BANGUNAN JAMARAT 5 TINGKAT
DI MINA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, MM
Mina adalah sebuah lembah di padang
pasir yang terletak sekitar 5 kilometer sebelah timur kota Mekah, Arab Saudi,
di antara Mekah dan Muzdalifah.
Mina mendapat julukan kota tenda, karena
berisi tenda-tenda untuk jutaan jamaah haji seluruh dunia.
Tenda-tenda itu tetap berdiri, meskipun
musim haji tidak berlangsung.
Mina sangat dikenal sebagai tempat
dilaksanakannya kegiatan melempar jumrah dalam ibadah haji.
Mina didatangi jemaah haji pada tanggal
8 Zulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah.
Jemaah haji tinggal di Mina sehari
semalam sehingga dapat melakukan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh.
Setelah salat Subuh 9 Zulhijah, jemaah
haji berangkat dari Mina ke Arafah untuk wukuf.
Jemaah haji datang lagi ke Mina setelah
selesai melaksanakan wukuf di Arafah, dan jemaah haji ke Mina lagi, karena para
jamaah haji akan melempar jumrah.
Tempat atau lokasi melempar jumrah ada 3
yaitu umrah Ula (tugu ke-1), Wusta (tugu ke-2), dan Aqabah (tugu ke-3).
Di Mina jemaah haji wajib melaksanakan
mabit (bermalam) yaitu malam tanggal 11 dan 12 Zulhijah bagi jemaah haji yang
melaksanakan nafar awal.
Atau malam tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah
bagi jemaah yang melaksanakan nafar sani.
Mina juga tempat atau lokasi
penyembelihan binatang kurban.
Di Mina ada Masjid Khaif, tempat Nabi
Muhammad melakukan salat dan khutbah ketika berada di Mina saat melaksanakan
ibadah haji.
Jamarat adalah lokasi di Mina yang
menjadi sasaran lemparan batu (dalam ibadah haji) sebagai simbol tempat
melempat setan yang menggoda Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar ketika
Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail sebagai
ujian ketaatan kepada Allah.
Lokasi jamarat di kawasan tempat
melontar jumrah terus menerus diperbaiki untuk kenyamanan, kelancaran, dan
keselamatan jemaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia.
Selama ini tragedi memilukan sering kali
terjadi di kawasan jamarat ketika para jemaah melontarkan jumrah.
Banyak jemaah haji yang meninggal dunia karena
berdesakan, sesak nafas, atau terinjak jamaah yang lain.
Kerajaan Arab Saudi terus menerus memperluas
lokasi pelontaran jumrah.
Proyek bangunan jamarat bertingkat 5
lantai mulai dibangun mulai 2006 dan selesai sepenuhnya pada tahun 2015 yang dirancang
untuk kebutuhan masa depan.
Bangunan jamarat masih mungkin diperluas
lagi hingga 12 lantai yang akan mampu menampung lebih dari 5 juta jemaah.
Desain jamarat yang baru dibuat oleh
perusahaan Dar Al-Handasah dan dibangun oleh Saudi Binladin Group.
Bentuk bangunan jamarat yang lama berupa
3 pilar kecil (Ula, Wusta, dan Aqabah) yang masing-masing setinggi 18 meter.
Bangunan jamarat yang baru berbentuk
dinding elips (bulat memanjang) masing-masing setinggi 40 meter yang menembus
dari lantai 1 sampai lantai 5 dan atasnya ditutupi dengan kanopi kain raksasa.
Jalanan menuju jamarat dibuat berbentuk
5 lapis jembatan yang mendaki dan menurun secata landai, sepanjang 950 meter
dan lebar setiap jalan 80 meter.
Pada jembatan jamarat dipasang 11 pintu
masuk dan 12 pintu keluar yang menjamin kelancaran arus sedikitnya 30.000
jamaah per jam.
