Saturday, August 6, 2022

14317. ILMU MANUSIA SECUIL TAK BISA NILAI KEADILAN ALLAH

 

 



 

ILMU MANUSIA SECUIL TAK BISA NILAI KEADILAN ALLAH 

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.



 


Al-Quran surah At-Tin (surah ke-95) ayat 1-6.


وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.

 

وَطُورِ سِينِينَ

Dan demi bukit Sinai.

 

وَهَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ

 

Dan demi kota (Mekah) ini yang aman.

 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.

 

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).

 

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

Kecuali orang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala tidak terputus.

 

 Alkisah.

 Nabi Musa berada di bukit Sinai.

 

Atau bukit  Thursina.

Selama 40 hari.

 

Nabi Musa menerima wahyu dari Allah.

Lewat Malaikat Jibril.

Berupa Kitab Taurat.


Bukit.

Yaitu tumpukan tanah.

 

Lebih tinggi daripada sekelilingnya.

Tapi lebih rendah dibanding gunung.

 

Gunung.

Yaitu bukit amat besar dan tinggi.

Biasanya lebih dari 600 meter.

 

      Pada hari ke-30.

 Nabi Musa berdoa,

 

”Ya Allah, ampuni dosa hamba.

Karena hamba amat lancang.

 

Hamba ingin menyaksikan sendiri.

Secara langsung.

 

Dan ingin membuktikan sendiri.

Bahwa Engkau Maha Adil.”

 

      Malaikat Jibril turun,

”Wahai Musa.

Allah mendengarkan doamu.

 

Apakah kamu masih tidak yakin.

Bahwa Allah Maha Adil?”

 

Musa Menjawab,

”Ya Allah.

Ampuni hamba.

 

Sebenarnya hamba sudah yakin.

Bahwa Allah Maha Adil.

 

Tapi, hamba ingin lebih yakin dan mantap.

Jika menyaksikannya sendiri.”

 

      Malaikat Jibril turun lagi,

“Wahai Musa.

Allah memberi salam kepadamu.

 

Jika kamu ingin menyaksikan keadilan Allah.

 

Pergilah mendekat.

Ke tempat sumber air.”

 

Kemudian Nabi Musa pergi.

Mendekati sumber air.

 

Nabi Musa bersembunyi.

Ingin menyaksikan.

Peristiwa yang akan terjadi.

 

      Tidak berapa lama kemudian.

Muncul seorang ksatria penunggang kuda.

Membawa sebilah pedang.

 

Dengan sarungnya.

Diselipkan di punggungnya.

 

Dia  membawa sekantung uang.

Menggantung di pinggang kirinya.

 

      Penunggang kuda turun.

Menuju sumber air.

 

Dia mencuci muka.

Dan menikmati air sepuasnya.

 

Beberapa saat kemudian.

Dia meninggalkan sumber air.

 

Tapi sekantung uangnya tertinggal.

Tergeletak di atas bebatuan.

Dekat sumber air.

 

     Penunggang kuda berlalu.

Muncul anak kecil.

Umur sekitar 9 tahun.

 

Dia menuju sumber air.

Dan mengisi kantung airnya.

 

Anak kecil menemukan sekantung uang.

Dan membawanya pergi.


     
Anak kecil menjauh.

Kemudian datang seorang tua buta.

 

Dia mendengar gemericik sumber air.

Lalu mendatanginya.

 

Si orang tua buta mencuci muka.

Dan bersuci.

Kemudian dia salat


Beberapa saat kemudian.

Pemuda ksatria berkuda kembali lagi.

 

Dengan cepat dia turun ke  sumber air.

Dia mencari uangnya yang hilang.

 

Tapi tidak ditemukannya.

 

Dia berteriak,

“Hai orang tua.

 

Apakah kamu mengambil uangku sekantung.

Yang tertinggal di sini?”

 

 Si orang tua menjawab,

”Maaf Nak.

 

Saya buta.

Saya  tidak tahu ada uang yang tertinggal.”

 

Pemuda penunggang kuda.

Dan orang tua buta.

Bertengkar.

 

Akhirnya.

Orang tua buta.

Mati terbunuh.

 

Pemuda penunggang kuda.

Beranjak pergi meninggalkan mayat.

Si orang tua buta.

 

Nabi Musa menyaksikan semuanya.

Dari tempat tersembunyi.


    
Nabi Musa bergumam,

“Sungguh  tidak adil.

 

Sebenarnya yang salah.

Yaitu anak kecil.

Karena dia mengambil uangnya.

 

Seandainya.

Anak kecil itu.

 

Tidak mengambil uangnya.

Maka orang tua buta.

Tidak mati terbunuh.”

 

      Malaikat Jibril turun,

“Wahai Musa.

Kamu tidak bisa menilai keadilan Allah.

 

Karena kamu hanya menyaksikan.

Peristiwa “sekelumit” saja.

 

Kamu hanya melihat.

Sebagian kejadian 1 episode saja.

 

Tapi kamu tidak bisa melihat.

Seluruh rangkaian yang terjadi.”

 

      Malaikat Jibril melanjutkan,

“Orang tua si anak kecil.

 

Pernah ikut bekerja.

Kepada penunggang kuda.

 

Tapi dia belum menerima gajinya.

 

Karena si penunggang kuda.

Belum membayar gajinya.

Selama bekerja.”


     
Malaikat Jibril melanjutkan,

“Uang yang belum dibayarkan.

 

Kepada orang tua si anak kecil.

Besarnya persis sama.

 

Dengan jumlah uang.

Yang ditemukan anak itu.

 

Yaitu jumlah gaji yang belum dibayarkan.

 

Tepat sama dengan jumlah uang.

Dalam kantung penunggang kuda.

 

Padahal si penunggang kuda.

Tidak pernah merencanakan.

 

Membawa uang dalam kantung.

Sejumlah itu.”

 

Orang tua si anak sudah meninggal.

 

Karena dibunuh seseorang.

Dan pembunuhnya.

 

Yaitu si orang tua yang buta itu,” lanjut malaikat Jibril.


    
Nabi Musa berkata,

“Allah Maha Adil.

 

Ya Allah, ampuni hamba-Mu.

Yang lemah, hina, daif, dan bodoh ini.

 

Yang gampang dan cepat menilai.

Suatu kejadian.

 

Hanya berdasar penglihatan.

Dan pengetahuan sekilas saja.”  

 


Daftar Pustaka


1.
Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.

 

0 comments:

Post a Comment