AWAS WAJAH DEMOKRASI TAPI ISINYA
OTORITER
Oleh: Drs. H.M. Yusron
Hadi, MM
Bahaya Otoritarianisme Terselubung.
Bahaya otoritarianisme
harus kita bincangkan.
Dan dilawan.
Sejak sekarang.
Upaya melanggengkan
kekuasaan.
Lewat cara yang seakan
demokratis.
Harus dicegah.
Pemuja penguasa.
Dan pengkritik
penguasa.
Hal itu keniscayaan.
Dalam demokrasi.
Yang tak lazim.
Dan berbahaya dalam
bernegara.
Yaitu ketika
pengkritik.
Dibuat terdiam.
Dengan berbagai cara.
Mulai dari
menjadikannya.
Sebagai bagian dari
penguasa.
Sehingga tidak lagi
kritis.
Bahkan berubah menjadi
pendukung.
Sampai memberi tekanan.
Bagi pengkritik.
Yang tak ingin
bergabung.
Menjadi bagian dari
penguasa.
Dukungan mengalir.
Tidak hanya karena
rekrutmen aktivis.
Dalam pemerintahan.
Tapi juga penundukan
kaum intelektual.
Lewat otoritas kampus.
Dan proyek.
Dengan dukungan financial.
Guna memberi stempel.
Pada kebijakan.
Yang sering tak bijak.
Sementara itu.
Tekanan diberikan
dengan berbagai cara.
Misalnya.
1. Saat demonstrasi.
Dilakukan tekanan
fisik.
2. Penggunaan teknologi.
Untuk membungkam suara
kritis.
Seperti peretasan.
Dan pelanggaran data
pribadi.
3. Sistem hukum disalahgunakan untuk menekan pengkritik.
4. Menggunakan UU Informasi dan Transaksi Elektronik.
Yang sangat
bermasalah.
Mungkin kita jarang bicara
fenomena ini.
Secara terbuka.
Dan keseluruhan.
Karena pihak yang
mencoba mengungkit soal ini.
Sering mendapat label
negatif anti-pemerintah.
Yang makin dibuat
meluas.
Sampai ke soal fanatic
agama.
Tak sulit menciptakan
label ini.
Apalagi dengan bantuan
media social.
Yang hiruk pikuk.
Akibatnya.
Upaya kritik.
Yang penting bagi
demokrasi dikerdilkan.
Dicap pembuat kegaduhan.
Dan penolak
pembangunan.
Gambaran di atas.
Sudah cukup memenuhi
karakteristik.
Tentang
otoritarianisme.
Yaitu suatu pemerintahan.
Yang dilaksanakan
dengan tangan besi.
Oleh satu atau
segelintir orang.
Yang berkuasa.
Tujuannya melanggengkan
kekuasaannya.
Dan mengambil
keuntungan.
Sebanyak mungkin.
Juan Linz (1964)
menyebutkan.
Minimal ada 4 ciri
otoriter, yaitu:
1. Pluralisme politik dibatasi.
Dengan membatasi gerak:
1)
Legislatif.
2)
Partai politik.
3)
Kelompok kepentingan.
2. Legitimasi politik penguasa.
Didapat dari dampak
emosional belaka.
Dengan memosisikan
penguasa.
Sebagai pemberi solusi.
Bagi masalah sosial kasatmata.
3. Mobilisasi politik minimal.
Dan tekanan terhadap
aktivitas anti-penguasa.
4. Penguatan kekuasaan eksekutif.
Tapi gambaran ini terasa
kabur.
Tak terlihat jelas.
Oleh semua lapisan
masyarakat.
Karena demokrasi dirobohkan
dengan cara halus.
Dengan memakai institusi
demokrasi.
Tak ada serangan
dengan senjata.
Atau perampokan
dramatis.
Yang kasatmata.
Politisi memakai
kekuasaannya.
Untuk membuat
kebijakan.
Yang hanya
menguntungkan diri sendiri.
Sementara itu.
Rakyat disuguhi
berbagai tontonan.
Seperti MotoGP.
Dan berbagai proyek
mercu suar.
Saat harga kebutuhan
pokok naik.
Anggaran negara segera
diturunkan.
Untuk memberi subsidi.
Atau bantuan tunai.
Guna menjaga
legitimasi pemerintahan.
Seorang penyair Romawi.
Juvenal.
Pada akhir abad ke-1.
Dan awal abad ke-2 CE
(common era).
Menyebut fenomena ini.
Dengan istilah ”roti
dan sirkus”.
Atau panem et circenses.
Dalam bahasa Latin.
Istilah ini menggambarkan.
Rakyat Romawi yang miskin.
Dan menderita.
Tapi tetap mendukung
penguasa.
Karena penguasa
menyediakan tontonan rutin.
Di koloseum.
Dan membagi roti
gratis.
Ungkapan itu
mengangkat fakta.
Tentang dukungan public.
Dan legitimasi yang
didapat.
Bukan dari kebijakan.
Tapi menawarkan
atraksi.
Dan rasa kenyang.
Juvenal mengilustrasikan.
Bahwa kesenangan
pribadi.
Bisa mengalahkan
kewajiban moral.
Yang lebih luas.
Tentang sikap kritis
terhadap penguasa.
Yang sesungguhnya
gagal.
Yang mengerikan dari
situasi.
Di negara Romawi saat
itu.
Yaitu pertunjukan makin
lama makin berdarah.
Sementara rakyat malah
bersorak sorai.
Makin kehilangan nalar.
Dan hilang kemanusiaannya.
Kita tak ingin.
Sampai seperti itu.
Bahaya otoriter.
Harus kita bincangkan.
Dan dilawan.
Sejak sekarang.
Upaya melanggengkan
kekuasaan.
Lewat cara yang seakan
demokratis.
Tapi otoriter.
Harus dicegah.
Bahaya Otoritarianisme Terselubung.
Bahaya otoritarianisme
harus kita bincangkan dan lawan sejak sekarang.
Upaya untuk
melanggengkan kekuasaan.
Melalui cara yang
seakan demokratis harus dicegah.
(Sumber BIVITRI SUSANTI)
0 comments:
Post a Comment