Bangunan jamarat dilengkapi dengan
sistem pendingin udara yang mampu menurunkan suhu udara pada musim panas hingga
hanya 29 derajat Celcius.
Ada 2 helipad (tempat pendaratan
helikopter) untuk berjaga dalam situasi darurat, dan dipasang CCTV di berbagai
sudut untuk memantau situasi darurat.
Arus jemaah yang masuk melontar jumrah
dan yang keluar setelah selesai melontar jumrah diatur agar tidak saling
bertubrukan.
Setiap maktab diatur agar melontar
jumrah pada lantai tertentu.
Jarak setiap lantai tingginya 8 meter
dengan sudut elevasi yang landai, sehingga para jamaah tidak terasa ketika mendaki
maupun menurun.
Jamaah pada maktab nomor 1-50 melontar
jumrah di lantai dasar (lantai satu).
Jamaah pada maktab nomor 51-80 melontar
jumrah di lantai 2 (berarti naik setinggi 8 meter).
Jemaah maktab nomor 81-100 melontar
jumrah di lantai 3 (berarti naik setinggi 16 meter).
Dalam terowongan yang menembus gunung
batu dipasang travelator semacam konveyor 15 buah, masing-masing sepanjang 75
meter.
Jemaah haji harus berjalan kaki sejauh 2 km dari mulut terowongan hingga ke tempat pelontaran
jumrah dan 2 km untuk kembali ke maktab.
Jauhnya jarak menuju tempat pelontaran
jumrah bisa dilihat pada layar displai yang dipasang di mulut terowongan.
Angkutan bis dari Arafah, Muzdalifah, ke
Mina memakai sistem taraddudi (shuttle) yaitu armada bis datang berkelompok
menjemput dan mengantar menumpang dari perkemahan ke tempat tujuan, kemudian bis
balik berputar lagi sampai jemaah habis terangkut semuanya.
Selama di Mina jemaah berteduh dalam
tenda besar tahan api yang dilengkapi alat pendingin udara, setiap tendanya
dilengkapi alas tidur berupa karpet tanpa bantal.
Jemaah tinggal di tenda Mina sejak tanggal
10 sampai 13 Zulhijah.
Tetapi jemaah nafar awal meninggalkan
Mina pada tanggal 12 Zulhijah setelah melontar tiga jumrah.
Selama tinggal di Mina, jemaah mendapat
konsumsi makanan 11 (sebelas) kali makan dengan menu masakan Indonesia yang
diurus oleh maktab.
Jemaah dilarang mencorat-coret dengan
tulisan/cat/spidol di tenda, batu, dinding jumrah, dan fasilitas lainnya.
Jemaah melontarkan jumrah dengan beregu
dan berombongan, segera balik lagi masuk ke dalam tendanya.
Jemaah harus mematuhi jadwal melontar
jumrah yang diatur oleh panitia haji untuk kebaikan bersama.
Jemaah harus menjaga kesehatan dengan makan,
minum, dan istirahat cukup.
Pelayanan jamaah haji di Arafah,
Muzdalifah, dan Mina dikoordinasikan oleh organisasi khusus yang disebut SATOP
ARMUZNA (Satuan Operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina).
SATOP ARMUZNA dibagi menjadi 3 satgas, yaitu:
1)
Satgas Arafah.
2)
Satgas Muzdalifah.
3)
Satgas Mina.
Setiap satgas mempunyai pos pelayanan,
yaitu:
1) Pos
Komando.
2) Pos
Pelayanan.
3) Pos
Pembantu.
Setiap pos dengan jenis pelayanan yang
sama, yaitu:
1) Pelayanan
umum.
2) Pelayanan
kesehatan.
3) Pelayanan
ibadah.
Catatan
haji 2018, oleh : HM. Yusron Hadi bin HM. Tauchid Ismail, Sidoarjo, JawaTimur.
Ketua
regu 23, rombongan 6, kloter 71 Surabaya.

0 comments:
Post a Comment