MOTIVASI MARBOT PENJAGA
MASJID JADI PROFESOR
Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.
MARBOT JADI PROFESOR
Tahun 1998.
Dia ke Jogja.
Sebagai mahasiswa
baru.
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Jurusan elektro.
Kehidupannya tidak berkecukupan.
Membuatnya prihatin.
Dia kuliah, tinggal dan
mengurus masjid Al Amin.
Dia menjadi marbot.
Dan jualan tempe.
Tiap pagi setelah
Subuh.
Dia kayuh sepeda
bututnya.
Mengambil tempe
Mochlar.
Dan mengantar ke
langganannya.
Setelah itu.
Dia kembali ke
masjid.
Untuk membersihkan
masjid.
Kemudian mengayuh
sepedanya ke kampus.
Yang jaraknya
sekitar 5 km.
Terkadang malam hari
selepas Isya.
Dia mengantar tempe.
Ke langganan yang
lain.
Dia sering pulang ke
masjid.
Di sela-sela jam
kuliahnya.
Untuk melantunkan azan
Duhur atau Asar.
Kemudian balik lagi
ke kampus.
Untuk meneruskan
kuliahnya.
Sepulang kuliah.
Dia mengajar
anak-anak mengaji di TPA masjid.
Berpuluh anak
belajar alif ba ta darinya.
Tepuk anak saleh.
Dan lagu anak TPA diajarkannya.
Tiap malam Kamis.
Dia menyiapkan pengajian
rutin.
Sebagai marbot
masjid.
Dia mengurs minuman
dan snack.
Membagikan ke jamaah.
Setelahnya.
Dia merapikan lagi
tikar.
Menyapu lantai dan
mengepelnya.
Alhamdulillah.
Udin, begitu kami
memanggilnya.
Lulus dengan
cumlaude.
Dia kuliah S2 di
Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS).
Kemudian menikah.
Setelah menikah.
Dia tidak lagi
tinggal di kampung kami.
Menurut kabar.
Dia tinggal di
daerah Bantul.
Selang berapa tahun.
Dia kembali.
Dia membeli rumah di
kampung kami.
Dekat masjid.
Yang dulu dia rawat.
Kali ini.
Dia sudah menjadi
dosen di UNY.
Dan sudah bergelar
PhD.
Sudah punya 3 anak.
Bertahun berlalu.
Udin yang dulu
mengayuh sepeda butut.
Sekarang mengendarai
mobil.
Sesekali sepeda
dikayuhnya.
Untuk berolah raga.
Tak lama lagi.
Dia akan menjadi
Profesor.
Profesor Khairudin.
Pada usia sangat
muda.
.
Barakallah Prof
Khairudin.
Maafkan kami.
Tak bisa mengubah
panggilan itu.
Yaitu Udin.
Meskipun sudah
Profesor.
Engkau tetap Udin.
Seperti anak bagi
mama dan bapak, adik, kakak, bagi keluarga kami.
Dan menjadi teladan
bagi kami.
Condong Catur
(4 Agustus 2020)
(Sumber Falasifah
Ani Yuniarti)
0 comments:
Post a Comment