AL-QURAN MUKJIZAT TAK
TERBATAS SAMPAI KIAMAT
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
PENGERTIAN MUKJIZAT
Mukjizat
adalah peristiwa ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.
Mengapa mukjizat Nabi
Muhammad tidak sehebat Nabi Musa dengan tongkatnya?
Baha’udin Nur Salim
(Gus Baha’) asal Kragan, Rembang berpendapat.
Justru Al-Quran adalah
mukjizat yang lebih dahsyat.
Melebihi tongkat Nabi
Musa.
Dan unta Nabi Sholeh
yang keluar dari batu.
Jika yang dikatakan
mukjizat adalah sesuatu yang melebihi kadar kemampuan manusia biasa.
Al-Quran justru banyak
menjelaskan penalaran objektif untuk umat.
Sehingga bisa
sering melihat kedahsyatan Allah setiap saat.
Menurut Gus
Baha’ keimanan di zaman umat Nabi Muhammad tidak perlu hal-hal yang sifatnya
khoriqul adat.
Yaitu tak perlu
yang berbeda melebihi kebiasaan.
Cukup dengan bukti
penalaran atas penciptaan seekor nyamuk saja.
ltu sudah
menunjukkan dahsyatnya Allah SWT.
Jika untuk mengetahui
adanya Allah SWT harus menunggu mukjizat seperti Nabi Musa.
ltu kecelakaan besar
dalam ketauhidan.
Misalnya, kita
disuruh membikin nyamuk, bisa apa tidak?
Atau membuat patungnya
nyamuk saja.
Apakah bisa?
Bukankah
itu sudah cukup sebagai bukti adanya Allah SWT?” tandasnya.
Bagi
orang alim, percontohan nyamuk itu lebih dahsyat.
Ketimbang
tongkat Nabi Musa dan unta Nabi Soleh.
Cara
Allah menjelaskan iman cukup sederhana.
Dengan
perumpamaan.
Serta
hal kecil di sekitar manusia.
Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 26.
۞ إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا
بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا
أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ
كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk
atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka
yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?".
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan
itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik.
Jika, misalnya saya
bertemu dan dipameri Nabi Musa tentang kesaktian tongkatnya.
Saya tetap lebih
memilih Nabi Muhammad.
Karena
Al-Quran memberi nalar objektif dan tidak terbatas.
Makanya Rasulullah itu
disebut sebagai afdholul anbiya’.
Yaitu Nabi yang paling
utama.
Gus Baha’ memaparkan
risiko mukjizat yang sifatnya khariqul adat.
Seperti tongkat
Nabi Musa dan unta Nabi Sholeh.
Gus Baha menyebut
mukjizat makhsushoh seperti itu terbatas.
Karena hanya bisa
diketahui oleh manusia yang menyaksikan secara langsung saja.
Manusia yang tidak
menyaksikannya bisa saja tidak percaya.
Tetapi dengan
kedahsyatan Al-Quran dengan logika penciptaan alam semesta.
Pasti manusia akan
percaya ila yaumil qiyamah.
Dengan mukjizat
khariqul adat.
Bisa membuat umat
manusia manja.
Dan minta sesuatu yang
aneh-aneh.
Sebagian ulama
mengkritik mukjizat yang seperti itu.
Selayaknya tidak perlu
dituruti.
Salah satu ulama
menyebut penyebab orang menjadi kafir karena tergantunga pada kejadian dahsyat.
Untuk mau
percaya pada kodrat Allah SWT.
Umat ini akan
menggantungkan kebenaran agama berdasar kesaktian pemimpinnya.
Yaitu para ulama
sebagai pewaris Nabi.
Umat akan menuntut
para kiai punya kesaktian.
Yang bisa disaksikan
bersama secara zahir.
Jika tidak sakti,
maka tidak diakui.
Akhirnya muncul yang
pura-pura sakti.
Seperti kasus Dimas
Kanjeng.
Al-Quran adalah
mukjizat terbesar bagi umat manusia.
Al-Quran bisa
membuktikan.
Dan mengantarkan
manusia pada Allah SWT dengan penalaran sederhana.
Yang orang awam
pun bisa memahaminya.
Nabi Muhammad menjadi
satu-satunya utusan Yang sukses.
Membawa manusia
kembali beriman kepada Allah.
Dengan sarana yang
tidak terbatas.
Dan ada di mana saja.
Rasulullah sukses
punya umat beriman tanpa harus ditunggu.
Dan tanpa dibina
secara langsung sampai hari ini.
Cukup
dengan Al-Quran,” jelas Gus Baha.
(Sumber: FB)
0 comments:
Post a Comment