JANGAN DIPUJI TERUS
TAPI JUGA PERLU DIKRITIK
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Pujian memang sering
mengasyikkan bagi banyak orang.
Tapi hakikatnya pujian adalah
melenakan.
Ada sahabat
memuji-muji temannya di dekat Rasulullah.
Rasulullah bersabda,
''Celaka kamu! Kamu
telah memotong leher saudaramu itu.
Jika dia mendengar, maka
dia tidak akan senang.''
Rasulullah bersabda,
“Jika kamu harus memuji
saudaramu, maka lakukan secara jujur dan objektif.''
Hadis di atas, mengingatkan
agar tidak sembarang memuji.
Atau memberi pujian
sekadar asal bapak senang (ABS).
Pujian semacam itu
selain tidak mendidik.
Juga bertentangan dengan
norma agama.
Pujian yang berlebihan
menjadi bagian bencana lidah.
Yang sangat berbahaya.
Imam Ghazali dalam
buku Ihya 'Ulumud Din menyebutkan 6 kejelekan budaya ABS.
Ada 4 kejelekan kembali
kepada orang yang memuji.
Dan 2 kejelekan kepada
orang yang dipuji.
Kejelekan pujian bagi orang
yang memuji.
1. Pujian
bisa berlebihan, sehingga terjerumus dusta.
2. Memuji
dengan berpura-pura menunjukkan rasa cinta dan simpati yang tinggi.
Padahal dalam hatinya
tidak.
Dia berbuat hipokrit untuk
menjilat.
3. Dia
menyatakan sesuatu tidak berdasar fakta.
Dia hanya membual dan
bohong belaka.
4. Dia
membuat senang orang yang dipuji.
Padahal ia orang jahat
(fasik).
Menurut lmam Ghazali.
Orang jahat, jangan
dipuji agar senang.
Tapi harus dikritik agar
introspeksi.
Kejelekan pujian bagi orang
yang dipuji.
1. Dia
bisa sombong (kibr) dan merasa besar kepala ('ujub).
Sikap kibr dan 'ujub adalah
penyakit hati yang berbahaya.
2. Dia
bisa lupa diri dan lengah karena mabuk pujian.
Menurut lmam Ghazali.
Orang yang merasa
besar kepala dan hebat, pasti akan lengah.
Karena sudah hebat, maka
dia merasa tidak perlu bekerja keras lagi.
Kerja keras hanya dilakukan
oleh orang yang merasa banyak kekurangan.
Imam Ghazali berpesan.
Pujian boleh dilakukan.
Asalkan dapat terhindar
dari keburukannya.
Terkadang pujian itu
perlu.
Rasulullah pernah
memuji Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan sahabat lainnya.
Rasulullah memuji dengan
jujur dan arif.
Rasulullah sadar bahwa
pujian itu tidak membuat para sahabatnya
sombong.
Agar tidak mabuk,
karena pujian.
Maka orang perlu
mengenali dirinya sendiri.
Ia tentu lebih tahu
dirinya sendiri ketimbang orang lain yang memuji.
Dengan begitu, ia
tidak akan lengah.
Karena sadar.
Tidak semua pujian.
Sesuai dengan
kenyataannya.
Ada orang memuji Ali
bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib
berkata,
''Aku tidak sebagus
yang kamu katakan.''
Dalam kesempatan lain.
Ali bin Abi Thalib banyak
menerima pujian.
Ali bin Abi Thalib berdoa,
''Ya Allah, ampunilah
aku atas perkataan mereka.
Jangan Engkau siksa
aku gara-gara mereka.
Berikan kepadaku
kebaikan dari apa yang mereka sangkakan kepadaku.''
(Sumber republika)
0 comments:
Post a Comment