Sunday, November 1, 2020

6107. ILMU MANUSIA HANYA SECUIL

 


 

ILMU MANUSIA HANYA SECUIL

Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Al-Quran surah At-Tin (surah ke-95) ayat 1-5.

 

 

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِوَطُورِ سِينِينَوَهَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

 

 

Demi buah Tin dan buah Zaitun. Demi bukit Sinai. Demi kota Mekah yang aman.Sungguh, Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Bagi mereka pahala yang tidak terputus.

 

 

Nabi Musa berada di bukit Sinai(bukit  Thursina) selama 40 hari untuk menerima wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril, berupa Kitab Taurat.

 

Pada hari ke-30, Nabi Musa berdoa,”Ya Allah, ampunilah dosa hamba, karena hamba amat lancang.Hamba ingin menyaksikan dan membuktikan sendiri Engkau Maha Adil.”

 

Malaikat Jibril turun menjumpai Nabi Musa,”Wahai Musa, Allah mendengar doamu. Apakah kamu masih tidak yakin bahwa Allah Maha Adil?”

 

Nabi Musa Menjawab,”Ya Allah, ampuni hamba. Hamba sebenarnya telah yakin Allah Maha Adil, tetapi hamba ingin lebih yakin dan mantap, apabila menyaksikannya sendiri.”

 

 

Malaikat Jibril turun lagi,“Wahai Musa, Allah memberi salam kepadamu. Jika kamu ingin menyaksikan keadilan Allah, pergilah mendekatke sumber air.”

 

 

Nabi Musa pergi mendekati sebuah sumber air dan bersembunyi.

 

Nabi Musa ingin menyaksikan sesuatu yang akan terjadi.

 

Tidak berapa lama kemudian.

 

Muncul seorang ksatria penunggang kuda dengan  sebilah pedang dalam sarung yang diselipkan di punggungnya.

 

Dia membawa sekantung uang digantung di pinggang kirinya.

 

 

Penunggang kuda turun mendekati sumber air, membasuh mukanya, dan menikmati air sepuasnya.

 

Beberapa saat kemudian.

 

Dia meninggalkan sumber air.

 

Tetapi sekantung uangnya tertinggal, tergeletak di bebatuan dekat sumber air.

 

 

Penunggang kuda telah berlalu.

 

Muncul anak kecil berumur 9 tahun menuju sumber air, mengisi kantung airnya.

 

Anak kecil itu menemukan sekantung uang, dan membawanya pergi.

 

 

Setelah anak kecil menjauh.

 

Datang seorang tua buta mendengar gemericik sumber air, lalu mendatanginya.

 

Si orang tua buta membasuh mukanya dengan dan bersuci, lalu ia melakukan salat.

 

Beberapa saat kemudian.

 

Ksatria berkuda kembali lagi, dengan cepat turun menuju  sumber air.

 

Dia mencari uangnya yang hilang, tetapi tidak menemukannya.

 

Penunggang kuda berteriak, “Hai orang tua, apakah kamu mengambil uangku sekantung yang tertinggal di sini?”

 

Si orang tua menjawab,”Maaf Nak, saya orang buta, sehingga saya  tidak mengetahui jika ada uang yang tertinggal.”

 

Penunggang kuda dan orang tua buta bertengkar.

 

Akhirnya, orang tua buta mati terbunuh.

 

Penunggang kuda beranjak pergi meninggalkan jenazah si orang tua buta.

 

 

Nabi Musa menyaksikan semuanya dengan jelas dari tempat persembunyian.

 

Nabi Musa bergumam, “Sungguh, peristiwa tidak adil, yang salah anak kecil, karena dia yang mengambil uangnya. Seandainya, anak kecil tidak mengambil uang itu, maka orang tua buta tidak akan mati terbunuh.”

 

 

Malaikat Jibril turun, “Wahai Musa, kamu tidak bisa menilai keadilan Allah, karena kamu hanya menyaksikan peristiwa sesaat saja. Peristiwa yang kamu lihat hanya satu episode saja, kamu tidak mampu melihat seluruh rangkaian yang terjadi.”

 

 

Malaikat Jibril melanjutkan, “Orang tua anak kecilitu pernah ikut bekerja kepada si penunggang kuda, dia pergi tetapi belum menerima gajinya.”

 

 

Malaikat Jibril berkata, “Uang yang belum dibayarkan kepada orang tua dari anak kecil itu besarnya persis sama dengan jumlah uang ditemukan anak itu.

 

“Artinya jumlah gaji yang belum dibayarkan, tepat sama dengan jumlah uang dalam kantung penunggang kuda, padahal si penunggang kuda tidak pernah merencanakan membawa uang dalam kantung sejumlah itu.”

 

“Orang tua si anak sudah meninggal, karena dibunuh seseorang, dan pembunuhnya adalah orang tua yang buta itu,” lanjut malaikat Jibril.

 

 

Nabi Musa berkata, “Allah Maha Adil. Ya Allah, ampunilah hamba-Mu yang lemah, hina, daif, dan bodoh ini. Hamba gampang menilai kejadian hanya berdasar penglihatan sekilas saja.”

 

 

Daftar Pustaka

1.               Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.

2.               Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011.

3.               Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

4.               Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment