AGAR ADIL HARUS OBJEKTIF LIHAT MASALAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Berbagai soal kebangsaan.
Yang terjadi belakangan.
Bukan sebatas hilir.
Tapi berasal dari hulu.
Yaitu kebijakan pemerintah.
Yang ikut mempengaruhinya.
Pernyataan itu disampaikan.
Sekretaris
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Prof. Dr. H.
Abdul Mu’ti, M.Ed.
Dalam acara.
“Pak Sekum
Menyapa:
Apa Kabar Muhammadiyah Hari Ini?”
Secara daring oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM)
Depok, Sleman.
Senin (7/3),
Indonesia
saat ini.
Tidak sedang
baik- baik saja.
Karena
banyak isu.
Hadir
silih berganti.
Menghampiri
negeri ini.
Terutama
kalangan akar rumput.
Merasakan
langsung dampaknya.
Mulai langkanya
minyak.
Dan naiknya
harga pangan.
Juga ada
isu elit.
Salah
satunya.
Wacana
penundaan Pemilu 2024.
Dalam Persyarikatan
Muhammadiyah.
Ada insiden
di Banyuwangi.
Yaitu salah
satu papan nama Masjid.
Milik
Ranting Muhammadiyah dicabut.
Tentu
memantik rasa simpati.
Bagi
seluruh warga Persyarikatan.
Bagaimana
tanggapan PP Muhammadiyah terkait isu itu?
Melihat
kondisi negeri saat ini.
Abdul
Mu’ti setuju.
Jika
Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Karena
pandemi Covid-19.
Menimbulkan
dampak sistemik.
Dan
fundamental serta global.
“Kita
hidup dalam tatanan dunia.
Yang saling
bergantung.
Sehingga
kita harus saling memperkuat,” jelasnya.
Berbagai
soal itu.
Tentu
tidak berdiri sendiri.
Harus dilihat
dengan sudut pandang objektif.
Artinya
masalah yang terjadi saat ini.
Masalah
hilir yang lebih substantif.
Atau
mendasar.
Salah
satu contohnya.
Langkanya
minyak goreng.
Yaitu dampak
kebijakan besar.
Yang
selama ini.
Tidak
bisa dikontrol pemerintah.
Sehingga
terjadi kepanikan sosial di masyarakat.
Karena
khawatir tidak mendapat minyak goring.
Menjadi
masalah serius.
Adapun,
hulu masalahnya.
Bisa
dilihat dari kebijakan pemerintah.
Tentang
industri minyak goreng.
Tidak
hanya masalah minyak goreng saja.
Tapi harga
kebutuhan pokok lainnya.
Juga
akan mengalami kenaikan.
Khawatir
bisa berdampak pada sektor lain.
Pemilu 2024
tak perlu ditunda
Pemilu
2024.
Tidak perlu
ditunda.
Jika
argumen penundaan pemilu.
Terkait
ekonomi.
Pemerintah
menyatakan.
Bahwa ekonomi
sudah mulai membaik dan tumbuh.
Argumen
tentang bencana.
Tidak
ada yang bisa memprediksi datangnya bencana.
Karena
Indonesia berada di kawasan ring of fire.
Beberapa
argumen penundaan pemilu.
Bisa
dipatahkan.
Misalnya
perang Rusia-Ukraina .
Dan
pandemi Covid-19.
Jika pemilu
ditunda.
Akan muncul
masalah lain.
Seperti
dijelaskan beberapa analis.
Yaitu terkait
perpanjangan masa jabatan presiden, kabinet, DPR, DPD, DPRD.
Dan
berbagai jabatan lainnya,” ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berbagai
soal yang terjadi di Indonesia.
Tentunya
tidak bisa mengkapitalisasinya.
Tanpa
melihat secara objektif .
Sisi-sisi
positif pencapaian pemerintah.
Jika dilihat
aspek kekurangannya saja.
Maka timbul
rasa pesimis.
Melihat
masa depan Indonesia.
Tapi jika
hanya dilihat sisi positifnya saja.
Maka timbul
rasa terlalu percaya diri.
Melihat
masa depan.
Padahal
masih banyak masalah.
Yang
harus diselesaikan.
Kita agar
melihat persoalan dengan outlook objektif.
Yaitu mampu
melihat keberhasilan.
Tapi tidak
menutupi kekurangannya.
Keberhasilan
yang sudah dicapai.
Harus
ditingkatkan.
Masalah
kekurangannya.
Harus
diperbaiki.
Dan
disempurnakan.
Hal itu
ciri khas gerakan Muhammadiyah.
Yaitu
tidak menjadi korektif-reaktif.
Yang melihat
sisi kekurangannya.
Lalu
bereaksi.
Tanpa
solusi atau jalan keluar.
Muhammadiyah
sesuai khittah atau kepribadiannya.
Yaitu organisasi
yang terhadap pemerintahan.
Selalu
bersikap harmonis-kritis.
Tetap
mengedepankan harmoni.
Tapi
juga bersikap kritis.
Karena
itu ciri dari masyarakat madani.
Menurut
Muhammadiyah.
Hal itu
sesuai Matan Keyakinan.
Dan
Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.
Bahwa
kita mendukung pemerintahan yang sah.
Mematuhi
hukum yang berlaku.
Sepanjang
hukum itu.
Tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.
Penyelenggaraan
Negara.
Juga
tidak bertentangan dengan Pancasila dan
UUD 1945,” paparnya.
Agar seluruh
warga Muhammadiyah.
Senantiasa
menyampaikan kebaikan dengan makruf.
Dengan
perkataan lembut.
Tapi
tegas, bernas, bermakna dalam, mulia, benar.
Dan
bisa dipahami sebaik-baiknya.
Kepada
orang lain.
Dalam
melihat masalah.
Perlu sikap
objektif, independen.
Tidak
mudah dipengaruhi hal yang tidak jelas sumbernya.
Dan
tidak jelas benarnya.
“Kita
harus senantiasa mengajak berbuat baik.
Sesuai
prinsip mengajak pada kebaikan.
Juga
mengingatkan.
Bahwa jika
masalah tidak diatasi.
Maka
kita akan punya masalah sangat besar.
Yaitu
bangsa ini akan tinggal sejarah,” pungkasnya.
(Sumber
suara.muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment