AKHLAK
NABI MUHAMMAD
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang ahlak Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
1. Al-Quran
secara tegas mengakui Nabi Muhammad memiliki akhlak yang sangat agung, bahkan “konsideran”
pengangkatan beliau sebagai nabi adalah keluhuran budi pekertinya.
2. Al-Quran
surah Al-Qalam (surah ke-68) ayat 4.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ
عَظِيمٍ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di
atas akhlak yang agung”.
3. Kata
“di atas” mempunyai makna sangat mendalam melebihi kata lain.
4. Al-Quran
surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 90.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى
اللَّهُ ۖ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ ۗ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ
هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَالَمِينَ
“Mereka itulah orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakan, “Aku tidak
meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)”. Al-Quran tidak lain hanya
peringatan untuk segala umat”.
5. Al-Quran
surah Al-Anam (surah ke-6) ayat 83-86 menyebutkan rangkaian nama 18 nabi dan
rasul, dilanjutkan dengan ayat 89, Allah berpesan kepada Nabi
Muhammad untuk meneladani petunjuk yang mereka peroleh”.
6. Al-Quran
surah Al-An'am (surah ke-6) ayat 89
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ۚ فَإِنْ يَكْفُرْ بِهَا هَٰؤُلَاءِ فَقَدْ
وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ
“Mereka itulah orang-orang yang telah kami
berikan kepada mereka kitab, hikmah (pemahaman agama) dan kenabian. Jika
orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam itu), maka
sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan
mengingkarinya”.
7. Ketika
seorang pengikut Rasulullah mengecam kebijaksanaan pembagian harta rampasan
perang, beliau menahan amarahnya dengan berkata, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa
yang telah diganggu melebihi gangguan yang kualami ini, dan dia bersabar, maka
aku lebih wajar bersabar daripada Nabi Musa”.
8. Para
ulama menyimpulkan, bahwa Nabi Muhammad telah meneladani sifat terpuji para
nabi sebelum beliau, misalnya Nabi Nuh sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam
berdakwah.
a. Nabi
Ibrahim yang amat pemurah dan tekun mendekatkan diri kepada Allah.
b. Nabi
Daud sangat menonjolkan rasa syukur serta penghargaannya terhadap nikmat Allah.
c. Nabi
Zakaria, Yahya, dan Isa adalah para nabi yang berupaya menghindari kenikmatan
dunia untuk mendekatkan diri kepada Allah.
d. Nabi
Yusuf terkenal gagah, amat bersyukur dalam nikmat, dan bersabar menahan cobaan.
e. Nabi
Yunus sebagai nabi yang amat khusyuk ketika berdoa, Nabi Musa sebagai nabi yang
berani dan memiliki ketegasan, dan Nabi Harun adalah nabi yang penuh dengan kelemahlembutan.
9. Al-Quran
surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 128.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu (umat manusia), serta sangat menginginkan kebaikan untumu semua,
lagi amat tinggi belas kasihannya serta penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
10. Nabi
Muhammad sangat perhatian kepada umat manusia, hampir saja beliau mencelakakan
diri untuk mengajak mereka beriman.
11. Al-Quran
surah Asy-Syu’ara (surah ke-26) ayat 3.
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ
أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
“Boleh jadi kamu (Muhammad) akan
membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman”.
12. Begitu
luas rahmat dan kasih sayang yang dibawa Rasulullah, sehingga menyentuh
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk yang tidak bernyawa.
13. Sebelum
Eropa memperkenalkan Organisasi Pencinta Binatang, Nabi Muhammad telah
mengajarkan:
a. ”Bertakwalah
kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, maka kendarai dan berikan makanan
dengan baik”.
b. “Seorang
wanita terjerumus ke dalam neraka, karena seekor kucing yang dikurungnya, tidak
diberinya makanan dan tidak memberikan kesempatan untuk mencari makanan”.
c. “Seorang
wanita yang bergelimang dosa diampuni Allah, karena memberikan minum seekor
anjing yang kehausan”.
14. Rahmat
dan kasih sayang Nabi Muhammad dicurahkan pula kepada benda yang tidak bernyawa, misalnya susu, gelas, cermin, tikar,
perisai, pedang, dan sebagainya, semuanya diberikan nama yang indah, seakan-akan benda tidak bernyawa itu
mempunyai kepribadian yang membutuhkan uluran tangan, rahmat, kasih sayang, dan
persahabatan.
15. Nabi
Muhammad diperintahkan Allah untuk menegaskan bahwa beliau adalah manusia biasa
yang diberikan wahyu.
16. Al-Quran
surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 110.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو
لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَدًا
Katakan, “Sesungguhnya aku hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku,”Bahwa sesungguhnya Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan jangan mempersekutukan
seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.
17. Nabi
Muhammad adalah manusia biasa seperti manusia lain dalam naluri, fungsi fisik,
dan kebutuhannya, tetapi bukan dalam sifat dan keagungannya, karena Rasululah mendapatkan
bimbingan dari Allah dengan kedudukan yang istimewa.
18. Seperti
halnya permata yang indah adalah jenis batu yang sama jenisnya dengan batu yang
berada di jalanan, tetapi permata memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki
oleh batu lain.
19. Dalam
bahasa tafsir Al-Quran bahwa yang sama dengan manusia lain adalah “basyariyah”
bukan pada “insaniyah”, perhatikan bunyi firman Al-Quran yang berbunyi “basyarun
mitslukum” bukan “insan mitslukum”.
20. Atas
dasar sifat yang agung dan menyeluruh itu, Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan yang baik sekaligus sebagai
syahid, yaitu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
21. Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 21.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
22. Keteladanan
tersebut dapat dilakukan oleh setiap manusia, karena Nabi Muhaad memiliki segala sifat terpuji yang
dapat dimiliki oleh manusia.
23. Para
ulama menguraikan bahwa manusia dapat diklasifikasikan dalam empat tipe, yaitu:
a. Seniman
b. Pemikir
c. Pekerja
d. Tekun
beribadah.
24. Sejarah
hidup Nabi Muhammad membuktikan bahwa beliau menghimpun dan mencapai puncak dalam
ke-4 macam manusia tersebut.
25. Nabi
Muhammad dalam menghasilkan karya, tekun beribadahnya, seni bahasa yang
dikuasainya, dan pemikirannya sungguh mengagumkan setiap orang yang bersikap
objektif.
26. Semua
umat Islam akan kagum berganda kepada Nabi, pada saat memandang beliau melalui kacamata
ilmu dan kemanusiaan, serta dengan kacamata iman dan agama.
27. Banyak
fungsi yang ditetapkan Allah untuk Nabi Muhammad, salah satunya sebagai syahid, yaitu pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan yang ujungnya adalah pembawa rahmat bagi alam semesta.
28. Al-Quran
surah Al-Fath (surah ke-48) ayat 8.
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا
وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
“Sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai
saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”.
29. Kata
“syahid” dapat diartikan menyaksikan dengan pandangan mata maupun dengan
pandangan hati atau ilmu pengetahuan`.
30. Ayat
itu menjelaskan keberadaan umat Islam pada posisi pertengahan, agar mereka
tidak hanyut pada pengaruh kebendaan, dan tidak mengantarkannya membubung
tinggi ke alam rohani, sehingga tidak berpijak di bumi.
31. Umat
Islam berada di antara keduanya yaitu posisi
pertengahan, sehingga mereka dapat menjadi saksi dalam arti teladan dengan
skala kebenaran bagi umat yang lain, sedangkan Rasulullah yang berkedudukan sebagai syahid atau saksi
adalah teladan bagi umat Islam.
32. Sebagian
ulama berpendapat bahwa kata “syahid” berarti bahwa Nabi Muhammad akan menjadi
saksi di akhirat kelak terhadap umatnya dan umat yang terdahulu.
33. Al-Quran
surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 41.
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا
مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir
nanti), apabila Kami menghadirkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat
dan Kami mendatangkanmu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online
0 comments:
Post a Comment