Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label APAKAH UMMATAN WASATHA ITU. Show all posts
Showing posts with label APAKAH UMMATAN WASATHA ITU. Show all posts

Tuesday, April 27, 2021

9398. APAKAH UMMATAN WASATHA ITU

 



APAKAH UMMATAN WASATHA ITU

Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

Kata “ummat” terambil dari kata “amma-yaummu”.

 

 

Yang artinya “menuju”, “menumpu”, dan “meneladani” .

 

 

 

Dari akar kata “ummat” lahir antara lain kata “um” (ibu) dan “imam” (pemimpin).

 

 

Karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat.

 

 

 

Al-Quran dan hadis Nabi tidak membatasi pengertian umat hanya pada kelompok manusia.

 

 

 

Tetapi binatang juga termasuk umat.

 

 

 

Al-Quran surah Al-An'am (surah ke-6) ayat 38.

 

 

 

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ

 

Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidaklah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dihimpunkan.

 

 

 

 

 

 

Al-Quran surah An-Nahl (surah ke-16) ayat 120.

 

 

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

 

 

 

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam (umat) yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).

 

 

 

 

Kata “umat” dipakai untuk manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta untuk manusia yang durhaka dan tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Ra'd (surah ke-13) ayat 30.

 

 

 

كَذَٰلِكَ أَرْسَلْنَاكَ فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهَا أُمَمٌ لِتَتْلُوَ عَلَيْهِمُ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَٰنِ ۚ قُلْ هُوَ رَبِّي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ

 

 

 

Demikian, Kami telah mengutusmu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakan, “Dia Tuhanku tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertobat.

 

 

 

 

Kata “umat” punya makna indah, luwes, dan lentur.

 

 

Sehingga dapat mencakup aneka makna, serta dapat menampung berbagai perbedaan dalam kebersamaan.

 

 

 

 

 

Al-Quran memilih kata “umat” untuk menunjukkan “himpunan pengikut Nabi Muhammad atau umat Islam”.

 

 

Sebagai isyarat “umat Islam” dapat menampung segala perbedaan dalam kelompok.

 

 

 

Betapapun kecilnya jumlah mereka, selama masih dalam arah yang sama, yaitu beriman kepada Allah.

 

 

 

 

Al-Quran surah Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 92.

 

 

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

 

 

 

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agamamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

 

 

 

Al-Quran surah Yusuf (surah ke-12) ayat 45 memakai kata “umat” yang artinya “waktu”.

 

 

 

وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ

 

 

 

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya, “Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).”

 

 

 

 

Al-Quran surah Az-Zukhruf (surah ke-43) ayat 22 memakai kata “umat” yang artinya “jalan”, atau “gaya dan cara hidup”.

 

 

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ

 

 

 

Bahkan mereka berkata,“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapatkan petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.”

 

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 143 menyatakanumat Islam adalah “ummatan wasatha”.

 

 

 

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

 

 

 

 

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikanmu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberikan petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

 

 

 

 

Pada awalnya, kata “wasath” artinya “semua yang baik sesuai dengan objeknya” dan “sesuatu yang baik yang berada pada posisi di antara dua ekstrem”.

 

 

Keberanian adalah “pertengahan sifat ceroboh dan takut”.

 

Kedermawanan adalah “pertengahan antara sikap boros dan kikir”.

 

Kesucian adalah “pertengahan antara kedurhakaan karena dorongan nafsu yang menggebu dan impotensi”.

 

 

 

Kata “wasath” berkembang maknanya menjadi “tengah”.

 

 

Orang yang menghadapi dua pihak bermusuhan dituntut untuk menjadi “wasath” (wasit).

 

 

 

Dan berada di tengah agar berlaku adil, lalu muncul makna “wasath” (adil).

 

 

 

Yang dimaksudkan “ummatan wasatha” adalah umat  moderat.

 

 

Dan posisinya berada di tengah-tengah, agar dapat dilihat oleh semua pihak dari segenap penjuru.

 

 

 

 

Umat Islam adalah “ummatan wasatha” artinya umat Islam menjadi “syuhada” (saksi), serta menjadi teladan dan “patron” (pola) bagi yang lain.

 

 

 

Dan pada saat yang sama umat Islam menjadikan Nabi Muhammad sebagai contoh teladan dan saksi pembenaran bagi semua aktivitasnya.

 

 

Keberadaan umat Islam dalam “posisi pertengahan” menyebabkan umat Islam tidak seperti umat yang hanyut oleh materialisme dan kebendaan semata.

 

 

 

Serta tidak mengantarnya membumbung tinggi ke alam rohani saja yang tidak berpijak di bumi.

 

 

 

 

Posisi pertengahan menjadikan umat Islam harus mampu memadukan aspek jasmani, rohani, material, dan spiritual dalam segala sikap, perilaku, kegiatannya.

 

 

 

Posisi umat Islam sebagai “ummat wasathiyat” (umat moderat dalam posisi pertengahan).

 

 

 

Mengundang arti umat Islam untuk berinteraksi, berdialog, dan terbuka dengan semua pihak dalam berbagai agama, budaya, dan peradaban.

 

 

 

 

Umat Islam tidak dapat menjadi saksi yang baik dan berlaku adil, apabila umat Islam bersikap tertutup atau menutup diri dari lingkungan dan perkembangan zaman.

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

2.      Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.      Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.      Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.      Tafsirq.com online.