Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, May 29, 2017

84. PERANG MUKTAH

PERANG MUKTAH.
PERANG ANEH, 3.000 PASUKAN ISLAM,
MELAWAN 200.000 PASUKAN ROMAWI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Jumadilawal tahun 8 Hijriah. Bertepatan Agustus 629 Masehi. Nabi berumur 61 tahun. Terjadi Perang Muktah. Perang terbesar zaman Nabi. Perang menegangkan dan mencengangkan. Pembuka jalan menaklukkan negeri di luar Arab Saudi.
     Muktah, nama sebuah desa. Perbatasan masuk wilayah negeri Syam. Penyebabnya, Haris bin Umar, utusan Nabi, dibunuh. Dia mengirim surat kepada pemimpin Bushra. Di tengah perjalanan dihadang Syurahbil bin Amr. Haris bin Umar dibawa ke Qaishar dan digorok lehernya.
     Nabi menyiapkan pasukan sejumlah 3.000 orang. Pasukan Islam terbesar, selain Perang Parit. Zaid bin Haritsah sebagai Panglima Perang. Nabi bersabda,” Jika Zaid bin Haritsah gugur, digantikan Jakfar bin Abi Thalib. Jika Jakfar bin Abi Thalib gugur digantikan Abdullah bin Rawahah.”
      Zaid bin Haritsah membawa bendera perang. Selembar kain berwarna putih. Bertulisan hitam. “Lailahaillallah. Muhammadarasullullah.” Tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah.
      Pasukan Islam berangkat. Menuju tempat terbunuhnya Haris bin Umar. Mengajak penduduk masuk Islam. Jika mereka tidak mau. Pasukan Islam harus memohon pertolongan kepada Allah. Untuk memerangi mereka.
      Nabi bersabda, ”Dengan nama Allah. Perangi di jalan Allah, orang-orang yang kafir kepada Allah. Jangan kalian berhianat. Jangan berubah pikiran. Jangan membunuh anak-anak, wanita, orang tua renta, dan orang yang menyepi di pertapaan rahib. Jangan menebang pohon. Jangan merobohkan bangunan. “
       Pasukan Islam siap berangkat. Umat Islam mengerumuni mereka. Abdullah bin Rawahah, salah satu komandan perang. Berpamitan sambil menangis. ”Mengapa engkau menangis?” tanya mereka.  Abdullah bin Rawahah berkata, “Demi Allah. Aku menangis, bukan karena cinta dunia. Atau rindu kepada kalian. Tetapi, aku pernah mendengar Nabi membaca Alquran, “Dan Tidak ada seorang pun di antara kalian. Melainkan mendatangi neraka. Hal ini suatu kepastian dari Tuhanmu.” Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Aku tidak tahu, apa yang terjadi denganku, setelah aku meninggal.”
     Nabi Muhammad mengantarkan pasukan Islam. Sampai di Tsaniyatul Wada dan mengucapkan selamat jalan. Pasukan Islam bergerak ke utara. Berhenti di Muan, termasuk daerah Syam. Perbatasan dengan Hijaz utara. Pasukan Islam mengetahui Heraklius membawa  pasukan sebanyak 200.000 orang sedang menunggu.
      Pasukan Islam kaget dan tercengang. Tak membayangkan di daerah amat jauh. Berhadapan dengan musuh sebanyak itu. Tiga ribu pasukan Islam melawan dua ratus ribu pasukan musuh. Perang yang aneh dan langka.
     Pasukan Islam bingung. Dua hari pasukan Islam bermarkas di Muan. Ada yang berpikir mengirim surat kepada Nabi. Ingin mendapatkan bantuan atau perintah tertentu.
      Tetapi, Abdullah bin Rawahah memberikan motivasi,”Wahai semua orang. Demi Allah. Apa yang tidak kalian sukai dalam bepergian ini. Justru itulah yang kita cari. Yaitu mati syahid.”
     Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Kita tidak berperang dengan manusia, karena jumlah, kekuatan, dan banyaknya orang. Kita berperang karena agama. Allah akan memuliakan kita.  Mari kita berangkat,  di sana ada kebaikan. Kita menang atau mati syahid.“ 
      Pasukan Islam maju ke medan perang. Berbelok dan bermaskas di Muktah. Sayap kanan dipimpin Qutbah bin Qatada. Sayap kiri dipimpin Ubadah bin Malik. Sungguh aneh, 3.000  pasukan Islam berhadapan dengan 200.000 pasukan Romawi. Pertempuran yang disaksikan dunia. Sangat langka dan mengherankan.
      Zaid bin Haritsah membawa bendera perang. Dia bertempur gagah berani. Terkena tombak musuh. Dia gugur, mati syahid. Bendera perang dipegang Jakfar bin Abi Thalib. Dia maju betrempur luar biasa. Dia gugur, mati syahid. Bendera perang diambil Abdullah bin Rawahah. Dia pun gugur, mati syahid.
     Tsabit bin Arqam mengambil bendera perang. Dia berkata, “Wahai semua orang. Angkatlah seseorang di antara kalian.” ”Kamu saja,” teriak seseorang. “Aku tidak sanggup, “ teriaknya. Khalid bin walid mengambil bendera perang.
    Khalid bin Walid bertempur gagah berani. “Sembilan pedang patah di tanganku. Yang kupegang tinggal satu pedang lebar model Yaman,” kata Khalid, sesuai perang. Nabi berada di Madinah. Nabi mendapatkan wahyu.
      ”Zaid bin Haritsah membawa bendera, dia gugur. Lalu Jakfar bin Abi Thalib mengambilnya, dia pun gugur. Abdullah bin Rawahah memegangnya. Dia gugur,” kata Nabi, sambil berlinang air mata. “Hingga salah satu pedang Allah memegangnya. Allah memberikan kemenangan kepadanya,” lanjut Nabi.
       Khalid bin Walid mengubah komposisi pasukan. Pasukan depan dipindah ke belakang. Pasukan kiri di pindah ke kanan. Begitu sebaliknya. Pasukan musuh kaget dan kebingungan. Mereka mengira pasukan Islam memperoleh bantuan.
      Pasukan Islam mundur teratur. Tetap dalam posisi berperang. Pasukan musuh tak mau mengejar. Dianggapnya sebuah tipuan. Pasukan Romawi kembali ke negerinya. Pasukan Islam balik ke Madinah dengan selamat.
      Pamor pasukan Islam naik. Semua bangsa Arab kagum. Sejumlah 3.000 tentara Islam, mampu melawan 200.000 tentara Romawi. Luar biasa. Banyak suku dan kabilah Arab masuk Islam. Perang Muktah awal dari gerakan pasukan Islam menguasai wilayah yang luas.
  Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004

84. PERANG MUKTAH

PERANG MUKTAH.
PERANG ANEH, 3.000 PASUKAN ISLAM,
MELAWAN 200.000 PASUKAN ROMAWI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Jumadilawal tahun 8 Hijriah. Bertepatan Agustus 629 Masehi. Nabi berumur 61 tahun. Terjadi Perang Muktah. Perang terbesar zaman Nabi. Perang menegangkan dan mencengangkan. Pembuka jalan menaklukkan negeri di luar Arab Saudi.
     Muktah, nama sebuah desa. Perbatasan masuk wilayah negeri Syam. Penyebabnya, Haris bin Umar, utusan Nabi, dibunuh. Dia mengirim surat kepada pemimpin Bushra. Di tengah perjalanan dihadang Syurahbil bin Amr. Haris bin Umar dibawa ke Qaishar dan digorok lehernya.
