METODE PENALARAN TAFSIR
AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi,
M.M.
Metode ialah cara teratur
yang dipakai untuk melakukan suatu pekerjaan.
Agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki.
Tafsir adalah penjelasan
tentang ayat Al-Quran.
Agar maksudnya lebih mudah
dipahami.
Metodologi Tafsir Al-Quran
ialah uraian tentang metode dalam penafsiran Al-Quran.
Metode Penalaran Tafsir
Al-Quran adalah metode menafsirkan ayat Al-Quran.
Dengan mengandalkan nalar.
Nalar atau akal budi adalah
berpikir logis.
Untuk mempertimbangan
sesuatu baik atau buruk.
Ada 2 metode penalaran
tafsir Al-Quran paling popular, yaitu:
1. Metode
Tahlili.
2. Metode
Maudhui.
METODE TAHLILI
Yaitu metode tafsir.
Yang mufasirnya berusaha menjelaskan
kandungan ayat Al-Quran.
Dari aneka sudut.
Dengan memperhatikan
runtutan ayat Al-Quran.
Seperti tercantum dalam urutan
mushaf.
Mufasir menguraikan arti
kosakata, “asbabun nuzul”, munasabah, dan lainnya.
Yang Terkait dengan teks atau
kandungan ayat Al-Quran.
Metode ini sangat luas.
Tapi tidak menyelesaikan suatu
pokok bahasan.
Sering suatu pokok bahasan dalam
ayat Al-Quran.
Diuraikan kelanjutannya
pada ayat lain.
Metode ini untuk meletakkan
dasar rasional.
Bagi pemahaman mukjizat
Al-Quran.
Mukjizat Al-Quran ditujukan
kepada orang yang tidak percaya kepada Al-Quran.
Hal ini dapat dibuktikan dengan rumusan
definisi mukjizat.
Yang berisi tantangan kepada orang yang tidak percaya
Al-Quran.
Teks ayat Al-Quran yang bicara
tentang hebatnya Al-Quran.
Sang selalu dimulai dengan
kalimat:
“Inkuntum fi raib” atau “Inkuntum
shadiqin”.
Artinya “jika kamu orang
yang benar.”
Al-Quran menantang siapa pun yang meragukannya.
Untuk menyusun mirip seluruh Al-Quran.
Al-Quran surah Ath-Thur (surah
ke-52) ayat 32-34.
أَمْ تَأْمُرُهُمْ أَحْلَامُهُمْ بِهَٰذَا ۚ أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
Apakah mereka diperintah oleh pikiran mereka untuk
mengucapkan tuduhan ini atau mereka kaum yang melampaui batas?
أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ ۚ
بَلْ لَا يُؤْمِنُونَ
Atau mereka mengatakan: "Dia (Muhammad)
membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman.
فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ
إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang
semisal Al-Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.
Al-Quran menantang menyusun 10
surah mirip Al-Quran.
Al-Quran surah Hud (surah
ke-11) ayat 13.
أَمْ
يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ
وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Bahkan mereka mengatakan:
"Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu", Katakan: "(Kalau
demikian), maka datangkan 10 surat untuk menyamainya, dan panggil orang-orang
yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar".
Al-Quran menantang menyusun 1
surah saja mirip Al-Quran.
Al-Quran surah Yunus (surah
ke-10) ayat 38.
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ
قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Atau (patutkah) mereka mengatakan
"Muhammad membuat-buatnya". Katakan: "(Kalau benar yang kamu
katakan itu), maka cobalah datangkan 1 surah seumpamanya dan panggil siapa pun
yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang
benar".
Al-Quran menantang untuk menyusun sesuatu yang
mirip dengan 1 surah Al-Quran.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah
ke-2) ayat 23.
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ
مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا
شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) ragu
tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah 1
surah (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.
Al-Quran surah Al-Ira (surah
ke-17) ayat 88.
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ
الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا
يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakan: "Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa, meskipun mereka saling
pembantu".
Kelemahan Metode Tafsir Tahlili.
1. Kalau
tujuan Metode Tahlili untuk meletakkan dasar rasional.
Bagi pemahaman mukjizat
Al-Quran.
Sekarang hal itu bukan masalah
mendesak.
2. Metode
ini menghasilkan pandangan parsial.
Dan kontradiktif dalam kehidupan umat Islam.
3. Terkadang
para penafsir.
Memakai metode ini hanya untuk
menemukan dalil.
Atau lebih tepat “dalih
pembenaran” pendapatnya dengan ayat Al-Quran.
4. Metode ini tidak mampu memberi jawaban tuntas.
Terhadap masalah yang dihadapi.
Dan tidak banyak memberi pagar metodologis.
Yang dapat mengurangi subjektif mufasirnya.
5. Bahasan
tafsirnya “mengikat” generasi berikut.
Karena sifatnya amat teoretis.
Tak sepenuhnya mengacu masalah
khusus masyarakat.
Uraian yang bersifat
teoretis dan umum.
Bisa mengesankan pandangan
Al-Quran.
Untuk tiap waktu dan
tempat.
METODE TAFSIR MAUDHUI
Yaitu metode yang mengharuskan
penafsir.
Untuk menghimpun ayat
Al-Quran.
Dari berbagai surah.
Yang terkait topik tertentu.
Kemudian, penafsir membahas.
Dan menganalisis kandungan ayat
Al-Quran itu.
Sehingga menjadi satu
kesatuan utuh.
Daftar Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
0 comments:
Post a Comment