PENGERTIAN
RIBA (4 HABIS)
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
A. Kesimpulan
tentang riba pada masa turunnya Al-Quran.
1. Riba
adalah kelebihan yang dipungut bersama jumlah utang yang mengandung unsur penindasan.
2. Bukan
sekadar kelebihan atau penambahan jumlah utang.
3. Kesimpulan
di atas diperkuat dengan praktik Nabi Muhammad.
4. Rasulullah
membayar utang beliau dengan memberi tambahan.
5. Abu
Hurairah berkata Rasulullah pinjam 1 ekor unta dengan usia tertentu kepada
seseorang.
6. Kemudian
orangnya datang kepada Rasulullah untuk menagihnya.
7. Rasulullah
mencari unta yang sesuai umurnya dengan unta yang dipinjamnya, tetapi beliau
tidak menemukannya.
8. Rasulullah
memerintahkan untuk memberi unta lebih tua kepada orang yang meminjamkan.
9. Rasulullah
memberi unta lebih tua untuk membayar utangnya.
10. Artinya
Rasulullah membayar utang beliau lebih
tinggi daripada harga pinjamannya.
11. Rasulullah
mengembalikan utangnya dengan memberi unta yang lebih mahal dibanding nilai
asli utangnya.
12. Nabi
Muhammad memberi unta yang lebih bagus.
13. Rasulullah
bersabda,“Inna khayrakumah sanukum qadha’an” (Sebaik-baik kalian adalah orang
yang sebaik-baiknya membayar utang).
14. Bukhari
dan Muslim meriwayatkan Jabir pernah memberi utang kepada Rasulullah.
15. Saat Jabir
mendatangi Rasulullah, maka utang Jabir dikembalikan oleh Rasulullah dengan
memberi kelebihan.
16. Ada
riwayat menyatakan,”Kullu qardin jarra manfa'atan fahuwa haram” (setiap piutang
yang menarik atau menghasilkan manfaat adalah haram).
17. Tetapi
hadis ini dinilai para ulama hadis sebagai hadis yang tidak bisa dipertanggungjawabkan
kesahihannya, sehingga tidak bisa dijadikan dasar hukum.
18. Syekh
Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar menjelaskan arti riba dalam Al-Quran.
1) Tidak termasuk
riba, jika orang memberi orang lain harta atau uang untuk investasi sambil
menetapkan baginya dari hasil usaha itu dalam kadar tertentu.
2) Karena
transaksi ini menguntungkan pengelola dan pemilik harta.
3) Riba
yang diharamkan adalah yang merugikan salah satu pihak karena terpaksa dan
menguntungkan pihak lain yang serakah dan tamak.
4) Dengan
demikian, tidak mungkin ketetapan hukumnya sama dalam pandangan Allah Yang Maha
Adil dan dalam pandangan orang berakal yang berlaku adil.”
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2,
5. Tafsirq.com
online.

0 comments:
Post a Comment