa…”

 

1)        Rakyat wajib partisipasi biaya maslahat.

2)        Selama tak bertentangan syariat.

 

Pandangan Ulama tentang Pajak

 

Quran tak sebutkan pajak eksplisit.

Para ulama sepakat:

 

Pajak boleh.

Jika:

 

1)        Dibutuhkan untuk maslahah umum

2)        Dikenakan pada orang mampu

 

3)        Tak memiskinkan, tak menindas

4)        Tak tumpang tindih wajib zakat tanpa alasan

 

Pajak menjadi haram,

Jika:

 

1)        Dikenakan pada kebutuhan primer (rumah tinggal pokok, pangan pokok)

 

2)        Dikenakan berulang tanpa alasan syar’i

3)        Membebani orang miskin

4)        Dijadikan alat menzalimi rakyat

5)        Pengelola tak transparan.

6)        Penuh korupsi

 

Apakah di Zaman Nabi Ada Pajak?

Ada pungutan negara.

 

Tapi:

1)        Zakat → kewajiban syar’i, bukan pajak

2)        Kharaj → pajak tanah taklukan

 

3)        Jizyah → kontribusi keamanan bagi non-Muslim

4)        ‘Usyr → bea perdagangan lintas negara

 

Ulama kontemporer sepakat:

 

1)        Zakat tak otomatis gugurkan pajak.

2)        Tapi Pemerintah dianjurkan memberi pengurangan pajak bagi pembayar zakat (inisiatif kebijakan).

 

K.       Apakah Pajak Rumah Ada dalam Quran?

 

Jawab:

Secara langsung: tidak ada.

 

1)        Ulama menarik kesimpulan kaidah kebutuhan primer (dharuriyat):

 

2)        Rumah tinggal pokok termasuk kebutuhan primer

 

3)        Kebutuhan primer tidak boleh dibebani “kewajiban berulang”.

 

Berdasar prinsip:

“Rasulullah melarang beban yang menjerumuskan.”


Fatwa MUI 2025.

Ambil dasar-dasar Quran ini.

Untuk menyimpulkan:

 

1)        Hunian non-komersial.

2)        Tak boleh dipajaki berulang-ulang.

3)        Misalnya PBB terus-menerus.

 

Kesimpulan:

Pajak dalam Quran Menurut Syariah

 

Diperbolehkan (mubah)

…jika untuk kemaslahatan, adil, proporsional, dan tidak memberatkan.

 

Menjadi zalim / haram

…jika melanggar prinsip Quran:

 

1)        tak sesuai kemampuan rakyat (2:286),

2)        menzalimi rakyat (2:188),

 

3)        merampas sebagian harta primer,

4)        merusak keadilan distribusi (59:7).

 

Sumber

1)        Tafsir Quran Perkata DR M Hatta.

2)        ChatGPT.

 

3)        Copilot.

4)        Cici.

 

5)        Claude.

6)        Grok.

7)        Meta AI

 

0 comments:

Post a Comment