KEYAKINAN ADANYA IMAM
MAHDI BUKAN RUKUN IMAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M
KEYAKINAN ADANYA IMAM
MAHDI BUKAN AKIDAH
Pada sekitar tahun 2006, Jaber Bolushi meramalkan datangnya Imam
Mahdi.
Katanya, pada 23 Oktober 2015 Imam Mahdi akan muncul di Mekah
setelah hilang ke alam lain awal abad ke-20.
Tokoh itu berasal dari Jawa Tengah.
Pada 24 Oktober 2015 ia akan dibaiat di Kakbah.
Setelah itu sebagian pasukan yang dipimpin keturunan Mu’awiyah bin
Abi Sufyan ke Kufah tetapi dapat ditumpas.
Sebagiannya ke Madinah menghancurkan Masjid Nabawi.
Pasukan itu hendak membunuh Imam Mahdi di Mekah.
Tapi dapat ditumpas oleh pasukan Malaikat.
Setelah itu, Imam Mahdi ke Kufahmendirikan pemerintahan di sana.
Pro kontra Imam
Mahdi.
Pada Februari 2016 asteroid akan menubruk Amerika Serikat hingga
hancur.
Pada 11 September 2018, Nabi Isa turun dari langit membantu Imam
Mahdi.
Nantinya, pada
2019-2021, Kaum Yahudi seluruh dunia berbondong-bondong ke Israel.
Pada 7 Agustus 2022, Imam Mahdi merebut Jerussalem dan
menghancurkan Israel.
Ia akan datang menegakkan keadilan dan menghancurkan kezaliman.
Benarkan ramalan itu menjadi kenyataan?
Yang seharusnya sudah lewat ternyata tidak terjadi, dan yang akan
datang masih harus dinanti.
Messianisme Masa Lalu
Itu adalah ramalan yang
dibuat orang beberapa tahun lalu.
ltu bukan pertama.
Tradisi messianisme—kepercayaan akan datangnya tokoh di akhir
zaman menyelamatkan dunia ini— telah berkembang sejak zaman bahula.
Orang Zoroaster Persia menanti datangnya Mesio Darbahmi.
Orang Hindu menanti turunnya Kalki.
Orang Yahudi menanti Messiah.
Mirza Ghulam Ahmad di
India, mengaku sebagai Imam Mahdi memuji
penjajah Inggris atas Anak Benua India.
Sudan mengenal gerakan Mahdi sejak zaman penjajahan.
Di zaman kolonial orang Jawa percaya akan datangnya Ratu Adil.
HOS Cokroaminoto pernah diyakini sebagai Ratu Adil yang dijanjikan
untuk mengakhiri penderitaan akibat penjajahan Belanda.
Orang Jawa mengenal satrio piningit.
Pengikut Al-Arqam di Malaysia percaya Imam Mahdi akan muncul di
negeri Khurasan (sekarang Azerbaijan).
Banyak pengikutnya hijrah ke sana untuk menyambut kemunculan tokoh
mesianistik itu.
Konsep tentang figur itu punya ciri mirip dengan figur Imam Mahdi
dalam konsep Syiah.
Latar belakang lahirnya pun sama.
Yakni masa krisis ketika masyarakat tidak berdaya dan mengalami
penderitaan akibat kezaliman dan kejahatan merajalela.
Masuknya Messianisme ke Dunia Islam
Tradisi messianisme yang sudah dimiliki oleh orang Yahudi dan
Nasrani.
Bahkan masyarakat primitif sebelumnya masuk ke dunia Islam melalui
pintu Syiah sekitar abad ke-9.
Menurut kepercayaan Syiah Itsna Asyariyah, imam ke-12, Muhammad bin
Hasan al-Asykari, hilang bersembunyi tahun 874 M ketika usia 5 tahun.
Masa ketika imam bersembunyi disebut masa ghaybah (absen).
Pengikut Syiah meyakini imam ke-12 masih hidup sampai sekarang.
Berarti usianya lebih 1.141 tahun.
Dan akan kembali muncul di akhir zaman menghancurkan kezaliman dan
menegakkan keadilan.
Soal umur melebihi 1000 tahun, kaum Syiah menganggapnya rasional.
Allah Maha Kuasa, seperti umur Nabi Nuh 950 tahun.
Seorang intelektual Iran, Ali Syariati, sebagai penganut Syiah
taat memberi penafsiran modern atas konsep Mahdi Muntadhar (yang terbimbing dan
yang ditunggu) untuk menggerakkan revolusi di Iran.
Katanya, umat Islam tidak boleh berpangku tangan atas kezaliman,
dengan alasan menunggu datangnya Imam Mahdi.
Sebaliknya, umat harus
bergerak mendorong agar Imam Mahdi yang ditunggu segera muncul untuk
menghancurkan para thaghut (monarki Pahlevi di Iran) pada waktu itu.
lmam Mahdi Tak Ada dalam
Al-Quran
Kepercayaan tentang Imam Mahdi Muntadhar tidak ada dalam al-Quran.
Ia hanya disebutkan dalam hadis yang statusnya diperdebatkan.
Sebagian muhaddits mengatakan tidak ada hadis tentang Imam Mahdi
yang bisa dijadikan hujjah.
Tetapi ada juga yang meyakini sebaliknya.
Saya sendiri lebih condong ke pendapat ke-1, karena sanadnya
mengandung rawi bermasalah.
Analisis matan mengindikasikan adanya pengaruh kaum
Syiah mencari landasan normatif bagi keyakinannya tentang Imam
Mahdi.
Dalam proses itu hadis baru bermunculan dan tersebar ke pusat
periwayatan hadis, termasuk Suni.
Lebih dari itu, tinjauan tentang matan juga menunjukkan adanya
perbedaan tentang genealogi al-Mahdi.
Beberapa hadis menyebut keturunan Fatimah.
Hadis lain menyebutkan keturunan Abbas, paman Nabi.
Dan ada pula yang menyebutkan al-Mahdi adalah Isa bin Maryam.
Demikian pula tentang masa kekuasaannya.
Hadis-hadis berbeda dalam bilangan tahun kekuasaannya.
Yakni 5, 7, 9, dan bahkan 20 tahun.
Percaya Imam Mahdi
bukan termasuk akidah.
Percaya kepada Imam
Mahdi bukan bagian dari rukun iman.
Juga bukan termasuk akidah ushuliyyah.
Jika ada perbedaan, insyaallah tidak merusak iman.
Menyikapi kontroversi seperti itu, selayaknya kita yakin terhadap
apa yang kita yakini, dengan argumen jujur.
Sambil mohon hidayah dan taufiq dari Allah agar pemahaman kita
sesuai dengan kehendak Allah.
(Sumber Prof Syafiq A Mughny)
0 comments:
Post a Comment