     Nabi menyiapkan pasukan sejumlah 3.000 orang. Pasukan Islam terbesar, selain Perang Parit. Zaid bin Haritsah sebagai Panglima Perang. Nabi bersabda,” Jika Zaid bin Haritsah gugur, digantikan Jakfar bin Abi Thalib. Jika Jakfar bin Abi Thalib gugur digantikan Abdullah bin Rawahah.”
      Zaid bin Haritsah membawa bendera perang. Selembar kain berwarna putih. Bertulisan hitam. “Lailahaillallah. Muhammadarasullullah.” Tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah.
      Pasukan Islam berangkat. Menuju tempat terbunuhnya Haris bin Umar. Mengajak penduduk masuk Islam. Jika mereka tidak mau. Pasukan Islam harus memohon pertolongan kepada Allah. Untuk memerangi mereka.
      Nabi bersabda, ”Dengan nama Allah. Perangi di jalan Allah, orang-orang yang kafir kepada Allah. Jangan kalian berhianat. Jangan berubah pikiran. Jangan membunuh anak-anak, wanita, orang tua renta, dan orang yang menyepi di pertapaan rahib. Jangan menebang pohon. Jangan merobohkan bangunan. “
       Pasukan Islam siap berangkat. Umat Islam mengerumuni mereka. Abdullah bin Rawahah, salah satu komandan perang. Berpamitan sambil menangis. ”Mengapa engkau menangis?” tanya mereka.  Abdullah bin Rawahah berkata, “Demi Allah. Aku menangis, bukan karena cinta dunia. Atau rindu kepada kalian. Tetapi, aku pernah mendengar Nabi membaca Alquran, “Dan Tidak ada seorang pun di antara kalian. Melainkan mendatangi neraka. Hal ini suatu kepastian dari Tuhanmu.” Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Aku tidak tahu, apa yang terjadi denganku, setelah aku meninggal.”
     Nabi Muhammad mengantarkan pasukan Islam. Sampai di Tsaniyatul Wada dan mengucapkan selamat jalan. Pasukan Islam bergerak ke utara. Berhenti di Muan, termasuk daerah Syam. Perbatasan dengan Hijaz utara. Pasukan Islam mengetahui Heraklius membawa  pasukan sebanyak 200.000 orang sedang menunggu.
      Pasukan Islam kaget dan tercengang. Tak membayangkan di daerah amat jauh. Berhadapan dengan musuh sebanyak itu. Tiga ribu pasukan Islam melawan dua ratus ribu pasukan musuh. Perang yang aneh dan langka.
     Pasukan Islam bingung. Dua hari pasukan Islam bermarkas di Muan. Ada yang berpikir mengirim surat kepada Nabi. Ingin mendapatkan bantuan atau perintah tertentu.
      Tetapi, Abdullah bin Rawahah memberikan motivasi,”Wahai semua orang. Demi Allah. Apa yang tidak kalian sukai dalam bepergian ini. Justru itulah yang kita cari. Yaitu mati syahid.”
     Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Kita tidak berperang dengan manusia, karena jumlah, kekuatan, dan banyaknya orang. Kita berperang karena agama. Allah akan memuliakan kita.  Mari kita berangkat,  di sana ada kebaikan. Kita menang atau mati syahid.“ 
      Pasukan Islam maju ke medan perang. Berbelok dan bermaskas di Muktah. Sayap kanan dipimpin Qutbah bin Qatada. Sayap kiri dipimpin Ubadah bin Malik. Sungguh aneh, 3.000  pasukan Islam berhadapan dengan 200.000 pasukan Romawi. Pertempuran yang disaksikan dunia. Sangat langka dan mengherankan.
      Zaid bin Haritsah membawa bendera perang. Dia bertempur gagah berani. Terkena tombak musuh. Dia gugur, mati syahid. Bendera perang dipegang Jakfar bin Abi Thalib. Dia maju betrempur luar biasa. Dia gugur, mati syahid. Bendera perang diambil Abdullah bin Rawahah. Dia pun gugur, mati syahid.
     Tsabit bin Arqam mengambil bendera perang. Dia berkata, “Wahai semua orang. Angkatlah seseorang di antara kalian.” ”Kamu saja,” teriak seseorang. “Aku tidak sanggup, “ teriaknya. Khalid bin walid mengambil bendera perang.
    Khalid bin Walid bertempur gagah berani. “Sembilan pedang patah di tanganku. Yang kupegang tinggal satu pedang lebar model Yaman,” kata Khalid, sesuai perang. Nabi berada di Madinah. Nabi mendapatkan wahyu.
      ”Zaid bin Haritsah membawa bendera, dia gugur. Lalu Jakfar bin Abi Thalib mengambilnya, dia pun gugur. Abdullah bin Rawahah memegangnya. Dia gugur,” kata Nabi, sambil berlinang air mata. “Hingga salah satu pedang Allah memegangnya. Allah memberikan kemenangan kepadanya,” lanjut Nabi.
       Khalid bin Walid mengubah komposisi pasukan. Pasukan depan dipindah ke belakang. Pasukan kiri di pindah ke kanan. Begitu sebaliknya. Pasukan musuh kaget dan kebingungan. Mereka mengira pasukan Islam memperoleh bantuan.
      Pasukan Islam mundur teratur. Tetap dalam posisi berperang. Pasukan musuh tak mau mengejar. Dianggapnya sebuah tipuan. Pasukan Romawi kembali ke negerinya. Pasukan Islam balik ke Madinah dengan selamat.
      Pamor pasukan Islam naik. Semua bangsa Arab kagum. Sejumlah 3.000 tentara Islam, mampu melawan 200.000 tentara Romawi. Luar biasa. Banyak suku dan kabilah Arab masuk Islam. Perang Muktah awal dari gerakan pasukan Islam menguasai wilayah yang luas.
  Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004

83. SEJARAH NABI MUHAMMAD

SEJARAH NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir. Bertepatan 20 April 571 Masehi. Abdullah bin Abdul Muththalib, 25 tahun, ayah Nabi. Meninggal 6 bulan sebelum Nabi lahir. Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Berasal dari Madinah.  Abdullah dan Aminah, keduanya berasal dari Bani Abdi Manaf.
      Abdul Muththalib bin Hasyim, kepala suku Quraisy. Suami Fatimah binti Amr. Kakek dan nenek Nabi memiliki 16 anak. Yaitu 6 perempuan dan 10 laki-laki. Yang lelaki: Abu Thalib, Haris, Zubeir, Hamzah, Abbas, Abu Lahab, Al-Gaidaq, Al-Muqawin, Saffar, dan Abdullah. Yang perempuan: Umi Hakim, Barrah, Atikah, Safiyah, Arwa, dan Umaimah.
      Wanita yang menyusui Nabi. Aminah binti Wahab, ibunda Nabi. juga, Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Nabi, sejak bayi sampai 2 tahun. Tinggal di pedalaman. Diasuh dan disusui Halimah, dari suku Sakdiyah. Sekitar 80 km dari Mekah.
      Nabi, 2 tahun, dikembalikan ke ibunya. Halimah mengasuh lagi 2 sampai 4 tahun. Usia 4 tahun dada Nabi “dioperasi” malaikat.  
