Sunday, March 14, 2021

8941. ALASAN MUHAMMADIYAH TAMBAH WAKTU MASUK SUBUH

 


ALASAN MUHAMMADIYAH TAMBAH WAKTU MASUK SUBUH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

Alasan Muhammadiyah Mundurkan Waktu Subuh 8 Menit

 

 

 

 

 

Terjadi perdebatan terhadap pendapat baru bahwa waktu Subuh di Indonesia terlalu pagi.

 

 

 

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah sepakat memundurkan waktu Subuh. 

 

 

 

 

Yaitu ditambah 8 menit dari waktu semula.

 

 

Misalnya, wilayah Jakarta dan sekitarnya waktu Subuh 04.40 WIB menjadi 04.48 WIB.

 

 

 

Wilayah Surabaya dan sekitarnya.

 

 

Yang semula waktu Subuh 04.18 WIB menjadi 04.26 WIB.

 

 

 

Keputusan ini salah satu hasil Musyawarah Nasional (Munas) ke-31 Tarjih Muhammadiyah yang  dikabarkan Ahad, 20 Desember 2020.

 

 

 


Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof Syamsul Anwar mengatakan,

 

 

 

 

 

“Waktu Subuh sudah dibahas sejak Munas Tarjih Muhammadiyah tahun 2010 silam.

 

 

 

 

Saat itu terjadi perdebatan terhadap pendapat baru bahwa waktu Subuh di Indonesia terlalu pagi.



Kemudian dilakukan penelitian.

 

 

Banyak data yang diperoleh dari para astronom di lingkungan Muhammadiyah dan perorangan.

 

 

 

Akhirnya waktu Subuh dikurangi agar mendekati seperti diamalkan di banyak negara.

 

Yaitu dimundurkan 18 derajat," katanya kepada Republika, Senin (21/12).



Syamsul menjelaskan, patokan waktu Subuh di Indonesia adalah posisi matahari di ketinggian minus 20 derajat.

 

 

 

Atau saat matahari masih berada di bawah ufuk 20 derajat.

 

 

 

Di beberapa negara lain, seperti Mesir, patokannya minus 19,5 derajat.

 



"Ada Ahli Astronomi Mesir Ahmad Sulaiman yang menilai patokan di negaranya itu kepagian.

 

 

 

 

Beliau mantan kepala pusat penelitian geofisika Mesir, sudah almarhum.

 

 

 

 

Beliau secara pribadi memundurkan salatnya kurang lebih setengah jam dari jadwal resmi berdasar patokan 19,5 itu tadi.

 

 

 

 

Artinya dia tidak percaya sebagai seorang astronom terhadap minus 19,5 itu.

 

 

 

Apalagi di lndonesia yang minus 20 derajat," tuturnya.




Muhammadiyah melakukan penelitian melalui institusinya, yaitu:

 

 

1.      Islamic Science Research Network (ISRN) UHAMKA.

 

 

2.      Pusat Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (Pastron UAD).

 

 

3.      Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU).

 

 



Hasil penelitian membuktikan banyak data bahwa munculnya fajar tiap hari berbeda.

 

 

 

 

Ada yang rendah, yaitu minus 13 dan minus 15.

 

 

 

Akhirnya diputuskan patokannya minus 18 derajat.

 

 

 

Jadi dikurangi dari patokan selama minus 20 derajat," katanya.

 

 


Jika posisi matahari di ketinggian minus 20 derajat, maka posisi matahari lebih dalam dari ufuk.

 

 

 

Sehingga waktu menjelang terbitnya Matahari lebih lama.

 

 

 

Pergerakan 1 derajat butuh waktu 4 menit.

 

 

 

Jika patokannya minus 20 derajat, maka butuh waktu 80 menit menjelang terbitnya matahari.

 

 


Kalau minus 18 derajat, berarti jadi 72 menit sebelum terbit.

 

 

 

 

Jadi dimundurkan 8 menit.

 

 

 

Dengan perhitungan 1 derajat itu 4 menit.

 

 

 

Dikurangi 2 derajat berarti mundur 8 menit.

 

 

 

Ini kedalaman Matahari di bawah ufuk saat kita mulai shalat Subuh.

 

 

," jelasnya.

Syamsul menyampaikan, keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah akan ditetapkan oleh PP Muhammadiyah.

 

 

 

 

Dan diusulkan ke Pemerintah.

 

 



.

Penentuan 20 derajat di bawah ufuk adalah keputusan ulama melayu di masa lalu.

 

 

 

Untuk menentukan awal masuknya waktu salat subuh dan awal puasa.

 

Serta dipakai oleh ulama Malaysia.

 

 

 

 

Zaman dulu belum ada alat canggih seperti sekarang.

 

 

Dan masih mengandalkan pengamatan dengan mata telanjang.

 

 

 

Jadi wajar jika kurang akurat.

 

 

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin mengatakan.

 

 

 

 

Penggunaan standar 20 derajat di bawah ufuk memang waktunya dikoreksi.

 

 

 

Ketetapan minus 20 derajat diperoleh ulama masa lalu.

 

 

Dari standar di Mesir 19,5 derajat.

 

 

 

Atau Saudi Arabia 18 derajat di bawah ufuk.

 

 

 

Padahal posisi negara itu di lintang tinggi.

 

 

 

Dan Indonesia ada di katulistiwa.

 

 

 

MUHAMMADIYAH DAN KEMENAG BEDA PENDAPAT MASALAH WAKTU SUBUH.

 

 

 

Muhammadiyah dan Kemenag RI masih berbeda pendapat tentang koreksi waktu Subuh.

 

 

 

 




https://aurum.tirto.id/gold/lg.php?bnnid=0&cgnid=0&znnid=22&loc=https%3A%2F%2Ftirto.id%2Fjadwal-waktu-subuh-muhammadiyah-dan-kemenag-masih-beda-pendapat-f8pT&referer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&cb=165788e6f9











Dirjen Bimas Islam, Kementerian Agama (Kemenag), Kamaruddin Amin menyatakan.

 

 

 

Kemenag masih berpegang pada kriteria waktu Subuh pada posisi matahari minus 20 derajat.

 



Kementerian Agama, melalui Tim Falakiyah sepakat.

 

 

 

Kriteria waktu Subuh di posisi matahari minus 20 yang dipakai jadwal salat Kementerian Agama, sudah benar sesuai fikih dan sains.

 

 

 


Tim Falakiyah Kementerian Agama terdiri atas pakar dari berbagai lembaga, seperti:

 

1.              Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).

2.              Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

3.              Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Universitas Islam di Indonesia.

4.              Para pakar falak dari PBNU, Persis, PUI, dan Al-Irsyad, pun dilibatkan di dalamnya.

 

 

Kriteria itu berdasar hasil observasi rukyat fajar yang dilakukan oleh Tim Falakiyah Kemenag di Labuan Bajo  tahun 2018.

 

 

 

Dan hasil observasi rukyat fajar di Banyuwangi.

 

 

 

 

Yang dilakukan peneliti  Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama.

 

 

Kami sampaikan kepada masyarakat untuk tidak ragu.

 

 

 

 

 

Memakai jadwal salat yang telah ditetapkan Kementerian Agama RI.

 

 


(Sumber internet)

 

0 comments:

Post a Comment