ADA HUMOR BANK ES-A-TE TAPI TAK
LUCU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Lima tahun lalu.
Kepala SMP Negeri Sidoarjo.
Sebanyak 44 orang.
Dari sekolah masing-masing. Berangkat
menuju ke Malang.
Memakai kendaraan sendiri.
Beberapa orang bergabung dengan
temannya.
Termasuk saya.
Dengan satu tujuan.
Hotel Purnama, Batu, Malang.
Dalam acara Program MKKS Bermutu.
Saya
ikut menumpang mobil teman.
Berangkat dari Bogi, Pademo Negoro,
Sukodono.
Pak Rodhi, sebagai joki yang
mengendalikan “kuda”.
Agar baik jalannya.
Duduk di sebelah kiri Pak Rodhi adalah
Pak Azhari.
Si “Ahli Hisap”.
Tentu saja, sambil kebul-kebul.
Duduk dengan santai sambil merokok.
Pak Azhari, si “Kepala Suku”.
Yang menentukan “abang ijonya” rombongan.
Kapan berangkat.
Jalur yang dilewati.
Di mana mampir.
Kapan berhenti untuk makan dan “pipis”.
Di belakang Pak Rodhi, duduk Pak
Hariono.
Si “Raja Lokal” yang memiliki IP tinggi.
Makna IP di sini, bukan hanya berarti
Indeks Prestasi waktu kuliah.
Juga bermakna “Ilmu Pendekatan”.
Terbukti, selama bertugas sebagai kepala
sekolah.
Selalu berada di lokasi yang dekat
tinggalnya.
Pak Ari, berada di sebelah kiri Pak Hariono.
Pak Ari mendapatkan julukan si “Panglima
Pinggiran”.
Laksana sebuah peperangan.
Mulai dari pinggiran, kemudian menguasai
pusat kota.
Artinya, Pak Ari merasa “senang” dan
“nyaman” bertugas di sekolah pinggiran.
Sedangkan saya, duduk di dekat pintu
mobil.
Sebagai “kernet” yang membuka dan
menutup pintu mobil.
Agak mirip dengan Pak Ari.
Kami menunggang mobil Toyota Avanza.
Warna silver.
Toyota Avanza, jenis mobil yang
“ditakuti” sopir bis.
Mengapa?
Tidak bisa disalip.
Percuma mendahului mobil Toyota Avanza.
Ketika berhasil mendahului satu mobil
Avanza.
Ternyata, di depan bis, masih ada mobil
Avanza lagi.
Menyalib lagi.
Masih ada lagi.
Begitu seterusnya.
Saking banyaknya.
Selama perjalananan.
Kami membahas topik “ngalor ngidul”.
Bicara “nggedabrus”.
Juga “ngomong blek”.
Sambil mendengarkan radio SS, Radio
Suara Surabaya.
Saat
itu, Yoyong Burhanuddin, penyiar SS menyampaikan
telah terjadi peristiwa kejahatan.
Di suatu Bank Surabaya.
Si pelaku menggunakan semacam isolasi
“double tape”.
Berusaha menghambat lubang masuk dan
keluar Kartu ATM.
Kemudian penjahat memanfaatkan kejadian
tersebut.
Untuk melaksanakan niat jahatnya.
Saya mengawali pembicaraan, “Bank yang ditakuti pedagang adalah Bank
Krut”.
Karena
pedagang yang “bangkrut”, berarti barang dagangan habis.
Tetapi,
uangnya juga ludes.
Tak
bersisa.
“Bank yang amat menjengkelkan adalah
Bank ES-A-TE,” ujar Pak Azhari.
“Bank apa itu?” tanya Pak Hariono.
“Bangsat!”, seru Pak Azhari.
Kami tertawa bersama.
Tapi, Pak Ari diam saja.
Mengapa? “Gak lucu”, teriak Pak Ari.
Sambil tersenyum.
Kami tertawa meledak.
Ya,
sungguh lucu.
Wong humor kok tidak lucu.
Berarti kan lucu!
0 comments:
Post a Comment