       Nabi, 4 tahun, kembali ke rumah. Nabi berumur 6 tahun. Aminah wafat di Abwa. Kembali dari Madinah ke Mekah. Setelah mengunjungi makam Abdullah, ayah Nabi. 
      Nabi, 6 tahun, diasuh Abdul Muththalib, kakek Nabi. Si Kepala Suku yang menguasai sumber air zam-zam. Abdul Muththalib wafat, Nabi berumur 8 tahun.  
      Abu Thalib, Kepala Suku. Sebagai “orang tua angkat” Nabi. Mulai umur 8 tahun.  Abu Thalib, paman Nabi. Mengajari menggembala domba, perdagangan, bela diri, dan berperang. Belajar menunggang kuda dan unta. Juga, keterampilan lainnya.
      Nabi, 12 tahun, “melancong” ke luar negeri.  Ikut berdagang ke negeri  Syam. Di sebelah utara Arab Saudi. Berjumpa pendeta Bahira. Mengetahui tanda kenabian. Meminta agar Nabi kembali ke Mekah.
      Nabi remaja. Menggembala kambing. Milik Abi Thalib dan penduduk Mekah. Nabi tak pernah menonton “hiburan” masyarakat jahiliah.
      Nabi, 15, terlibat perang antarsuku. Mengumpulkan anak panah. Diserahkan kepada paman beliau.
      Nabi, 25, menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, 40. Seorang janda cantik dan kaya. Khadijah pernah menikah dua kali. Abu Halah, dan Atiq. Keduanya almarhum.
      Berumah tangga 25 tahun dengan Khadijah. Istri Nabi hanya Khadijah saja. Memperoleh 6 anak. Perempuan 4 orang, dan 2 laki-laki. Qosim, Zainab, Ruqaiyah, Umi Kulsum, Fatimah, dan Abdullah. Qasim dan Abdullah meninggal masih kecil.   
      Anak angkat Nabi. Zaid bin Haritsah. Berasal dari kabilah Kalb. Di sebelah utara jazirah Arab. Sukunya kalah perang. Dia dijadikan  budak. Dibeli keponakan Khadijah. Diberikan kepada Nabi.    
     Menantu Nabi. Abi Al-Ash bin Rubai menikah dengan Zainab. Memperoleh 2 anak. Utbah bin Abu Lahab menikah dengan Ruqaiyah. Tak punya anak. Nabi diangkat menjadi rasul. Abu Lahab murka. Anaknya dipaksa bercerai.
      Usman bin Affan menikah dengan Ruqaiyah. Punya 1 anak, wafat masih kecil.       Utaibah bin Abu Lahab menikah dengan Umi Kulsum. Tak punya anak. Nabi diangkat menjadi rasul. Abu Lahab murka. Anaknya dipaksa berpisah.
       Usman bin Affan menikah dengan Umi Kulsum. Tak punya anak. Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah. Mempunyai 5 anak. Hasan, Husein, Muhsin, meninggal waktu kecil. Zainab dan Umi Kulsum.
      Nabi, 35, meletakkan Hajar Aswad. Mencegah pertumpahan darah.  Nabi berumur 37 sampai 40 tahun sering menyendiri ke gua Hira.
     Nabi, 40, wahyu pertama turun. Nabi berdakwah tertutup. Untuk keluarga sendiri. Khadijah, istri Nabi, wanita pertama masuk Islam.  Zaid bin Haritsah, budak pertama masuk Islam. Ali bin Abi Thalib, anak kecil pertama masuk Islam. Abu Bakar, laki-laki dewasa  pertama masuk Islam.
      Nabi, 43, berdakwah terbuka. Kaum Quraisy “mengamuk”. Nabi, 44, berdakwah di rumah Darul Arqam.
      Nabi memerintahkan hijrah ke Habasyah pertama. Sekarang Etiopia di Afrika. Siksaan tambah meningkat. Nabi memerintahkan hijrah Habasyah kedua.
      Nabi, 46, Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Khattab masuk Islam. Nabi, 47, terjadi pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
      Nabi, 50, Khadijah dan Abu Thalib, wafat. Disebut “Amul huzni” atau “Tahun berduka”. Nabi berdakwah ke Thaif. Berjarak 90 km dari Mekah. Nabi berjalan kaki bersama Zaid bin Haritsah.
      Para pemimpin Thaif menolak. Nabi berada di Thaif selama 10 hari. Mereka berkata, “Benarkah engkau menjadi Nabi. Apakah tidak ada orang yang lebih pantas?”
      Penduduk Thaif mengusir Nabi. Melempari dengan batu. Kaki Nabi berdarah. Zaid bin Haritsah melindungi dengan badannya. Banyak luka di kepalanya.
     Nabi kembali ke Mekah dengan murung. Malaikat Jibril datang di Qarnul Manazil. Ingin menghancurkan penduduk yang zalim. Tetapi, Nabi menolaknya.
       Nabi tiba di Wadi Nakhlah. Sekumpulan jin mengerumuni Nabi. Mendengarkan bacaan Alquran. Motivasi Nabi, agar terus berdakwah.
      Nabi berdakwah kepada kabilah luar Mekah. Menjumpai setiap kabilah. Mengajak masuk Islam. Nabi melakukan sejak  berumur 44 tahun. Banyak pemimpin luar Mekah yang beriman. Misalnya, dari Yatsrib atau Madinah.
       Nabi, 51, menikah dengan Saudah binti Zumah. Janda dari Sakran bin Amr.  Sakran sudah meninggal. Saudah binti Zumah dan Sakran bin Amr ikut hijrah kedua Ke Habasyah.
     Terjadi Baiat Aqabah pertama. Para pemimpin Madinah berjanji menyebarkan Islam di lingkungannya.
        Nabi, 52, dada beliau dibedah malaikat lagi. Kemudian terjadi peristiwa Isra Mikraj. Perjalanan malam hari. Dari Mekah ke Palestina. Kemudian naik ke-7 langit. Menerima perintah salat 5 waktu.
      Menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, 9. Seorang gadis, putri Abu Bakar. Sahabat Nabi yang utama.
      Nabi, 53, terjadi Baiat Aqabah kedua. Berisi jaminan para pemimpin Madinah. Melindungi kaum muslim Mekah. Nabi mengizinkan umat Islam hijrah dari Mekah ke Madinah.
      Pertemuan parlemen Mekah di Darun Nadwah. Setiap kabilah hadir. Bertujuan menghentikan penyebaran Islam. Membentuk pasukan pembunuh Nabi. Beranggota semua jagoan kabilah.
      Rumah Nabi dikepung regu pembunuh. Nabi keluar dari kepungan. Hijrah dari Mekah ke Madinah. Bersama Abu Bakar.
     Nabi membangun Masjid Quba. Bersama para sahabat. Masjid pertama yang dibangun atas dasar takwa.
      Nabi masuk Madinah. Unta beliau berhenti di Bani An-Najjar. Sekarang menjadi Masjid Nabawi, Madinah. Nabi menyatukan kaum Ansar dengan kaum Muhajirin. Kaum Ansar pendudk asli Madinah. Muhajirin para pendatang dari Mekah.
       Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi. Berupa “Piagam Madinah”. Berisi kesepakatan perdamaian “bernegara”. Saling bekerja sama dan menghormati. Kaum Muslim dan Yahudi saling melindungi. 
      Kaum Quraisy Mekah meneror kaum Muhajirin di Madinah. Turun izin untuk berperang. Alquran surah Al-Haj. Surah ke-22 ayat 39. “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi. Sesungguhnya mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah, benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu.”
