Thursday, February 11, 2021

8579. NIKMATNYA PERASAAN ROHANI

 


NIKMATNYA PERASAAN ROHANI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

Kata “puasa” atau “shiam” dalam bahasa Al-Quran artinya “menahan diri”.

 

 

 

Al-Quran ketika menetapkan kewajiban puasa tidak menegaskan bahwa kewajiban itu datangnya dari Allah.

 

 

Tetapi redaksi yang dipakai dalam bentuk pasif.

 

 

Yaitu ”Diwajibkan atas kamu berpuasa”.

 

 

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 183.

 

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُونَ

 

 

 

Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

 

 

 

 

 

Agaknya, redaksi itu sengaja dipilih untuk mengisyaratkan kewajiban berpuasa tidak harus datangnya dari Allah.

 

 

 

Tetapi manusiaitu sendiri akan mewajibkan dirinya sendiri berpuasa jika menyadari betapa banyaknya manfaat berpuasa.

 

 

 

 

Manusia diciptakan oleh Allah dari unsur tanah dan roh AIlah.

 

 

 

Unsur tanah mendorongnya memenuhi kebutuhan jasmani.

 

 

 

Roh Allah mengantarkan manusia  kepada hal bersifat rohaniah.

 

 

 

Kebutuhan jasmani manusia, terutama “fa'ali” (makan, minum dan hubungan seksual) menempati posisi teratas dari segala macam kebutuhan manusia.

 

 

 

Dan daya tarik makan, minum, dan hubungan seks sangat kuat sehingga sering  menjerumuskan.

 

 

 

 

 

Orang yang mampu mengendalikan kebutuhan dasarnya, diharapkan mampu mengontrol dirinya dari kebutuhan nafsu lainnya.

 

 

 

Mudah dipahami bahwa syarat sahnya puasa dalam ajaran Islam adalah “menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual”.

 

 

 

 

Naluri hewa secara alami telah mengatur jenis, kadar, waktu makan, waktu tidur dan hubungan seksualnya.

 

 

 

 

Naluri manusia tidak seperti binatang.

 

 

 

Manusia memperoleh kebebasan yang dapat menguntungkan atau malah membahayakan manusia sendiri.

 

 

 

Agama datang untuk mengatur kebebasan manusia dalam mengendalikan nafsunya.

 

 

 

 

Kenyataan menunjukkan manusia yang mengosumsi makanan melebihi kebutuhan jasmaninya, dia tidak dapat menikmati makanan dan minumannya.

 

 

Yang akan mengurangi aktivitas dan menjadikannya lesu sepanjang hari.

 

 

 

 

 

Naluri hubungan seksual dan kebutuhan nafsu lainnya jika diikuti tidak akan pernah terpuaskan.

 

 

 

Seperti perasaan gatal (eksim), semakin digaruk semakin tidak menyembuhkan bahkan  menimbulkan infeksi.

 

 

 

 

 

Manusia perlu obat mujarab sebagai latihan mengendalikan kebutuhan nafsunya.

Salah satu obat yang ditempuh oleh agama untuk mengendalian nafsu adalah syariat berpuasa.

 

 

 

Nabi Muhammad bersabda,

 

 

 

”Ada 2 kenikmatan yang diperoleh oleh orang  berpuasa.

 

 

 

Yaitu kenikmatan pada waktu berbuka dan kenikmatan kelak ketika berjumpa dengan Allah”.

 

 

 

 

Besarnya kenikmatan rohani melebihi kenikmatan jasmani.

 

 

 

 

Kenikmatan rohani dalam berpuasa hanya dapat dirasakan oleh yang mengalaminya sendiri.

 

 

 

 

Sungguh disayangkan jika ada orang yang tidak pernah merasakan kenikmatan berpuasa karena tidak pernah mencobanya.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisahdan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.      Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.      Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.      Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.      Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment