Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label INDONESIA BUTUH PEMIMPIN ANIES BASWEDAN BUKAN PENCITRAAN. Show all posts
Showing posts with label INDONESIA BUTUH PEMIMPIN ANIES BASWEDAN BUKAN PENCITRAAN. Show all posts

Sunday, July 24, 2022

14110. INDONESIA BUTUH PEMIMPIN ANIES BASWEDAN BUKAN PENCITRAAN

 

 


 

 

INDONESlA BUTUH PEMIMPIN ANIES BASWEDAN BUKAN PENCITRAAN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Indonesia Butuh Anies Baswedan.

Bukan Pemimpin Pencitraan.

 

Anies Baswedan.

Bukan pemimpin pencitraan.

 

Yang tega eksploitasi rakyat.

Yang lugu dan sengsara.

 

Tapi sebaliknya.

Anies Baswedan.

 

Yaitu sosok pemimpin.

Yang utamakan isi dan mutu.

Daripada citra.

 

DALAM Dialog TVOne.

Bertajuk “Poles Citra di Media Sosial”.

 

Pengamat politik.

1.        Burhanudin Muhtadi.

2.        Ujang Komarudin.

 

Membandingkan konten medsos.

1.        Anies Baswedan.

2.        Ganjar Pranowo.

 

Yaitu 2 gubernur.

Unggulan calon presiden.

 

Dari sisi konten.

Menurut Burhan.

instagram (IG).

 

1.         Ganjar Pranowo.

Banyak menampilkan “emotional appeal.”

 

2.        Anies Baswedan.

Banyak dengan isi kinerja.

 

Hal itu dibenarkan Ujang.

 

1.        Ganjar Pranowo.

Memakai pendekatan emosi.

Untuk menarik simpati publik.

 

2.        Anies Baswedan.

Selalu publikasi prestasinya.

Karena Anies Baswedan.

 

Unggul dalam kinerja dan prestasi.

Yang sudah dikenal publik.

 

Dalam konteks nasional dan internasional.

 

Anies Baswedan.

Bukan pemimpin pencitraan.

 

Yang tega mengeksploitasi keluguan.

Dan kesengsaraan rakyat.

 

Tapi Anies Baswedan.

Yaitu sosok pemimpin.

 

Yang mengutamakan isi.

Dan kualitas.

Daripada citra.

 

Karakter kualitas Anies Baswedan.

Dapat dilihat dari kemampuannya.

 

Memimpin Ibu Kota Jakarta.

 

Dengan segala potensi.

Dan kompleksnya masalah.

 

Warisan gubernur sebelumnya.

 

Terlebih Anies Baswedan.

Mampu mengarungi lautan kebencian.

Dan fitnah.

 

Sebagian warga.

Yang dipengaruhi buzzer bayaran.

Dan kelompok sektarian.

 

Saat dipimpin Jokowi-Ahok-Djarot.

 

Jakarta jadi wilayah tidak bersahabat.

Dengan rakyat kecil.

 

Beban penduduk miskin.

Bukan jadi ringan.

 

Tapi jumlah dan tingkat penderitaan.

Penduduk miskin.

 

Justru meningkat.

 

Saat dipimpin Jokowi-Ahok-Djarot.

Yang rajin pencitraan.

 

Dan diklaim.

Sebagai representasi partai wong cilik.

 

Penggusuran tidak manusiawi.

Terhadap rakyat kecil.

 

Jadi tontonan sehari hari.

Warga Jakarta.

Terutama di era Ahok.

 

Hampir seluruh sektor utama pembangunan Jakarta merosot.

 

Pengelolaan uang daerah amburadul.

Dan korupsi meluas.

 

Perslingkuhan oligarki kekuasaan.

Dan oligarki ekonomi.

Makin brutal.

 

Terutama lewat proyek reklamasi teluk Jakarta.

 

Tapi sejak dipimpin Anies Baswedan.

Keadaan kondisi Jakarta.

 

Menjadi jauh lebih baik.

 

Anies Baswedan.

Yaitu intelektual dengan visi besar.

 

Dalam membangun manusia Indonesia.

Selama 4 tahun.

Dipimpin Anies Baswedan.

 

Kondisi fisik Jakarta.

Berubah drastis.

Makin tertata dan indah.

 

Jalan raya dengan:

1.        Jembatan penyeberangan orang.

2.        Halte.

3.        Trotoar.

Tidak saja menarik.

 

Tapi dibuat senyaman mungkin.

Bagi semua lapisan masyarakat.

 

Taman kota bertaburan.

Di berbagai penjuru Jakarta.

 

Yang bersahabat dengan semua kelompok usia.

Dan status sosial ekonomi.

 

 Kombinasi sarana publik.

Yang aman dan nyaman.

 

Dengan transportasi umum modern.

Dan terintegrasi.

 

Berkontribusi terhadap kurangnya tingkat macet di Jakarta.

 

Berdasar Indeks Lalu Lintas.

Yang dirilis TomTom.

 

1.        Pada tahun 2017.

Jakarta kota macet nomor 4 dunia.

 

2.        Pada tahun 2018.

Jakarta kota macet nomor 7 dunia.

 

3.        Pada tahun 2019.

Jakarta kota macet nomor 10 dunia.