      Nabi, 55, terjadi Perang Badar. Pasukan Quraisy 1.000 orang, melawan 300 pasukan Islam. Pasukan Islam menang.
      Turun perintah puasa Ramadan dan zakat fitrah. Salat Idul Fitri 1 Syawal tahun ke 2 Hijriah.  Penuh kegembiraan.  Suasana menang Perang Badar.
      Perang Bani Qainuqa. Kaum Yahudi Qainuqa melanggar perjanjian. Kaum Yahudi Qainuqa diusir keluar dari Madinah.
       Nabi, 56, menikah dengan Hafsah binti Umar. Janda puteri Umar bin Khattab. Mantan istri Khunais bin Huzadah.  Khunais bin Huzadah sudah meninggal.
      Terjadi Perang Uhud. Tentara Quraisy sejumlah 3.000 orang, 3.000 ekor unta, dan 22 ekor kuda. Memakai baju besi 700 orang. Disertai 15 wanita. Pasukan Islam 1.000 orang. Di tengah jalan 300 orang membelot. Dipimpin tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Pasukan Islam tinggal 700 orang.
      Perang Bani Nadhir. Kaum Yahudi Bani Nadhir melanggar perjanjian. Pasukan Nabi mengusirnya, keluar dari Madinah.
      Nabi, 57, menikah dengan Zainab binti Khuzaimah. Mantan istri Abdullah bin Jahsy. Yang mati sahid dalam Perang Uhud. Zainab meninggal 3 bulan setelah menikah dengan Nabi.
      Nabi menikah dengan Umi Salamah binti Umayyah. Mantan istri Abu salamah, yang sudah meninggal. Umayyah, kepala suku Quraisy. Banyak suku Umi Salamah masuk Islam. Salah satunya, Khalid bin Walid.
     Nabi, 58, terjadi Perang Khandaq atau Perang Parit. Salman Al-Farisi berasal dari Persia. Mengusulkan membuat parit. Nabi menyetujuinya.
    Terjadi Perang Bani Quraizhah. Kaum Yahudi berkhianat. Memihak musuh dalam Perang Khandaq. Perang Parit selesai. Pasukan Islam menyerbu Bani Quraizhah. Bani Quraizhah menyerah.
       Amru bin Ash dan Khalid bin Walid masuk Islam. Aisyah, istri Nabi, dituduh berselingkuh. Yang menuduh tokoh munafik Ubaidillah bin Ubay. Terbukti Aisyah “bersih”.
      Nabi, 59, terjadi Perjanjian Hudaibiyah. Berisi kesepakatan perdamaian. Nabi dan istri, Umi Salamah. Dengan 1.500 orang berangkat umrah. Usman bin Affan menemui tokoh Quraisy. Menjelaskan hanya umrah. Tak ingin berperang.
      Nabi berkirim surat. Kepada: Najashi Raja Habasyah; Muqauqis Raja Mesir; Kisra Raja Persia; Qaishar Raja Romawi; Al-Mundhir bin Sawa pemimpin Bahrain; Haudzah pemimpin Yamamah; Al-Harits pemimpin Damaskus; dan Raja Oman.
      Terjadi Perang Khaibar. Benteng Khaibar tempat kaum munafik dan Yahudi menghimpun kekuatan. Pasukan Islam menyerbu Khaibar. Semua benteng Khaibar berhasil dikalahkan.
      Nabi menikah dengan Zaenab binti Jahsy. Mantan istri Zaid bin Haritsah. Anak angkat Nabi.  Nabi menikah dengan Juwariyah binti Al-Haris. Seorang wanita tawanan perang. Akhirnya, suku keluarga Juwariyah tidak memusuhi Nabi.
      Perang Muktah. Utusan Nabi dibunuh di Muktah. Zaid bin Haritsah, Panglima Perang. Membawa bendera kain berwarna putih. Bertulisan hitam “Lailahaillallah, Muhammadarrasulullah.” Tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah.
     Sebanyak 3.000 pasukan Islam menyerbu Muktah. Di daerah Syam, termasuk wilayah Romawi. Melawan 200.000 pasukan Romawi.
      Nabi, 60 tahun, menikah dengan Umi Habibah binti Abu Sufyan. Mantan istri Ubaidillah bin Jahs.  Ubaidillah hijrah ke Habasyah. Meninggal di Habasyah. Umi Habibah putri Abu Sufyan, pemimpin kaum Quraisy.
       Nabi menikah dengan Safiyah binti Huyai. Janda, putri kepala suku Yahudi. Tawanan dalam Perang Khaibar. Akhirnya, suku keluarga Safiyah tidak memusuhi Nabi. Nabi menikah dengan Maimunah binti Al-Haris.  Janda saudara Lubabah binti Al-Haris.
       Nabi, 61, menikah dengan Maria Qibti. Tawanan perang dari Mesir. Mendapatkan seorang anak, Ibrahim. Wafat masih kecil. Bertepatan dengan gerhana bulan. Nabi menikah dengan Raihanah binti Zaid.  Tawanan Perang Quraizhah.
      Nabi menguasai Mekah.  Membawa 10.000 pasukan. Tanpa pertumpahan darah. Abu Sufyan, pemimpin Quraisy masuk Islam.  Diikuti pemimpin yang lain.
      Nabi masuk Kakbah. Mengeluarkan semua berhala. Nabi salat di dalam Kakbah. Nabi pidato di depan penduduk Quraisy.
      Bilal bin Rabah menyerukan azan di atas Kakbah. Umat Islam salat berjemaah.  Nabi dan pasukan Islam kembali ke Madinah.   
      Senin, 12 Rabiulawal tahun 11 Hijriah. Nabi Muhammad wafat di Madinah. Bertepatan 8 Juni 633 Masehi. Dalam usia 63 tahun.
Daftar Pustaka
1.    Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004


83. SEJARAH NABI MUHAMMAD

SEJARAH NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir. Bertepatan 20 April 571 Masehi. Abdullah bin Abdul Muththalib, 25 tahun, ayah Nabi. Meninggal 6 bulan sebelum Nabi lahir. Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Berasal dari Madinah.  Abdullah dan Aminah, keduanya berasal dari Bani Abdi Manaf.
      Abdul Muththalib bin Hasyim, kepala suku Quraisy. Suami Fatimah binti Amr. Kakek dan nenek Nabi memiliki 16 anak. Yaitu 6 perempuan dan 10 laki-laki. Yang lelaki: Abu Thalib, Haris, Zubeir, Hamzah, Abbas, Abu Lahab, Al-Gaidaq, Al-Muqawin, Saffar, dan Abdullah. Yang perempuan: Umi Hakim, Barrah, Atikah, Safiyah, Arwa, dan Umaimah.
      Wanita yang menyusui Nabi. Aminah binti Wahab, ibunda Nabi. juga, Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Nabi, sejak bayi sampai 2 tahun. Tinggal di pedalaman. Diasuh dan disusui Halimah, dari suku Sakdiyah. Sekitar 80 km dari Mekah.
      Nabi, 2 tahun, dikembalikan ke ibunya. Halimah mengasuh lagi 2 sampai 4 tahun. Usia 4 tahun dada Nabi “dioperasi” malaikat. 
       Nabi, 4 tahun, kembali ke rumah. Nabi berumur 6 tahun. Aminah wafat di Abwa. Kembali dari Madinah ke Mekah. Setelah mengunjungi makam Abdullah, ayah Nabi. 
