Sunday, May 8, 2022

13163. NEGARA MAJU RESESI KURANG SEKS TAK MENIKAH TAK PUNYA ANAK

 

 



 

NEGARA MAJU RESESI KURANG SEKS TAK MENIKAH TAK PUNYA ANAK

Oleh: Drs. H.M.  Yusron Hadi, M.M.

 

 

Sejumlah negara mengalami 'resesi seks'.

Dalam beberapa tahun terakhir.

 

Istilah ini merujuk.

Turunnya gairah pasangan untuk:

1.        Hubungan seksual.

2.        Menikah.

3.        Punya anak.

 


Isu 'resesi seks' di Amerika Serikat.

Terendus sejak tahun 2019.

 

Adanya pandemi COVID-19.

 

Diyakini salah satu alas an.

Banyak pasangan menunda menikah.

Dan menunda jadi orang tua.

 

Penelitian Institute for Family Studies (IFS) menunjukkan.

 

Bahwa tahun 2008 - 2021.

Jumlah orang dewasa muda.

 

Yang ogah berhubungan seks.

Meningkat lebih dari 2 kali lipat.

Dari 8 persen jadi 21 persen.



Menurut penelitian.

Banyak wanita rentang usia 18-35 tahun.

Tidak berhubungan seks.

Dalam 1 tahun terakhir.

 

Peningkatan didorong pernikahan  tertunda.

Akibat pandemi COVID-19.


Hampir 50 Persen Wanita Muda di China Ogah Nikah.

 

Jake Novak, analis ekonomia mengatakan.

Bahwa 'resesi seks' cenderung dialami  kaum milenial.

Dengan rentang usia 20 – 40 tahun.

 



Dalam publikasinya di laman CNBC Internasional.

 

Novak menyebut menurunnya gairah seks dan pernikahan.

 

 Juga indikasi kaum muda.

Ingin menunda aspek kedewasaan lainnya.

 

Seperti properti (membeli rumah).

Atau otomotif (membeli mobil).

 

Data Survei Sosial Umum tahun 2018.

 

Sekitar 23 persen orang dewasa.

 

Mengaku tidak hubungan seks.

Dalam 1 tahun.

Hal ini rekor tertinggi sepanjang masa.


Fenomena "resesi seks" terjadi di banyak negara di dunia.

 

Mulai wilayah Barat hingga Asia.

Yaitu menurunnya mood pasangan.

Untuk hubungan seksual, menikah dan punya anak.

 

Singapura mengalami fenomena ini.

Tahun 2021.

Angka kelahirannya.

Hanya mencapai 1,12 bayi per wanita.

 

Jumlah ini sangat rendah.

Dibanding rerata global.

Yang berkisar 2,3 bayi per wanita.

 

Data Singopura.

1.        Tahun 1986.

Terjadi 19.348 pernikahan.

 

2.        Tahun 2019.

Terjadi 22.165 pernikahan.

Turun 12,3 persen.

Dibanding tahun lalu.

 

 

3.        Tahun 2020.

Terjadi 19.430 pernikahan.

 

McKinsey & Company berpendapat.

Bahwa resesi seks punya dampak ekonomi.

Yaitu kondisi lonely economy.

 

Lonely economy.

Yaitu istilah kegiatan ekonomi.

Didorong masyarakat.

Cenderung hidup sendiri.

 

Menurut statistik.

Jumlah orang dalam sebuah rumah tangga terus menyusut.

 

Sebaliknya.

Rumah tangga berisi 1 orang.

 

Atau melajang.

Makin banyak.

 

Pergeseran demografis yang signifikan.

Mengubah pola permintaan.

 

Meningkatnya jumlah orang memilih hidup sendiri.

Mendorong fenomena hewan peliharaan.

 

Kepemilikan hewan peliharaan melonjak di Asia.

Termasuk Singapura.

 

Dalam 5 tahun terakhir.

Jumlah hewan peliharaan:

1.        China.

Melonjak 114 persen.

 

2.        Singapura.

Melonjak 12 persen.

 

3.        Thailand.

Melonjak 23 persen.

 

 

Tak hanya hewan.

Penggunaan aplikasi juga meningkat.

 

Seperti Chatbot yang digerakkan  kecerdasan buatan.

 

Aplikasi ini kian poluler.

Jumlah pengguna makin meningkat.

Mayoritas orang lajang.

 

Juga ada robot LOVOT dari Jepang.

Yang mampu menjaga suhu tubuhnya.

Seperti manusia.

Dan bisa minta pelukan.

 

Tahun 2020.

Permintaannya meningkat 15 kali.

Akibat pandemi dan efek lonely economy.

 

Pola konsumsi makanan.

Juga diyakini berubah.

 

Rumah tangga single.

Butuh produk berbeda.

 

Termasuk makanan dikirim ke rumah.

Dan porsi lebih kecil.

Untuk makanan kemasan.

 

Tahun 2012-2019 di Jepang.

Berat bersih rerata.

Beberapa barang konsumsi.

Menurun 8 persen.


(dari berbagai sumber)

 

0 comments:

Post a Comment