Tuesday, October 19, 2021

11308. NIKAH MUT'AH ZAMAN NABI PERANG






NIKAH MUT’AH ZAMAN NABI PERANG

Oleh: Drs. H. YusronHadi, M.M.

 

 

Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 24.

 

۞ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۖ كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَٰلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ ۚ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهِ مِنْ بَعْدِ الْفَرِيضَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

 

Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita bersuami, kecuali budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikan kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tidak mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 236.

 

لَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ مَا لَمْ تَمَسُّوهُنَّ أَوْ تَفْرِضُوا لَهُنَّ فَرِيضَةً ۚ وَمَتِّعُوهُنَّ عَلَى الْمُوسِعِ قَدَرُهُ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهُ مَتَاعًا بِالْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِينَ

 

Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian adalah ketentuan bagi orang yang berbuat kebajikan.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 241.

 

وَلِلْمُطَلَّقَاتِ مَتَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ

 

Kepada wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut'ah menurut yang makruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.

 

 

Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 28.

 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا

 

Hai Nabi, katakan kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian ingin kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.

 

 

Al-Quran surah A-Ahzab (surah ke-33) ayat 49.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ فَمَا لَكُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ عِدَّةٍ تَعْتَدُّونَهَا ۖ فَمَتِّعُوهُنَّ وَسَرِّحُوهُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا

 

Hai orang-orang beriman, jika kamu menikahi wanita beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskan mereka dengan cara sebaik-baiknya.

 

 

Al-Quran surah Al-Maarij (surah ke-70) ayat 29-31.

 

 

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ

 

Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya.

 

إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ

 

Kecuali terhadap isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela.

 

فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ

 

Barang siapa mencari di balik itu, maka mereka orang  melampaui batas.

 

 

Nabi bersabda,

 

“Wahai manusia.

Aku pernah membolehkan kamu (nikah) mut’ah dengan wanita.

Kemudian Allah mengharamkannya sampai  kiamat.

 

Oleh karena itu.

Jika masih ada yang punya wanita lewat  jalan mut’ah.

Maka hendaklah ia melepaskannya.

Dan kamu jangan mengambil sedikit pun.

Dari apa yang kamu berikan kepada mereka.”

 

Sahabat berkata,

 

“Nabi memberi keringanan (rukhsah) pada tahun Autas.

Atau Perang Hunain untuk nikah mut’ah 3 hari.

 

Kemudian Nabi melarangnya”.

 

Ibnu Abbas berkata,

 

”Sesungguhnya Nabi melarang nikah mut’ah.

Dan makan daging keledai pada masa Perang`Khaibar”.

 

Sabroh berkata,

 

”Kami berperang  selama 30 hari.

 

Awalnya Nabi mengizinkan kami untuk melakukan nikah mut’ah.

Atau kawin kontrak dengan wanita.

 

Kemudian aku melakukan nikahmut’ah dengan seorang gadis.

 

Ketika kami keluar Mekah.

 

Maka Nabi melarang nikah mut’ah.

 

Nikah mut’ah atau kawin kontrak pernah dilakukan para sahabat.

 

Ketika berada di medan perang.

 

Mayoritas tentara Islam adalah para pemuda lajang yang tidak sempat menikah.

 

Sebagai manusia biasa dan lelaki normal.

 

Dengan semangat perang jihad di padang pasir.

Untuk mempertahankan syiar Islam.

 

Tetapi gelora birahi mereka ikut menggejolak.

Menuntut untuk segera dipenuhi.

 

Tentara Islam mencoba menahan goncangan syahwat dengan puasa.

 

Padahal mereka harus kontak senjata dengan tentara musuh.

 

Maka puasa bukan solusi efektif .

Karena fisik menjadi lemah.

 

Kondisi ini dibolehkan nikah mut’ah.

 

Atau disebut “kawin kontrak”.

 

Karena  kondisi darurat.

Pada zaman perang.

 

Nabi mengizinkan tentara Islam.

 

Yang terpisah jauh dari istrinya.

Untuk melakukan nikah mut’ah.

Atau “kawin kontrak”.

 

Daripada melakukan penyimpangan.

 

Nabi memberi keringanan tentara Islam untuk nikah mutah wanita setempat.

 

Selama mereka mempertaruhkan nyawa membela Islam.

 

 

Kemudian Nabi mengharamkan nikah mut’ah.

 

Ketika pembebasan kota Mekah.

 

Pada tahun 8 Hijriah atau 630 Masehi.

 

 

DaftarPustaka.

1.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2


0 comments:

Post a Comment