      Nabi, 6 tahun, diasuh Abdul Muththalib, kakek Nabi. Si Kepala Suku yang menguasai sumber air zam-zam. Abdul Muththalib wafat, Nabi berumur 8 tahun. 
      Abu Thalib, Kepala Suku. Sebagai “orang tua angkat” Nabi. Mulai umur 8 tahun.  Abu Thalib, paman Nabi. Mengajari menggembala domba, perdagangan, bela diri, dan berperang. Belajar menunggang kuda dan unta. Juga, keterampilan lainnya.
      Nabi, 12 tahun, “melancong” ke luar negeri.  Ikut berdagang ke negeri  Syam. Di sebelah utara Arab Saudi. Berjumpa pendeta Bahira. Mengetahui tanda kenabian. Meminta agar Nabi kembali ke Mekah.
      Nabi remaja. Menggembala kambing. Milik Abi Thalib dan penduduk Mekah. Nabi tak pernah menonton “hiburan” masyarakat jahiliah.
      Nabi, 15, terlibat perang antarsuku. Mengumpulkan anak panah. Diserahkan kepada paman beliau.
      Nabi, 25, menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, 40. Seorang janda cantik dan kaya. Khadijah pernah menikah dua kali. Abu Halah, dan Atiq. Keduanya almarhum.
      Berumah tangga 25 tahun dengan Khadijah. Istri Nabi hanya Khadijah saja. Memperoleh 6 anak. Perempuan 4 orang, dan 2 laki-laki. Qosim, Zainab, Ruqaiyah, Umi Kulsum, Fatimah, dan Abdullah. Qasim dan Abdullah meninggal masih kecil.   
      Anak angkat Nabi. Zaid bin Haritsah. Berasal dari kabilah Kalb. Di sebelah utara jazirah Arab. Sukunya kalah perang. Dia dijadikan  budak. Dibeli keponakan Khadijah. Diberikan kepada Nabi.    
     Menantu Nabi. Abi Al-Ash bin Rubai menikah dengan Zainab. Memperoleh 2 anak. Utbah bin Abu Lahab menikah dengan Ruqaiyah. Tak punya anak. Nabi diangkat menjadi rasul. Abu Lahab murka. Anaknya dipaksa bercerai.
      Usman bin Affan menikah dengan Ruqaiyah. Punya 1 anak, wafat masih kecil.       Utaibah bin Abu Lahab menikah dengan Umi Kulsum. Tak punya anak. Nabi diangkat menjadi rasul. Abu Lahab murka. Anaknya dipaksa berpisah.
       Usman bin Affan menikah dengan Umi Kulsum. Tak punya anak. Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah. Mempunyai 5 anak. Hasan, Husein, Muhsin, meninggal waktu kecil. Zainab dan Umi Kulsum.
      Nabi, 35, meletakkan Hajar Aswad. Mencegah pertumpahan darah.  Nabi berumur 37 sampai 40 tahun sering menyendiri ke gua Hira.
     Nabi, 40, wahyu pertama turun. Nabi berdakwah tertutup. Untuk keluarga sendiri. Khadijah, istri Nabi, wanita pertama masuk Islam.  Zaid bin Haritsah, budak pertama masuk Islam. Ali bin Abi Thalib, anak kecil pertama masuk Islam. Abu Bakar, laki-laki dewasa  pertama masuk Islam.
      Nabi, 43, berdakwah terbuka. Kaum Quraisy “mengamuk”. Nabi, 44, berdakwah di rumah Darul Arqam.
      Nabi memerintahkan hijrah ke Habasyah pertama. Sekarang Etiopia di Afrika. Siksaan tambah meningkat. Nabi memerintahkan hijrah Habasyah kedua.
      Nabi, 46, Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Khattab masuk Islam. Nabi, 47, terjadi pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
      Nabi, 50, Khadijah dan Abu Thalib, wafat. Disebut “Amul huzni” atau “Tahun berduka”. Nabi berdakwah ke Thaif. Berjarak 90 km dari Mekah. Nabi berjalan kaki bersama Zaid bin Haritsah.
      Para pemimpin Thaif menolak. Nabi berada di Thaif selama 10 hari. Mereka berkata, “Benarkah engkau menjadi Nabi. Apakah tidak ada orang yang lebih pantas?”
      Penduduk Thaif mengusir Nabi. Melempari dengan batu. Kaki Nabi berdarah. Zaid bin Haritsah melindungi dengan badannya. Banyak luka di kepalanya.
     Nabi kembali ke Mekah dengan murung. Malaikat Jibril datang di Qarnul Manazil. Ingin menghancurkan penduduk yang zalim. Tetapi, Nabi menolaknya.
       Nabi tiba di Wadi Nakhlah. Sekumpulan jin mengerumuni Nabi. Mendengarkan bacaan Alquran. Motivasi Nabi, agar terus berdakwah.
      Nabi berdakwah kepada kabilah luar Mekah. Menjumpai setiap kabilah. Mengajak masuk Islam. Nabi melakukan sejak  berumur 44 tahun. Banyak pemimpin luar Mekah yang beriman. Misalnya, dari Yatsrib atau Madinah.
       Nabi, 51, menikah dengan Saudah binti Zumah. Janda dari Sakran bin Amr.  Sakran sudah meninggal. Saudah binti Zumah dan Sakran bin Amr ikut hijrah kedua Ke Habasyah.
     Terjadi Baiat Aqabah pertama. Para pemimpin Madinah berjanji menyebarkan Islam di lingkungannya.
        Nabi, 52, dada beliau dibedah malaikat lagi. Kemudian terjadi peristiwa Isra Mikraj. Perjalanan malam hari. Dari Mekah ke Palestina. Kemudian naik ke-7 langit. Menerima perintah salat 5 waktu.
      Menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, 9. Seorang gadis, putri Abu Bakar. Sahabat Nabi yang utama.
      Nabi, 53, terjadi Baiat Aqabah kedua. Berisi jaminan para pemimpin Madinah. Melindungi kaum muslim Mekah. Nabi mengizinkan umat Islam hijrah dari Mekah ke Madinah.
      Pertemuan parlemen Mekah di Darun Nadwah. Setiap kabilah hadir. Bertujuan menghentikan penyebaran Islam. Membentuk pasukan pembunuh Nabi. Beranggota semua jagoan kabilah.
      Rumah Nabi dikepung regu pembunuh. Nabi keluar dari kepungan. Hijrah dari Mekah ke Madinah. Bersama Abu Bakar.
     Nabi membangun Masjid Quba. Bersama para sahabat. Masjid pertama yang dibangun atas dasar takwa.
      Nabi masuk Madinah. Unta beliau berhenti di Bani An-Najjar. Sekarang menjadi Masjid Nabawi, Madinah. Nabi menyatukan kaum Ansar dengan kaum Muhajirin. Kaum Ansar penduduk asli Madinah. Muhajirin para pendatang dari Mekah.
       Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi. Berupa “Piagam Madinah”. Berisi kesepakatan perdamaian “bernegara”. Saling bekerja sama dan menghormati. Kaum Muslim dan Yahudi saling melindungi. 
      Kaum Quraisy Mekah meneror kaum Muhajirin di Madinah. Turun izin untuk berperang. Alquran surah Al-Haj. Surah ke-22 ayat 39. “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi. Sesungguhnya mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah, benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu.”
