PROF KIM 100 TAHUN BARAT NILAI
ISLAM TAK COCOK DEMOKRASI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Prof Kim: Muhammadiyah dan Aisyiyah
Contoh Ideal Berdemokrasi dalam Islam.
Menyambut
momentum milad 108 tahun Muhamamdiyah dan 104 Aisyiyah.
Fakultas
Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora mengadakan kegiatan virtual Seminar Nasional
(31/5).
Juga
kegiatan Milad ke-30 tahun Universitas Aisyiyah.
Dengan
tema Tradisi Demokrasi Persyarikatan Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah.
FEISHum
UNISA Yogyakarta menghadirkan Prof Hyung-Jun Kim dari Kangwoo National
University sebagai pembicara utama.
Seminar juga diisi dosen Feishum.
Dewi Amanatun Suryani dari Prodi
Administrasi Publik.
Dan Diska Arliena Hafni dari
Prodi Administrasi Publik.
Mega Ardina, Dekan FEISHum UNISA
Yogyakarta memberi sambutan.
Dalam usia 108 tahun Muhammadiyah.
Dan 104 tahun Aisyiyah menunjukkan
demokrasi telah mengakar kuat pada organisasi ini.
Sehingga penting membahas lebih
jauh tradisi demokrasi dalam Persyarikatan Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah.
Muhammadiyah dan Aisyiyah pada
berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara menunjukan kepada kita.
Bahwa Persyarikatan telah memberi
contoh pembelajaran demokrasi yang sangat baik.
Prof Hyung-Jun Kim mengungkapkan selama 100 tahun lebih.
Para ilmuan menganggap sistem
demokrasi sulit kompatibel dengan Islam.
Karena pandangan Islam tidak
mungkin memisahkan negara dan agama.
Dalam sistem politik Islam adalah
kesatuan agama dan negara.
Tapi, Muhammadiyah dan Aisyiyah memberi
contoh ideal.
Bagaimana sistem demokrasi berjalan dalam organisasi agama.
Unsur dalam Muhammadiyah Aisyiyah
lebih kuat dibanding konsep Civil Society di negara barat.
Unsur itu didukung beberapa pilar
dalam tradisi demokrasi Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Misalnya ideologi, sistem
kepemimpinan, sistem keputusan, hubungan anggota, sistem mengolah amal usaha
dan sistem operasi.
Dewi Amanatun menuturkan.
Muhammadiyah menjalankan tradisi
demokrasi bahkan sejak masa kemerdekaan Republik Indonesia.
Hal didukung terlibatnya kader
Muhammadiyah dalam BPUPKI.
Yaitu Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Di masa reformasi, kiprah
Muhammadiyah makin nyata di segala sektor.
Untuk merawat tradisi demokrasi Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Peran Kaum Muda sebagai kader sangat diperlukan.
“Untuk itu kaum muda harus menjiwai nilai demokrasi” Ujar Diska Arliena
Hafni menambahkan.
(Sumber suara,muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment