Wednesday, November 18, 2020

6668. KISAH BADUI AKAN MENGHISAB ALLAH

 


KISAH BADUI AKAN MENGHISAB ALLAH

Oleh: Drs. H. M. YusronHadi, M.M.

 

 

 

 

 

Seorang Badui telah memeluk Islam

 

Dia mengikuti jejak kepala sukunya.

Si Badui masuk Islam berkat dakwah para pemimpinnya.

 

Dia belajar  cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya.

 

Meskipun dia tergolong miskin, tidak pintar, dan belum pernah bepergian keluar dari desanya.

 

Si Badui belum pernah ke Madinah.

 

Dia belum pernah bertemu dengan Nabi Muhammad.

Dan tidak mengenal wajah Nabi.

 

Tetapi dengan segala keterbatasannya, dia menjadi seorang mukmin yang baik.

 

Dia sangat mencintai Nabi Muhammad.

 

 

 

Badui ikut rombongan umrah

 

Pada suatu hari rombongan sukunya pergi ke Mekah untuk melakukan ibadah umrah.

 

Dan si Badui ikut dalam rombongan.

 

Ketika rombongannya melakukan tawaf.

 

Si Badui selalu mengikuti di belakang rombongannya.

 

Kemudian si Badui terpisah dari rombongannya.

Tetapi dia terus melakukan tawaf.

 

Dia tawaf sambil berzikir, “Ya, Karim… ”.

 

Berulang-ulang.

 

Dia bukan orang cerdas.

 

Dan tidak mampu menghafal doa tawaf.

 

Selama tawaf dia hanya mengucapkan: “Ya, Karim…”, berulang-ulang.

 

 

Tiba-tiba dia merasa ada yang mengikutinya.

 

Ada orang yang berjalan menempel di belakangnya.

 

Dan menirukan ucapannya, “Ya, Karim...” seperti dirinya.

 

 

Si Badui berpindah agak menjauh agar tidak diikuti orang itu.

 

Dia menyangka orang itu mengolok-oloknya.

 

Meskipun dia bergeser dan menjauh.

 

Tetapi orang itu tetap membuntutinya.

 

Kemana pun dia bergerak, orang itu selalu mengikutinya.

 

Akhirnya, si Badui menghentikan langkahnya dan memutar badannya 180 derajat.

 

 

Dan berbalik menghadap orang itu.

 

 

Si Badui berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah dan berbadan bagus, apakah engkau memperolok-olokku?

 

Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku”.  

 

“Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu.

 

Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah”.

 

 

Lelaki itu tersenyum mendengar jawabannya.

 

 

Kemudian lelaki itu bertanya, “Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu, Wahai saudaraku, Badui?”

 

 

“Belum,” jawab si Badui. 

Lelaki itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin engkau mencintainya, padahal, engkau tidak mengenalnya?

 

Bagaimana pula keimananmu kepadanya?”

 

“Aku beriman atas kenabiannya, meskipun aku tidak pernah melihatnya.

 

Aku membenarkan kerasulannya, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya,” jawab si Badui.

 

 

Lelaki itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui, aku inilah Nabimu di dunia dan pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.”

 

 

Memang, lelaki yang “mengintili” si Badui adalah Nabi Muhammad, yang saat itu, juga sedang umrah.

 

Nabi mengikuti si Badui ketika sedang tawaf.

 

Beliau melihat si Badui yang polos dan unik terpisah darir ombongannya.

 

 

Tetapi dia tampak begitu khusuk dalam melakukan tawaf.

 

Si Badui memandang Nabi, seakan tidak percaya, kaget bercampur  gembira.

 

Dia terpana, lalu matanya berkaca-kaca.

 

Kemudian dia mendekat kepada Nabi dan merendahkan badan akan  mencium tangan Nabi.

 

Dan Nabi memegang pundaknya.

 

Nabi bersabda,”Wahai saudaraku orang Badui, janganlah engkau memperlakukanku seperti orang asing memperlakukan rajanya.

 

Sesungguhnya, Allah mengutusku bukan sebagai orang sombong dan sewenang-wenang.

 

 

Tetapi Allah mengutusku dengan kebenaran dan memberi kabar gembira, berupa kenikmatan di surga.

 

Dan memberi peringatan tentang pedihnya azab neraka.

 

 

Si Badui berdiri termangu dan tampak jelas raut wajah kegembiraannya.

 

 

Karena bisa berjumpa dengan Nabi.

 

Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Nabi.

 

Dan menyampaikan beberapa kalimat kepada si Badui.

 

 

“Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim.

 

Yang Maha Pemurah. Maha Memberi tanpa diminta.

 

Akan menghisab dan memperhitungkan segala perbuatan manusia.”

 

 

Nabi menyampaikannya kepada si Badui.

 

Lalu si Badui bertanya, “Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah?

 

Nabi bersabda, “Benar Allah akan menghisabmu, jika Allah menghendaki.”

 

 

Tiba-tiba Badui mengucapkan sesuatu yang tidak terduga.

 

“Demi kebesaran dan keagungan Allah. Jika Allah menghisabku, maka aku juga akan menghisab Allah.”

 

 

Nabi bersabda sambil tersenyum, “Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?” 

 

 

Si Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku atas dosaku, maka aku akan menghisab Allah dengan Maha Pengampunan-Nya.

 

 

Jika Allah menghisabku atas kemaksiatanku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha  Pemaaf-Nya.

 

Jika Allah menghisabku atas kekikiranku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Kedermawanan-Nya”.

 

Nabi terharu mendengar jawaban si Badui.

 

Hingga Nabi meneteskan air mata sampai membasahi jenggot beliau.

 

 

Nabi mendengar jawaban sederhana yang menunjukkan betapa akrabnya si Badui dengan Tuhan-Nya.

 

 

Dan betapa tinggi makrifatnya kepada Allah.

 

Padahal dia belum pernah mendapat didikan langsung dari Nabi.

 

Malaikat Jibril turun lagi.

 

Dan memberitahu Nabi, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu.

 

 

Dan berfirman,”Kurangi tangismu, karena bisa mempengaruhi para malaikat dalam bertasbih.

 

Dan sampaikan kepada saudaramu, si Badui bahwa dia tidak perlu menghisab Allah, karena Allah tidak akan menghisabnya, dan dia termasuk penghuni surga.”

 

 

 

 

Sumber :

1.  Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. PenerbitPustakaAzzam. Jakarta 2011.

2.  Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. PanduanMudahMencariAyatdan Kata dalam Al-Quran. PenerbitMizan. Bandung 2007.

3.  Kisah Para Sahabat.

0 comments:

Post a Comment