KISAH MAS BAYU PENGANUT PAHAM
LIBERAL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi,
M.M
BERPIKIR LIBERAL
Liberal adalah bersifat bebas,
berpandangan bebas (luas dan terbuka).
Menikam Balik
Ini cuma cerita 'fiksi'.
Jadi tidak perlu terlalu serius
membacanya.
Selow saja.
Kita sebut saja Mas Bayu.
Namanya kita lokal-kan biar
akrab.
Dia ini liberal sejati.
Menurut Mas Bayu, terserah
orang mau ngapain saja.
Dia juga pendukung hak asasi
sejati.
Bahwa semua orang berhak
melakukan apa pun.
Maka, jangan tanya kepada dia
soal peredaran minuman beralkohol dan investasi industri alcohol.
Dia justeru mendukung minuman
itu dijual bebas di mana pun.
“Saya nggak minum.
Setetes pun tidak.
Tapi orang lain berhak dong
kalau mau minum.
Situ kan sudah pada besar.
Kalau nggak mau beli, ngapain
minum?
Ngapain tergoda?
Katanya punya agama.
Sy mendukung minuman alkohol
dijual bebas.”
SETELAH 1O TAHUN BERLALU
Singkat cerita, 10 tahun
berlalu.
Mas Bayu telah menjadi aktivis
hak asasi.
Aktivis pro kebebasan.
Dia aktif sekali menulis
status, tweet tentang hal ini.
Dia benci sekali siapa pun yg
sok suci.
Mau melarang atau membatasi
peredaran minuman keras.
Dia akan counter attack di
media sosialnya.
Yg punya ratusan ribu follower.
Berteriak bilang dasar munafik
kepada orang itu.
Lantas followernya akan berpesta.
Membully si orang2 sok suci
ini.
Tapi ada yg berbeda setelah 10
tahun itu.
Mas Bayu sudah punya anak usia
7 tahun.
Putri semata wayang yg sangat
dia sayang.
Nah, inilah bagian yg
menyedihkan dalam kisah ini.
Pada suatu hari, saat putrinya
pulang dari sekolah.
Tidak jauh dari rumah.
Hanya 200 meter.
Melewati pasar kecil.
Jadi bisa jalan kaki tanpa
perlu diantar jemput.
Si Putri melewati salah-satu
gang pasar.
Yg sering anak muda nongkrong
mabuk2an di sana.
Hari itu, pecah keributan di
sana.
Namanya orang mabuk.
Hal sepele bisa serius.
Mereka bertengkar.
Satu botol kosong dilempar ke
jalanan.
Menghantam kepala si Putri.
Tubuh kecil itu seketika
terkapar di jalan.
Orang2 menjerit.
Beberapa mencoba menyelamatkan
si Putri.
Dibawa ke RS terdekat.
Malang tak dapat ditolak.
Si Putri meninggal.
Mas Bayu, hari itu,
menyaksikan sendiri.
Anak semata wayangnya
meninggal.
Karena keributan yg dipicu
oleh alkohol.
Apa pendapatnya sekarang?
Apa yang akan dia teriakkan
sekarang ttg peredaran minuman beralkohol?
Dia hanya bisa memeluk tubuh
kaku anaknya di ruang mayat RS.
Yang terlihat cantik, tidak
berdosa, menjadi korban.
Bukan korban anak muda yg
bertengkar.
Tapi korban peredaran minuman
keras secara bebas.
Yg justeru dia dukung habis2an
selama ini.
Salah siapa anaknya mati?
Ayo Mas Bayu, jangan sekali pun
menyalahkan alkohol.
Karena Anda full mati bilang
minum alkohol itu bebas.
Demikianlah.
Dalam hidup ini.
Adik2 sekalian.
Kehidupan tersambung satu sama
lain.
Seperti jaring-jaring raksasa.
Kehidupan A mempengaruhi
kehidupan B.
Kemudian si C, si D, dan
seterusnya.
Lantas apa yang membuat
jaring2 itu tetap stabil, tidak kusut?
Atau malah jadi robek?
Yaitu: kita saling peduli satu
sama lain.
Kita saling menasehati dalam
kebaikan.
Dan saling membahu mencegah
kerusakan.
Mas Bayu memang berhak mendukung peredaran minuman alkohol secara
bebas.
Atas nama hak asasi.
Atas nama hidup modern.
Demokrasi, dsbgnya.
Dia punya logikanya.
Dan itu kadang masuk akal.
Tapi ketahuilah.
Hal itu justeru memulai
kerusakan di jaring-jaring kehidupan kita.
Jaringnya menipis di sana-sini.
Jaringnya putus di sana-sini.
Dan hanya karena jaring
kehidupan milik kita masih baik2 saja.
Bukan berarti besok lusa tetap
baik.
Hanya soal waktu.
Seluruh jaring-jaring
kehidupan rontok binasa.
Dan saat rontok.
Proses itu tidak peduli.
Apakah situ pendukung
peredaran minuman alkohol atau tidak.
Semua kena.
Di dunia ini.
Hal menyakitkan bukan saat
kita berdiri tegak menyampaikan kebenaran.
Lantas orang2 mem-bully kita.
Di dunia ini.
Hal yg menyakitkan adalah, saat
kita merasa sudah membela sebuah “kebenaran”.
Habis2an, gila2an, lantas
besok lusa.
Justru “kebenaran” itu sendiri
yg mengkhianati kita.
Menikam balik, menyakiti hidup
kita.
Semoga ada yg bersedia
memikirkannya.
Lantas mengambil bagian
berdiri kokoh.
Meskipun tinggal sendirian
saja.
Terus saling menasihati satu
sama lain.
Al-Quran surah Al-Asri (surah
ke-103) ayat 1-3.
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.
Dan saling menasihati dalam menaati
kebenaran dan saling manasihati dalam menetapi kesabaran.
(Sumber Tere Liye)
0 comments:
Post a Comment