      Nabi, 55, terjadi Perang Badar. Pasukan Quraisy 1.000 orang, melawan 300 pasukan Islam. Pasukan Islam menang.
      Turun perintah puasa Ramadan dan zakat fitrah. Salat Idul Fitri 1 Syawal tahun ke 2 Hijriah.  Penuh kegembiraan.  Suasana menang Perang Badar.
      Perang Bani Qainuqa. Kaum Yahudi Qainuqa melanggar perjanjian. Kaum Yahudi Qainuqa diusir keluar dari Madinah.
       Nabi, 56, menikah dengan Hafsah binti Umar. Janda puteri Umar bin Khattab. Mantan istri Khunais bin Huzadah.  Khunais bin Huzadah sudah meninggal.
      Terjadi Perang Uhud. Tentara Quraisy sejumlah 3.000 orang, 3.000 ekor unta, dan 22 ekor kuda. Memakai baju besi 700 orang. Disertai 15 wanita. Pasukan Islam 1.000 orang. Di tengah jalan 300 orang membelot. Dipimpin tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Pasukan Islam tinggal 700 orang.
      Perang Bani Nadhir. Kaum Yahudi Bani Nadhir melanggar perjanjian. Pasukan Nabi mengusirnya, keluar dari Madinah.
      Nabi, 57, menikah dengan Zainab binti Khuzaimah. Mantan istri Abdullah bin Jahsy. Yang mati sahid dalam Perang Uhud. Zainab meninggal 3 bulan setelah menikah dengan Nabi.
      Nabi menikah dengan Umi Salamah binti Umayyah. Mantan istri Abu salamah, yang sudah meninggal. Umayyah, kepala suku Quraisy. Banyak suku Umi Salamah masuk Islam. Salah satunya, Khalid bin Walid.
     Nabi, 58, terjadi Perang Khandaq atau Perang Parit. Salman Al-Farisi berasal dari Persia. Mengusulkan membuat parit. Nabi menyetujuinya.
    Terjadi Perang Bani Quraizhah. Kaum Yahudi berkhianat. Memihak musuh dalam Perang Khandaq. Perang Parit selesai. Pasukan Islam menyerbu Bani Quraizhah. Bani Quraizhah menyerah.
       Amru bin Ash dan Khalid bin Walid masuk Islam. Aisyah, istri Nabi, dituduh berselingkuh. Yang menuduh tokoh munafik Ubaidillah bin Ubay. Terbukti Aisyah “bersih”.
      Nabi, 59, terjadi Perjanjian Hudaibiyah. Berisi kesepakatan perdamaian. Nabi dan istri, Umi Salamah. Dengan 1.500 orang berangkat umrah. Usman bin Affan menemui tokoh Quraisy. Menjelaskan hanya umrah. Tak ingin berperang.
      Nabi berkirim surat. Kepada: Najashi Raja Habasyah; Muqauqis Raja Mesir; Kisra Raja Persia; Qaishar Raja Romawi; Al-Mundhir bin Sawa pemimpin Bahrain; Haudzah pemimpin Yamamah; Al-Harits pemimpin Damaskus; dan Raja Oman.
      Terjadi Perang Khaibar. Benteng Khaibar tempat kaum munafik dan Yahudi menghimpun kekuatan. Pasukan Islam menyerbu Khaibar. Semua benteng Khaibar berhasil dikalahkan.
      Nabi menikah dengan Zaenab binti Jahsy. Mantan istri Zaid bin Haritsah. Anak angkat Nabi.  Nabi menikah dengan Juwariyah binti Al-Haris. Seorang wanita tawanan perang. Akhirnya, suku keluarga Juwariyah tidak memusuhi Nabi.
      Perang Muktah. Utusan Nabi dibunuh di Muktah. Zaid bin Haritsah, Panglima Perang. Membawa bendera kain berwarna putih. Bertulisan hitam “Lailahaillallah, Muhammadarrasulullah.” Tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah.
     Sebanyak 3.000 pasukan Islam menyerbu Muktah. Di daerah Syam, termasuk wilayah Romawi. Melawan 200.000 pasukan Romawi.
      Nabi, 60 tahun, menikah dengan Umi Habibah binti Abu Sufyan. Mantan istri Ubaidillah bin Jahs.  Ubaidillah hijrah ke Habasyah. Meninggal di Habasyah. Umi Habibah putri Abu Sufyan, pemimpin kaum Quraisy.
       Nabi menikah dengan Safiyah binti Huyai. Janda, putri kepala suku Yahudi. Tawanan dalam Perang Khaibar. Akhirnya, suku keluarga Safiyah tidak memusuhi Nabi. Nabi menikah dengan Maimunah binti Al-Haris.  Janda saudara Lubabah binti Al-Haris.
       Nabi, 61, menikah dengan Maria Qibti. Tawanan perang dari Mesir. Mendapatkan seorang anak, Ibrahim. Wafat masih kecil. Bertepatan dengan gerhana bulan. Nabi menikah dengan Raihanah binti Zaid.  Tawanan Perang Quraizhah.
      Nabi menguasai Mekah.  Membawa 10.000 pasukan. Tanpa pertumpahan darah. Abu Sufyan, pemimpin Quraisy masuk Islam.  Diikuti pemimpin yang lain.
      Nabi masuk Kakbah. Mengeluarkan semua berhala. Nabi salat di dalam Kakbah. Nabi pidato di depan penduduk Quraisy.
      Bilal bin Rabah menyerukan azan di atas Kakbah. Umat Islam salat berjemaah.  Nabi dan pasukan Islam kembali ke Madinah.   
      Senin, 12 Rabiulawal tahun 11 Hijriah. Nabi Muhammad wafat di Madinah. Bertepatan 8 Juni 633 Masehi. Dalam usia 63 tahun.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004

83. SEJARAH NABI MUHAMMAD

SEJARAH NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir. Bertepatan 20 April 571 Masehi. Abdullah bin Abdul Muththalib, 25 tahun, ayah Nabi. Meninggal 6 bulan sebelum Nabi lahir. Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Berasal dari Madinah.  Abdullah dan Aminah, keduanya berasal dari Bani Abdi Manaf.
      Abdul Muththalib bin Hasyim, kepala suku Quraisy. Suami Fatimah binti Amr. Kakek dan nenek Nabi memiliki 16 anak. Yaitu 6 perempuan dan 10 laki-laki. Yang lelaki: Abu Thalib, Haris, Zubeir, Hamzah, Abbas, Abu Lahab, Al-Gaidaq, Al-Muqawin, Saffar, dan Abdullah. Yang perempuan: Umi Hakim, Barrah, Atikah, Safiyah, Arwa, dan Umaimah.
      Wanita yang menyusui Nabi. Aminah binti Wahab, ibunda Nabi. juga, Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Nabi, sejak bayi sampai 2 tahun. Tinggal di pedalaman. Diasuh dan disusui Halimah, dari suku Sakdiyah. Sekitar 80 km dari Mekah.
      Nabi, 2 tahun, dikembalikan ke ibunya. Halimah mengasuh lagi 2 sampai 4 tahun. Usia 4 tahun dada Nabi “dioperasi” malaikat. 
       Nabi, 4 tahun, kembali ke rumah. Nabi berumur 6 tahun. Aminah wafat di Abwa. Kembali dari Madinah ke Mekah. Setelah mengunjungi makam Abdullah, ayah Nabi. 
      Nabi, 6 tahun, diasuh Abdul Muththalib, kakek Nabi. Si Kepala Suku yang menguasai sumber air zam-zam. Abdul Muththalib wafat, Nabi berumur 8 tahun. 
      Abu Thalib, Kepala Suku. Sebagai “orang tua angkat” Nabi. Mulai umur 8 tahun.  Abu Thalib, paman Nabi. Mengajari menggembala domba, perdagangan, bela diri, dan berperang. Belajar menunggang kuda dan unta. Juga, keterampilan lainnya.
      Nabi, 12 tahun, “melancong” ke luar negeri.  Ikut berdagang ke negeri  Syam. Di sebelah utara Arab Saudi. Berjumpa pendeta Bahira. Mengetahui tanda kenabian. Meminta agar Nabi kembali ke Mekah.
      Nabi remaja. Menggembala kambing. Milik Abi Thalib dan penduduk Mekah. Nabi tak pernah menonton “hiburan” masyarakat jahiliah.
      Nabi, 15, terlibat perang antarsuku. Mengumpulkan anak panah. Diserahkan kepada paman beliau.
      Nabi, 25, menikah dengan Khadijah bin Khuwailid, 40. Seorang janda cantik dan kaya. Khadijah pernah menikah dua kali. Abu Halah, dan Atiq. Keduanya almarhum.
      Berumah tangga 25 tahun dengan Khadijah. Istri Nabi hanya Khadijah saja. Memperoleh 6 anak. Perempuan 4 orang, dan 2 laki-laki. Qosim, Zainab, Ruqaiyah, Umi Kulsum, Fatimah, dan Abdullah. Qasim dan Abdullah meninggal masih kecil.   
      Anak angkat Nabi. Zaid bin Haritsah. Berasal dari kabilah Kalb. Di sebelah utara jazirah Arab. Sukunya kalah perang. Dia dijadikan  budak. Dibeli keponakan Khadijah. Diberikan kepada Nabi.    
     Menantu Nabi. Abi Al-Ash bin Rubai menikah dengan Zainab. Memperoleh 2 anak. Utbah bin Abu Lahab menikah dengan Ruqaiyah. Tak punya anak. Nabi diangkat menjadi rasul. Abu Lahab murka. Anaknya dipaksa bercerai.
      Usman bin Affan menikah dengan Ruqaiyah. Punya 1 anak, wafat masih kecil.       Utaibah bin Abu Lahab menikah dengan Umi Kulsum. Tak punya anak. Nabi diangkat menjadi rasul. Abu Lahab murka. Anaknya dipaksa berpisah.
       Usman bin Affan menikah dengan Umi Kulsum. Tak punya anak. Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah. Mempunyai 5 anak. Hasan, Husein, Muhsin, meninggal waktu kecil. Zainab dan Umi Kulsum.
      Nabi, 35, meletakkan Hajar Aswad. Mencegah pertumpahan darah.  Nabi berumur 37 sampai 40 tahun sering menyendiri ke gua Hira.
     Nabi, 40, wahyu pertama turun. Nabi berdakwah tertutup. Untuk keluarga sendiri. Khadijah, istri Nabi, wanita pertama masuk Islam.  Zaid bin Haritsah, budak pertama masuk Islam. Ali bin Abi Thalib, anak kecil pertama masuk Islam. Abu Bakar, laki-laki dewasa  pertama masuk Islam.
      Nabi, 43, berdakwah terbuka. Kaum Quraisy “mengamuk”. Nabi, 44, berdakwah di rumah Darul Arqam.
      Nabi memerintahkan hijrah ke Habasyah pertama. Sekarang Etiopia di Afrika. Siksaan tambah meningkat. Nabi memerintahkan hijrah Habasyah kedua.
      Nabi, 46, Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Khattab masuk Islam. Nabi, 47, terjadi pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
      Nabi, 50, Khadijah dan Abu Thalib, wafat. Disebut “Amul huzni” atau “Tahun berduka”. Nabi berdakwah ke Thaif. Berjarak 90 km dari Mekah. Nabi berjalan kaki bersama Zaid bin Haritsah.
      Para pemimpin Thaif menolak. Nabi berada di Thaif selama 10 hari. Mereka berkata, “Benarkah engkau menjadi Nabi. Apakah tidak ada orang yang lebih pantas?”
      Penduduk Thaif mengusir Nabi. Melempari dengan batu. Kaki Nabi berdarah. Zaid bin Haritsah melindungi dengan badannya. Banyak luka di kepalanya.
     Nabi kembali ke Mekah dengan murung. Malaikat Jibril datang di Qarnul Manazil. Ingin menghancurkan penduduk yang zalim. Tetapi, Nabi menolaknya.
       Nabi tiba di Wadi Nakhlah. Sekumpulan jin mengerumuni Nabi. Mendengarkan bacaan Alquran. Motivasi Nabi, agar terus berdakwah.
      Nabi berdakwah kepada kabilah luar Mekah. Menjumpai setiap kabilah. Mengajak masuk Islam. Nabi melakukan sejak  berumur 44 tahun. Banyak pemimpin luar Mekah yang beriman. Misalnya, dari Yatsrib atau Madinah.
       Nabi, 51, menikah dengan Saudah binti Zumah. Janda dari Sakran bin Amr.  Sakran sudah meninggal. Saudah binti Zumah dan Sakran bin Amr ikut hijrah kedua Ke Habasyah.
     Terjadi Baiat Aqabah pertama. Para pemimpin Madinah berjanji menyebarkan Islam di lingkungannya.
        Nabi, 52, dada beliau dibedah malaikat lagi. Kemudian terjadi peristiwa Isra Mikraj. Perjalanan malam hari. Dari Mekah ke Palestina. Kemudian naik ke-7 langit. Menerima perintah salat 5 waktu.
      Menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, 9. Seorang gadis, putri Abu Bakar. Sahabat Nabi yang utama.
      Nabi, 53, terjadi Baiat Aqabah kedua. Berisi jaminan para pemimpin Madinah. Melindungi kaum muslim Mekah. Nabi mengizinkan umat Islam hijrah dari Mekah ke Madinah.
      Pertemuan parlemen Mekah di Darun Nadwah. Setiap kabilah hadir. Bertujuan menghentikan penyebaran Islam. Membentuk pasukan pembunuh Nabi. Beranggota semua jagoan kabilah.
      Rumah Nabi dikepung regu pembunuh. Nabi keluar dari kepungan. Hijrah dari Mekah ke Madinah. Bersama Abu Bakar.
     Nabi membangun Masjid Quba. Bersama para sahabat. Masjid pertama yang dibangun atas dasar takwa.
      Nabi masuk Madinah. Unta beliau berhenti di Bani An-Najjar. Sekarang menjadi Masjid Nabawi, Madinah. Nabi menyatukan kaum Ansar dengan kaum Muhajirin. Kaum Ansar pendudk asli Madinah. Muhajirin para pendatang dari Mekah.
       Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi. Berupa “Piagam Madinah”. Berisi kesepakatan perdamaian “bernegara”. Saling bekerja sama dan menghormati. Kaum Muslim dan Yahudi saling melindungi. 
      Kaum Quraisy Mekah meneror kaum Muhajirin di Madinah. Turun izin untuk berperang. Alquran surah Al-Haj. Surah ke-22 ayat 39. “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi. Sesungguhnya mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah, benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu.”
      Nabi, 55, terjadi Perang Badar. Pasukan Quraisy 1.000 orang, melawan 300 pasukan Islam. Pasukan Islam menang.