 

4.        Pada tahun 2020.

Jakarta kota macet nomor 32 dunia.

 

5.        Pada tahun 2021.

Jakarta kota macet nomor 64 dunia.

 

Soal banjir.

Problem klasik Jakarta.

 

Titik dan durasi banjir.

Di Jakarta.

Berkurang sangat signifikan.

Selama beberapa tahun terakhir. 

 

Hasil survei Populi Center.

Akhir Januari - awal Februari tahun 2022.

 

Bahwa 75 persen.

Masyarakat Jakarta.

Puas atas kinerja Anies Baswedan.

Dalam penanganan banjir.

 

Yang sangat penting.

Mutu demokrasi tetap terjaga.

 

Dengan indeks demokrasi.

Paling tinggi.

Di Indonesia.

 

Mencapai skor 89,21.

Amat jauh melampaui indeks demokrasi nasional.

Yaitu 73,66 (BPS 2021).

 

Pembangunan manusia.

Tumbuh positif.

 

Dengan indeks pembangunan manusia (IPM).

Paling tinggi di antara 34 provinsi. 

 

Skor yang mencapai 80,77.

Pada tahun 2020.

Membuat Jakarta.

 

Sebagai satu-satunya provinsi.

Dengan status IPM sangat tinggi .

Yaitu skor di atas 80.

 

Hal itu membuat IPM Jakarta.

Setara dengan kondisi.

Pembangunan manusia negara maju.

 

Proporsi penduduk miskin.

Sangat rendah.

 

Terus turun mencapai 3, 4 persen.

Pada September 2019.

 

Berkat perlindungan sosial.

Komprehensif dan inklusif.

 

Menjangkau penduduk paling rentan.

Termasuk:

 

1.        Anak-anak.

2.        Wanita.

 

3.        Penyandang disabilitas.

4.        Warga lansia.

 

Kohesi sosial.

Yang dulu  sempat terkoyak.

 

Pada zaman Anies Baswedan.

Makin baik.

 

Anies Baswedan.

Berhasil membangun.

Dan merawat.

Kerukunan umat beragama.

 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dipimpin Anies Baswedan.

 

Mendapat Harmony Award tahun 2020.

Oleh Kementerian Agama RI.

 

Tak terhitung.

Jumlah berbagai penghargaan bergengsi.

 

Dari dalam dan luar negeri.

 

Yang rutin diterima Anies Baswedan.

Selama memimpin Ibu Kota.

 

Keberanian politik.

Anies Baswedan.

Melawan episenter oligarki

 

Dengan menyetop proyek reklamasi.

Para taipan di Teluk Jakarta.

 

Patut diacungi jempol.

 

Suatu perkecualian.

Dalam realitas politik Indonesia.

 

Yang dikendalikan para taipan oligarkis.

 

Karena tak seorang pun pemimpin politik Indonesia.

Termasuk presiden.

 

Yang berani mengganggu agenda.

Dan kepentingan para taipan.

 

Mereka pemodal para elite politik.

Sekaligus sumber pemiskinan rakyat.

 

Dan akar segala kerusakan.

Yang menimpa bangsa Indonesia.

 

Saat menghadapi maha krisis.

Akibat pandemi Covid-19.

 

Anies Baswedan.

Menunjukkan mutu pemimpin.

 

Anies Baswedan.

Mengambil berbagai strategi.

 

Dan langkah inovatif.

Mulai dari:

1.        Pembatasan mobilitas dan kegiatan masyarakat.

2.        Perluasan dan reformasi bantuan sosial.

 

3.        Pemberian insentif ekonomi bagi sektor riil.

4.        Pemberdayaan UMKM.

 

5.        Hingga pendataan dan pelayanan warga secara daring.

 

Strategi dan langkah itu.

Dilakukan lewat gerakan.

 Jakarta Kota Kolaborasi.

 

Yang menemukan berbagai pemilik sumber daya.

 

Yaitu seluruh unsur pemerintah dan non-pemerintah.

Dengan kebutuhan warga.

 

Sehingga, Jakarta.

Yang awalnya jadi episentrum Covid-19.

 

Tidak saja berhasil mengendalikan penyebaran virus ganas ini.

 

Tapi juga memulihkan berbagai sektor.

Yang terdampak cukup serius.

 

Seperti:

1.        Pertumbuhan ekonomi.

2.        Tingkat kemiskinan.

 

3.        Kesehatan.

4.        Pendidikan.

 

Dengan berbagai kemajuan dan prestasi.

Yang ekselen.

 

 Anies Baswedan.

Memimpin Ibu Kota.

Dalam waktu relatif singkat.

 

Wajar mayoritas mutlak.

Yaitu 86 persen.

Warga Jakarta.

 

Merasa puas dengan pemimpin.

Anies Baswedan.

 

Seperti terungkap.

Dalam Survei Populi Center.

 

Jakarta adalah miniatur Indonesia.

Dengan segala potensi.

Dan kompleksnya masalah.

 

Jakarta jadi arena ujian pemimpin nasional.

 

Berhasil memimpinnya.

Jadi bekal utama.

Menjadi nakhoda kapal besar Indonesia.

 

Yang nyaris karam.

Menuju pulau harapan.

 

(Sumber Abdurrahman Syebubakar)