ADA 4 PENDAPAT TENTANG
MIKRAJ BUKAN ISRA
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
Beda pendapat tentang
peristiwa isra mikraj Rasulullah.
Aisyah (istri
Nabi) adalah ulama besar.
Aisyah yakin tak
terjadi peristiwa mikraj.
Tapi hanya
terjadi peristiwa isra saja.
Menurut keyakinan Aisyah, Nabi itu hanya isra saja.
Tapi keyakinan ulama
sedunia, Nabi juga mengalami mikraj dan berdialog dengan Allah.
Nabi melihat Allah di
Sidratul Muntaha.
Muslim meriwayatkan bahwa Aisyah berkata,
من زعم أن محمدًا رأى ربه فقد أعظم الفرية على الله
“Siapa yang meyakini
bahwa Nabi Muhammad pernah melihat Tuhannya.
Berarti dia
membuat kedustaan besar atas nama Allah.”
Jika kita yakin bahwa Nabi Muhammad melihat
Tuhannya.
Desain imajinasi
kita pasti Tuhan bertahta dan bertempat.
Itu yang tidak
diinginkan Aisyah.
Lalu, imajinasi desain
kita bahwa Nabi ngobrol dengan Allah.
Di sana ada meja, ada
kursi.
Hal ini menabrak
kaidah keyakinan kita bahwa Allah tidak bertempat.
Aisyah berkata,
“Tidak ada
dialog antara Nabi Muhammad dengan Allah.”
Aisyah menguatkan pendapatnya dengan ayat Al-Quran.
1. Al-Quran surah
Al-An’am (surah ke-6) ayat 103.
لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ
ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Dia
(Allah) tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dia Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Sebagian ulama tafsir berpendapat menolak Rasulullah bisa melihat Allah dengan
ayat ini kurang tepat.
Karena yang ditiadakan
dalam ayat di atas adalah al-idrak (meliputi).
Sedangkan yang dibahas
adalah ar-rukyah (melihat).
Melihat berbeda dengan
meliputi.
2. Al-Quran surah
Asy-Suara (surah ke-42) ayat 51.
۞ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ
اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا
فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Dan tidak mungkin bagi
seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Abu Dzar, sahabat Rasulullah.
Juga menolak bahwa
Rasulullah berbicara dengan Allah.
Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah,
“Apakah Nabi
melihat Allah ketika isra mikraj?”
Rasulullah bersabda,
نور أنى أراه
“Ada cahaya, bagaimana
aku melihat-Nya.”
Dalam riwayat lain.
Rasulullah bersabda,
“Aku melihat
cahaya.”
Semua ulama
sepakat.
Bahwa tidak ada
seorang pun di dunia ini yang bisa melihat Allah dengan mata kepalanya sendiri.
Rasulullah bersabda,
تعلَّموا أنه لن يرى أحد منكم ربه عز وجل حتى يموت
“Yakini, bahwa di antara kalian tidak akan bisa melihat Tuhannya sampai dia
mati.”
Yang menjadi perbedaan ulama adalah,
Apakah Rasulullah
melihat Allah ketika isra mikraj atau tidak?
Ada beda pendapat
tentang apakah Rasulullah melihat Allah pada peristiwa isra mikraj.
1. Mayoritas ulama ahli
sunah berpendapat bahwa Rasulullah melihat Allah.
2. Ulama lain berpendapat
Rasulullah melihat Allah dengan hati.
3. Ulama yang lain lagi
tidak mengambil sikap.
4. Nabi tak melihat Allah.
Keterangan Ibnu Abbas tentang firman Allah dalam surah An-Najm.
Yang artinya,
‘Sesungguhnya
Muhammad telah melihat-nya pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.’
Ibnu Abbas menjelaskan
tentang ayat ini,
رأى ربه فتدلى فكان قاب قوسين أو أدنى
Beliau melihat
Tuhannya dan mendekat.
Sehingga jaraknya
seperti dua busur atau lebih dekat.
Dari Qatadah,
bahwa Anas bin Malik berkata,
رأى محمدٌ ربَّه
“Nabi Muhammad melihat Tuhannya” .
Tapi riwayat ini
dinilai lemah oleh sebagian ulama.
Abu Hurairah ditanya oleh Marwan bin Hakam,
“Apakah Nabi Muhammad
melihat Tuhannya.”
Jawab beliau,
‘Ya, beliau
telah melihatnya.’
Pendapat lainnya adalah Nabi Muhammad melihat Allah dengan hati.
Ada hadis yang mendukung pendapat ini, tapi hadisnya daif.
رأيته بفؤادي، ولم أره بعيني
“Saya melihat dengan
mata hatiku dan tidak dengan mata kepalaku.”
أن النبي صلى الله عليه وسلم رأى ربه بفؤاده مرتين
Pendapat terakhir adalah tawaqquf.
Yaitu tidak mengambil
sikap.
Sa’id bin
Jubair, ulama tabiin, murid Ibnu Abbas berkata,
“Saya tidak
berpendapat Nabi melihat Allah.
Tapi tidak pula
berpendapat beliau tidak melihat Allah.”
Al-Qodhi Iyadh, ulama Syafi’i, berkata,
“Beberapa guru
kami tidak mengambil sikap dalam perselisihan ini.
Mereka beralasan tidak
ada dalil yang tegas dalam hal ini.
Meskipun secara logika
memungkinkan terjadi.”
(Sumber Gus Baha)
0 comments:
Post a Comment