TERKADANG BENAR ATAU SALAH SULIT
DIBEDAKAN DI DUNIA
Oleh : Drs HM Yusron Hadi, MM
TENTARA musuh masuk sebuah desa.
Mereka menodai kehormatan.
Seluruh wanita di desa itu.
Kecuali seorang wanita.
Yang selamat dari penodaan.
Dia melawan.
Membunuh musuhnya.
Dan memenggal kepala tentara.
Yang akan menodainya.
Ketika seluruh tentara sudah pergi.
Meninggalkan desa itu.
Para wanita malang.
Semua keluar rumah.
Dengan busana compang-camping.
Meraung, menangis, dan meratap.
Kecuali 1 orang wanita tadi.
Dia keluar dari rumahnya.
Dengan busana rapat.
Dia bersimbah darah.
Sambil menenteng kepala tentara musuh.
Dengan tangan kirinya.
Para wanita lain bertanya,
“Bagaimana kamu bisa melakukan hal itu.
Dan selamat dari bencana ini?”
Ia menjawab,
“Bagiku hanya ada satu jalan keluar.
Yaitu berjuang membela diri.
Atau mati dalam menjaga kehormatan.”
Mendengar jawaban itu.
Para wanita lain mengaguminya.
Tapi kemudian muncul rasa was-was.
Merambat dalam benak mereka.
Bagaimana nanti.
Jika para suami menyalahkan mereka.
Gara-gara tahu ada contoh.
Wanita pemberani ini.
Mereka khawatir suaminya akan bertanya,
“Mengapa kalian tidak membela diri.
Seperti wanita itu.
Bukankah lebih baik mati daripada ternoda?”
Seketika kekaguman pun.
Berubah jadi ketakutan memuncak.
Bawah sadar ketakutan.
Para wanita itu.
Seperti mendapat komando.
Mereka beramai-ramai.
Menyerang wanita pemberani itu.
Dan membunuhnya.
Ya, membunuh kebenaran.
Agar mereka dapat bertahan hidup.
Dalam aib.
Dalam kelemahan.
Dalam fatamorgana bersama.
Mungkin ini gambaran.
Keadaan kita saat ini.
Orang-orang terlanjur rusak.
Maka mereka mencela, mengucilkan, dan menyerang.
Bahkan membunuh eksistensi orang-orang.
Yang masih konsisten.
Menegakkan kebenaran.
Agar kehidupan mereka.
Tetap terlihat berjalan baik.
Meskipun.
Sesungguhnya penuh aib, dosa, kepalsuan, dan
pengkhianatan.
Tak berdaya.
Dan menuju kehancuran nyata.
Masih belum terlambat.
Pastikan Anda berani.
Berpihak kepada KEBENARAN.
(Sumber Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri)
0 comments:
Post a Comment