HALAL
BIHALAL
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya, “Mohon
dijelaskan tentang halal bihalal menurut agama Islam?” Profesor Quraish Shihab
menjelaskannya.
1. HALAL
BIHALAL adalah dua kata ciri khas Islam Indonesia yang sering diucapkan dalam
suasana Hari Raya Idul Fitri, biasanya disertai kalimat “Minal Aizin Wal
Faizin” dan “Mohon Maaf Lahir Batin”.
2. Pengertian
halal bihalal.
1) Ke-1:
Pengertian Hukum.
a. Biasanya
kata “halal” dihadapkan dengan kata “haram”.
b. Haram
artinya sesuatu yang terlarang, yang melanggar akan berdosa dan mengundang
siksa.
c. Halal
maknanya sesuatu yang dibolehkan, ynag tidak mengundang dosa.
d. Halal
bihalal dapat diartikan menjadikan sikap seseorang terhadap pihak lain, yang
semula haram dan berakibat dosa, berubah menjadi halal, dengan cara memohon
maaf.
2) Ke-2:
Pengertian Bahasa.
a. Akar
kata “halal” membentuk berbagai kata dan memiliki arti beraneka ragam. Sesuai
dengan rangkaian kata berikutnya.
b. Halal
dapat diartikan menyelesaikan masalah, meluruskan benang kusut, melepaskan ikatan,
dan mencairkan yang beku.
c. Kegiatan
halal bihalal adalah suatu bentuk aktifitas yang dapat mengantarkan para pelaku
meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang membeku, sehingga cair
kembali.
d. Halal
bihalal dapat melepaskan ikatan yang membelenggu, menyelesaikan masalah yang
mengganggu, sehingga harmonis kembali.
3. Itulah
substansi halal bihalal, yang bungkusnya memang unik, sebagai salah satu ciri
khas umat Islam Indonesia, tetapi hakikatnya adalah ajaran Islam.
4. Halal
bihalal (menurut KBBI V) adalah hal maaf memaafkan setelah menunaikan ibadah
puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat tertentu berupa aula,
auditorium dan sebagainya.
5. Berhalal
bihalal artinya bermaaf-maafan pada saat Lebaran dan saling memaafkan pada
waktu Idul Fitri.
6. Kata
“halal” terulang 6 kali dalam Al-Quran, yang 4 kali dalam perintah makan, yang
disifati dengan kata “thayyibah” (baik dan “menyenangkan) dan 2 kali dalam
konteks kecaman.
7. Istilah
Halal mencakup empat hal.
a. Ke-1:
Wajib (harus dikerjakan).
b. Ke-2:
Sunah (dianjurkan).
c. Ke-3:
Makruh (tidak disukai).
d. Ke-4:
Mubah (pilihan bebas, boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan).
8. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 168.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang
halal dan baik yang terdapat di bumi. Jangan kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh nyata bagimu.”
9. Al-Quran
surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 69.
فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ
حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Maka makanlah sebagian rampasan perang
yang kamu ambil. Sebagai makanan halal dan baik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
10. Al-Quran
surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 88.
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ
اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
“Dan
makanlah makanan halal dan baik yang Allah telah rezekikan kepadamu. Bertakwalah
kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
11. Al-Quran
surah An-Nahl (surah ke-16) ayat 114.
فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ
اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Makanlah
yang halal dan baik rezeki yang diberikan Allah kepadamu. Syukuri nikmat Allah.
Jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
12. Setiap tahun, mendekati Hari Raya Idul Fitri arus
mudik amat besar karena banyak penduduk kota pulang ke desa, kembali ke kampung
halaman.
13. Mereka
bersilaturahmi, menyambung tali persaudaraan, berlibur dan bernostalgia.
14. Sebagian
orang berpendapat, ada yang memamerkan keberhasilan, menunjukkan hasil kesuksesan yang diraih di kota.
15. Mudik
yang terkait dengan silaturahmi adalah ajaran yang dianjurkan Islam.
16. Kata
“silaturahmi” berasal dari kata “shilat” dan “rahim”.
17. Shilat
bermakna “menyambung dan “menghimpun”.
18. “Rahim”
berarti kasih sayang, peranakan, atau kandungan” , karena anak yang dikandung
memperoleh curahan kasih sayang.
19. Hubungan
yang renggang, bahkan terputus. Antara orang yang berada di kota dengan orang di
kampung halaman, disebabkan berbagai alas an diharapkan akan tersambung dengan
silaturahmi.
20. Menyambung
tali yang putus adalah hakikat silaturahmi.
21. Nabi
Muhammad bersabda, “Bukan silaturahmi namanya, orang yang membalas kunjungan
atau pemberian, tetapi yang dinamakan silaturahmi adalah menyambung yang putus”.
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2,
5. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment