Wednesday, June 22, 2022

13708. RAJA ROMAWI TERIMA SURAT NABI LALU PANGGIL ABU SUFYAN

 




 

RAJA ROMAWI TERIMA SURAT NABI LALU PANGGIL ABU SUFYAN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Nabi Muhammad umur 59 tahun.

Tahun 6 Hijriah.

 

Rasulullah kirim surat kepada:

1.        Raja Najasyi di Habasyah.

2.        Raja Muqauqis di Mesir.

 

3.        Raja  Kisra di Persia.

4.        Raja Qaishar di Romawi.

 

Nabi mengajak mereka.

Untuk memeluk agama Islam.

 

Nabi punya stempel.

Berupa cincin perak.

 

Tulisan dalam bahasa Arab.

Dibaca dari kanan ke kiri.

Disusun dari bawah ke atas.

 

Stempel bertulisan,

”Muhammad Rasul Allah”.

 

Stempel disusun dalam 3 baris.

 

1)        Baris bawah tulisan “Muhammad”.

2)        Baris tengah tulisan “Rasul”.

3)        Baris atas tulisan “Allah“.

 

 Nabi Muhammad juga kirim surat kepada pemimpin lain, yaitu:

 

1.         Al-Mundzir bin Sawa.

Pemimpin Bahrain.

 

2.        Haudzah bin Ali Hanafy.

Pemimpin Yamamah.

 

3.        Al-Haris bin Abu Syamr.

Pemimpin Damaskus.

 

4.         Jaifar

Raja Oman.

 

Nabi mengajak mereka.

Untuk memeluk agama Islam.

 


Raja Heraklius di Romawi.

Di tempat amat jauh dari Arab Saudi.

 

Jaraknya 2.000 km lebih.

Di barat laut Arab Saudi.

 

Isi surat Nabi Muhammmad.

Untuk Raja Romawi.

 

 “Bismillahir-rahmanir-rahim.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 

Dari Muhammad bin Abdullah.

Kepada Heraklius pemimpin Romawi.

 

“Kesejahteraan bagi siapa pun.

Yang mengikuti petunjuk.

 

Masuklah Islam!

 

Niscaya Allah.

Akan melimpahkan pahala.

Kepada Tuan Raja 2 kali lipat.

 

Tapi jika Tuan Raja berpaling.

Maka Tuan Raja.

 

Akan menanggung  dosa.

Semua  rakyat Asiriyin”.

 


Nabi Muhammad menambahkan kutipan Al-Quran.

 

Yaitu surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 64.

 

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

 

Katakan: "Hai Ahli Kitab, mari (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakan kepada mereka: "Saksikan, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

 

 

 Pengantar surat Nabi ke Romawi.

Yaitu  Dihyah bin Khalifah.

 

Dia menunggang kuda.

Dari Madinah ke Romawi.

 

Pada saat itu.

Rombongan kafilah pedagang Quraisy Mekah.

 

Berada di Syam.

Dipimpin Abu Sufyan.

 


 
Abu Sufyan cerita kisahnya.

Saat  bertemu Raja Heraklius.

 

Karena ada surat dari Madinah.

Maka Abu Sufyan dan rombongan.

 

Dipanggil menghadap Raja Heraklius.

Di Palestina.

Untuk minta pendapatnya.

 

      Abu Sufyan diundang.

Dalam pertemuan pejabat Romawi.

Raja Heraklius pakai penerjemaah bahasa.

 

Raja Heraklius bertanya,

 

“Siapakah di antara kalian.

Saudara dekat.

Dengan orang yang mengaku nabi?”

 

Abu Sufyan menjawab,

“Saya, Tuan Raja”.

 

“Mendekatlah kemari,” perintah Raja Heraklius


Raja Heraklius bertanya,

“Bagaimana garis keturunan.

 

Orang yang mengaku nabi di Madinah.

Di tengah masyarakat kalian?”

 

“Dia orang terpandang di antara kami,” jawab Abu Sufyan.

 

Raja Heraklius bertanya,

“Apakah ada orang yang berkata seperti itu sebelumnya?”

 

 “Tidak ada,” jawab Abu Sufyan.


Raja Heraklius bertanya lagi,

“Apakah bapak-bapaknya dulu.

Ada yang menjadi raja?”

 

“Tidak ada,”jawab Abu Sufyan.

 

Raja Heraklius bertanya,

 

“Apakah pengikutnya.

Orang-orang  terhormat.

Atau orang-orang lemah?”

 

Abu Sufyan menjawab,

“Para pengikutnya.

Kebanyakan orang lemah dan miskin.”

 

      Raja Heraklius bertanya,

 

”Apakah jumlah pengikutnya.

Makin hari makin berkurang.

Atau makin bertambah?”

 

“Pengikutnya makin bertambah,” jawab Abu Sufyan.

 

Raja bertanya,

“Apakah pengikutnya.

 

Ada yang keluar karena membencinya.

Setelah dia masuk agama itu?” 

 

“Pengikutnya tidak ada yang membencinya,” jawab Abu Sufyan.

 

     Raja bertanya,

“Apakah dia pembohong?” 

 

Abu Sufyan menjawab,

“Dia tidak pernah berbohong”

 

Raja bertanya lagi,

“Apakah dia pernah berkhianat?”

 

“Dia tidak pernah berkhianat,” jawab Abu Sufyan.

 

Raja Heraklius bertanya,

”Apakah kalian pernah memeranginya.” 

 

“Ya, kami pernah berperang dengannya,” jawab Abu Sufyan.


     
Raja bertanya,

“Bagamana cara kalian memeranginya?”

 

Abu Sufyan menjawab,

 “Perang kami dengan dia bergantian.

 

Artinya terkadang dia menang.

Tapi terkadang kami yang menang.”

 

     Raja melanjutkan,

“Apa yang dia perintahkan kepada kalian?”

 

Abu Sufyan menjawab,

 

“Dia berkata, sembahlah Allah semata.

Jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya.

 

Dia menyuruh kami salat.

Sedekah, menjaga keselamatan diri.

Dan menjalin hubungan saudara,”


   
Raja Heraklius berkata,

“Jika yang kamu katakan itu benar.

 

Maka dia akan menguasai.

Tempat kakiku berpijak saat ini.

 

Karena jauh sebelumnya.

Aku sudah menduga.

Dia akan muncul.

 

Tapi aku  tidak menyangka.

Nabi baru itu.

Berasal dari kaum kalian.

 

Seandainya.

Aku bebas bertemu dengannya.

Aku memilih bertemu dengannya.

 

Jika aku berada di dekatnya.

Maka aku akan membasuh 2 kakinya.”


     
Raja Heraklius minta surat dari Nabi.

Lalu Raja membacanya.

 

Kemudian terdengar suara gaduh.

Rombongan Abu Sufyan.

 

Dibawa keluar dari ruang pertemuan.

Para pejabat Romawi.


    
Abu Sufyan berkata,

“Sejak aku bertemu Raja Romawi.

Aku yakin Nabi Muhammad akan menang”. 

 

Beberapa waktu kemudian.

Abu Sufyan memeluk agama Islam.

 


Daftar Pustaka


1.
Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.


2.
Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2017.


3.
Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2017.

 

 

0 comments:

Post a Comment