Monday, July 4, 2022

13853. UTUSAN DIBUNUH NABI KIRIM 3.000 PASUKAN PERANG MU'TAH

 

 


 

UTUSAN DIBUNUH NABI KIRIM 3.000 PASUKAN PERANG MU’TAH

Drs. HM Yusron Hadi, MM

 

 

 

Tahun 8 Hijriah.

Atau 630 masehi.

 

Perang Mu’tah.

Yaitu 3.000 Pasukan lslam.

Melawan 200.000 Romawi.

 

Mu’tah.

Wilayah Syam.

Dikuasai bangsa Romawi.

 

Lokasi di timur sungai Yordan dan Karak.

 

Orang Arab Syam yang Nashara.

Berpihak kepada Romawi.

 

 Perang Mu’tah.

Karena utusan Rasulullah.

 

Harits bin ‘Umair.

Yang  kirim surat kepada Gubernur Syam.

 

Dibunuh di Mu’tah.

Oleh Syurahbil bin Amr Ghasani.

 

Pemimpin kabilah Ghasan.

Sekutu Romawi.

 

Tahun sama.

Utusan Nabi.

 

Kepada Banu Sulayman dan Dhat Talh.

Juga dibunuh di Palestina.

 

Rasulullah menunjuk anak angkatnya.

Yaitu Zaid bin Harisah sebagai panglima.

 

Nabi bersabda,

“Jika Zaid gugur.

Maka panglima pasukan diganti Jakfar bin Abi Thalib.”

 

Jika Jakfar bin Abu Thalib gugur.

Maka diganti Abdullah bin Rawahah.”

 

 Pasukan muslim berjumlah 3.000 orang.

 

Abdullah bin Rawahah.

Menghadap Rasulullah.

Untuk mengucap salam perpisahan.

 

Pasukan perang Mu’tah siap alat dan logistik.

Mereka berbaris.

 

Pasukan dilepas Rasulullah.

Dan semua warga Madinah.

 

Hingga ke gerbang kota.

Dengan derai air mata.

Dan ucapan perpisahan.

 

Panglima Zaid bin Haritsah.

Berjalan di depan.

Memimpin pasukannya.

 

Abdullah bin Rawahah.

Diberi ucapan selamat jalan.

Dia menangis.

 

 

Para sahabat bertanya,

”Ya Ibnu Rawahah.

Kenapa kamu menangis?”

 

Abdullah bin Rawahah menjawab,

”Demi Allah.

Aku menangis bukan karena cintaku pada dunia.

Atau rinduku pada kalian.

 

Tapi karena aku pernah mendengar Rasulullah.

Membaca Al-Quran tentang neraka.

 

Aku tidak tahu.

Seperti apa nasib diriku setelah mati.”

 

 

Al-Quran surah Maryam (surah ke ayat 71.

 

ÙˆَØ¥ِÙ†ْ Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ Ø¥ِÙ„َّا ÙˆَارِدُÙ‡َا ۚ Ùƒَانَ عَÙ„َÙ‰ٰ رَبِّÙƒَ Ø­َتْÙ…ًا Ù…َÙ‚ْضِÙŠًّا

 

Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka. Hal itu bagi Tuhanmu suatu kepastian yang sudah ditetapkan.

 

 

Warga berdoa,

”Semoga Allah menyertai, melindungi, danta mengembalikan kalian kepada kami.

Dalam kondisi selamat.”

 

 Abdullah bin Rawahah menjawab,

“Semoga damai tercurah kepada orang yang kutinggalkan di Madinah.

 

Sebaik-baik penjaga dan sahabat.”

 

 

Pasukan lslam ke utara.

 

Singgah di wilayah Ma’an.

Masuk wilayah Syam.

 

 

Panglima Zaid.

Menerima laporan mata-mata.

 

 Bawah Panglima Rumawi Heraklius.

Tiba di Ma’ab.

Wilayah Balqa’.

 

Jumlah tentara musuh.

1)        100.000 Romawi.

2)         100.000 sekutu.

 

 

Pasukan lslam.

Tinggal di Ma’an  2 malam.

 

Menyusun strategi perang.

Melawan 200.000 tentara.

 

 

Komandan lslam berkata,

”Kita harus kirim surat kepada Rasulullah.

Memberi tahu jumlah musuh.

 

Agar kirim pasukan tambahan.

Atau balik pulang.”

 

 

Abdullah bin Rawahah.

Memotivasi agar jangan mundur.

 

”Wahai kaum muslimin.

Demi Allah.

 

Sesungguhnya hal yang kalian takuti.

Hakikatnya ini yang kalian cari.

Yaitu mati syahid.

 

Kita tidak perang.

Karena jumlah kita banyak.

 

Tapi, kita perangi mereka.

Dengan agama ini.

Yang menjadikan kita dimuliakan Allah.

 

Ayo berangkat.

Kita mendapat salah 1 dari 2 kebaikan.

Yaitu menang atau mati syahid.”

 

 

Pasukan muslim semangat,

”Demi Allah, apa yang dikatakan Abdullah bin Rawahah benar.”

 

Pasukan lslam ke medan perang.

 

Tiba di perbatasan Balqa’.

Di Desa Masyarif.

 

Bertemu pasukan Romawi.

Dan sekutu Arab.

Siap berperang.

 

 

Tiga Panglima Gugur.

 

Dua pasukan merapat.

Kaum Muslim bergerak ke Mu’tah.

 

Terjadi Perang Mu’tah.

 

Sayap kanan dipimpin Quthbah bin Qatadah dari Bani Udzrah.

 

Pasukan sayap kiri dipimpin Ubayah bin Malik dari kaum Ansar.

 

Perang Mu’tah pecah.

Pasukan saling serang.

 

Quthbah bin Qatadah Al-Udzri.

Dari sayap kanan menyerang.

 

 Dia menewaskan komandan musuh.

Bernama Malik bin Zafilah.

 

Zaid bin Haritsah.

Bertempur memegang panji perang Rasulullah.

Memimpin di depan.

 

Dia gugur terkena tombak musuh.

 

Panji perang diambil Jakfar bin Abi Thalib.

Sebagai panglima.

 

Jakfar bin Abu Thalib.

Turun dan menyembelih kudanya.

Karena terluka.

 

Dia bertempur habis-habisan.

Menebaskan pedangnya.

Sambil membawa panji perang.

 

Tangan kanannya tersabet pedang.

Dia pegang panji.

Dengan tangan kiri.

 

Tangan itu pun ditebas pedang musuh.

 

Dia dekap panji dengan dua lengannya.

 

Pedang musuh menembus tubuhnya.

Dia gugur usia 33 tahun.

 

Abdullah bin Rawahah.

Memimpin pasukan.

Mengambil alih panji perang.

 

Dia maju membawa bendera perang.

Naik kuda memberi komando.

Menyerang musuh.

 

Saat jeda perang.

Dia dihampiri saudara sepupunya.

Menyodorkan sepotong tulang berdaging.

 

”Makanlah daging ini.

Agar badanmu tambah kuat.

Hari-hari ini melelahkan.”

 

Abdullah bin Rawahah mengambil daging itu.

 

Di saat menggigitnya.

Tiba-tiba mendengar suara serangan musuh datang.

 

Dia membuang daging.

Dan mengambil pedangnya.

Bertempur hingga gugur sebagai syahid.

 

Muncul Panglima Baru.

 

Panji perang diambil Tsabit bin Arqam dari Bani Al-Ajlan.

 

 Ia berkata,

”Wahai umat lsam.

Pilihlah orang untuk menjadi panglima pasukan.”

 

Pasukan berkata,

”Engkau panglima perang kami.”

 

Tsabit bin Arqam berkata,

”Aku tidak sanggup.”

 

Khalid bin Walid jadi panglima lslam.

 

 

Khalid bin Walid.

Mengambil panji perang.

Dan mengomando menyerang musuh.

 

Pasukan muslim diubah posisinya.

 

Pasukan kanan dipindah ke kiri.

Dan sebaliknya.

 

Pasukan belakang pindah depan.

Dan sebaliknya.

 

Pasukan musuh mengira datang bantuan baru.

 

 

Setelah bertempur beberapa hari.

 Khalid menarik pasukan mundur.

 

Melihat sisa pasukannya tak imbang.

Dia memutuskan pulang.

 

Pasukan kaum muslimin mendekati Madinah.

Rasulullah naik kuda menyambut.

 

Dengan umat lsam anak-anak berlarian.

 

Kabar duka kalah perang.

Disambut  tangis.

 

Duka keluarga Jakfar

Rasulullah takziah ke rumah Jakfar.

 

Istri Jakfar.

Yaitu Asma binti Umais.

Belum mendengar kabar suaminya.

 

Dia menyamak 40 kulit.

Dan membuat adonan roti.

 

Memandikan anak-anaknya.

Hingga tak sempat keluar.

 

Rasulullah berkata kepada Asma’,

”Bawalah kemari anak-anak Jakfar.”

 

 

Rasulullah mencium mereka satu persatu.

Dengan air mata berlinang.

 

Asma’ bertanya,

”Rasulullah, apa yang membuatmu menangis?

 

Apakah ada berita tentang Jakfar dan para sahabat?”

 

Rasulullah bercerita,

”Mereka gugur pada hari ini.”

 

Asma’ menangis menyebut nama suaminya.

Hingga para wanita mendatanginya.

 

Rasulullah berkata,

”Memasaklah makanan untuk keluarga Jakfar.

Sebab mereka berduka.”

 

Beberapa tahun kemudian.

Khalid bin Walid.

Memimpin pasukan perang ke Syam.

Untuk menaklukan wilayah itu.

 

Kali ini Allah memberi kemenangan.

 

 

(Sumber: sirah nabawi)

 

0 comments:

Post a Comment