      Turun perintah puasa Ramadan dan zakat fitrah. Salat Idul Fitri 1 Syawal tahun ke 2 Hijriah.  Penuh kegembiraan.  Suasana menang Perang Badar.
      Perang Bani Qainuqa. Kaum Yahudi Qainuqa melanggar perjanjian. Kaum Yahudi Qainuqa diusir keluar dari Madinah.
       Nabi, 56, menikah dengan Hafsah binti Umar. Janda puteri Umar bin Khattab. Mantan istri Khunais bin Huzadah.  Khunais bin Huzadah sudah meninggal.
      Terjadi Perang Uhud. Tentara Quraisy sejumlah 3.000 orang, 3.000 ekor unta, dan 22 ekor kuda. Memakai baju besi 700 orang. Disertai 15 wanita. Pasukan Islam 1.000 orang. Di tengah jalan 300 orang membelot. Dipimpin tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Pasukan Islam tinggal 700 orang.
      Perang Bani Nadhir. Kaum Yahudi Bani Nadhir melanggar perjanjian. Pasukan Nabi mengusirnya, keluar dari Madinah.
      Nabi, 57, menikah dengan Zainab binti Khuzaimah. Mantan istri Abdullah bin Jahsy. Yang mati sahid dalam Perang Uhud. Zainab meninggal 3 bulan setelah menikah dengan Nabi.
      Nabi menikah dengan Umi Salamah binti Umayyah. Mantan istri Abu salamah, yang sudah meninggal. Umayyah, kepala suku Quraisy. Banyak suku Umi Salamah masuk Islam. Salah satunya, Khalid bin Walid.
     Nabi, 58, terjadi Perang Khandaq atau Perang Parit. Salman Al-Farisi berasal dari Persia. Mengusulkan membuat parit. Nabi menyetujuinya.
    Terjadi Perang Bani Quraizhah. Kaum Yahudi berkhianat. Memihak musuh dalam Perang Khandaq. Peran Parit selasai. Pasukan Islam menyerbu Bani Quraizhah. Bani Quraizhah menyerah.
       Amru bin Ash dan Khalid bin Walid masuk Islam. Aisyah, istri Nabi, dituduh berselingkuh. Yang menuduh tokoh munafik Ubaidillah bin Ubay. Terbukti Aisyah “bersih”.
      Nabi, 59, terjadi Perjanjian Hudaibiyah. Berisi kesepakatan perdamaian. Nabi dan istri, Umi Salamah. Dengan 1.500 orang berangkat umrah. Usman bin Affan menemui tokoh Quraisy. Menjelaskan hanya umrah. Tak ingin berperang.
      Nabi berkirim surat. Kepada: Najashi Raja Habasyah; Muqauqis Raja Mesir; Kisra Raja Persia; Qaishar Raja Romawi; Al-Mundhir bin Sawa pemimpin Bahrain; Haudzah pemimpin Yamamah; Al-Harits pemimpin Damaskus; dan Raja Oman.
      Terjadi Perang Khaibar. Benteng Khaibar tempat kaum munafik dan Yahudi menghimpun kekuatan. Pasukan Islam menyerbu Khaibar. Semua benteng Khaibar berhasil dikalahkan.
      Nabi menikah dengan Zaenab binti Jahsy. Mantan istri Zaid bin Haritsah. Anak angkat Nabi.  Nabi menikah dengan Juwariyah binti Al-Haris. Seorang wanita tawanan perang. Akhirnya, suku keluarga Juwariyah tidak memusuhi Nabi.
      Perang Muktah. Utusan Nabi dibunuh di Muktah. Zaid bin Haritsah, Panglima Perang. Membawa bendera kain berwarna putih. Bertulisan hitam “Lailahaillallah, Muhammadarrasulullah.” Tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah.
     Sebanyak 3.000 pasukan Islam menyerbu Muktah. Di daerah Syam, termasuk wilayah Romawi. Melawan 200.000 pasukan Romawi.
      Nabi, 60 tahun, menikah dengan Umi Habibah binti Abu Sufyan. Mantan istri Ubaidillah bin Jahs.  Ubaidillah hijrah ke Habasyah. Meninggal di Habasyah. Umi Habibah putri Abu Sufyan, pemimpin kaum Quraisy.
       Nabi menikah dengan Safiyah binti Huyai. Janda, putri kepala suku Yahudi. Tawanan dalam Perang Khaibar. Akhirnya, suku keluarga Safiyah tidak memusuhi Nabi. Nabi menikah dengan Maimunah binti Al-Haris.  Janda saudara Lubabah binti Al-Haris.
       Nabi, 61, menikah dengan Maria Qibti. Tawanan perang dari Mesir. Mendapatkan seorang anak, Ibrahim. Wafat masih kecil. Bertepatan dengan gerhana bulan. Nabi menikah dengan Raihanah binti Zaid.  Tawanan Perang Quraizhah.
      Nabi menguasai Mekah.  Membawa 10.000 pasukan. Tanpa pertumpahan darah. Abu Sufyan, pemimpin Quraisy masuk Islam.  Diikuti pemimpin yang lain.
      Nabi masuk Kakbah. Mengeluarkan semua berhala. Nabi salat di dalam Kakbah. Nabi pidato di depan penduduk Quraisy.
      Bilal bin Rabah menyerukan azan di atas Kakbah. Umat Islam salat berjemaah.  Nabi dan pasukan Islam kembali ke Madinah.   
      Senin, 12 Rabiulawal tahun 11 Hijriah. Nabi Muhammad wafat di Madinah. Bertepatan 8 Juni 633 Masehi. Dalam usia 63 tahun.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004

Saturday, May 27, 2017

82. BADUI BODOH PINTAR

ORANG BADUI YANG “BODOH” TETAPI “PINTAR”
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

 
      Seorang lelaki Badui tinggal di pedalaman. Jauh dari pusat keramaian kota. Berada di daerah terpencil. Di pelosok pedesaan.
      Tempat tinggalnya termasuk daerah terpencil, terjauh dan terluar. Wilayahnya sulit terjangkau. Dia tak berpendidikan. Dia orang “bodoh”. Tak pernah “makan” sekolah.
      Dia datang menjumpai Nabi. Si Badui bertanya, “Wahai Nabi. Siapakah yang mengurus hisabnya seluruh makhluk?” “Allah”, jawab Nabi. “Apakah Allah mengurusnya seorang diri?” Tanya Si Badui. “Ya,” jawab Nabi.
      Mendengarkan jawaban Nabi. Si Badui tersenyum puas. Tampaknya dia amat gembira. Nabi bertanya, “Mengapa engkau tersenyum. Wahai orang Badui?” Badui menjawab, “Seorang yang pemurah, jika menghisab pasti banyak memaafkan.”
     Si Badui melanjutkan,”Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha Pemaaf dan Maha Pengampun. Jika Allah menghisab pasti banyak memaafkan. Banyak memberi ampunan.” Nabi tersenyum mendengarkan jawabannya.
     Nabi bersabda,”Engkau benar. Tidak ada yang lebih pemurah dibandingkan dengan Allah. Allah Maha Pemurah dan Maha Pengampun.”
     Si Badui mengucapkan terima kasih kepada Nabi. Dia pamit pulang dengan riang gembira. Nabi bersabda, “ Dia sungguh pintar.”
Sumber :
1. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Kisah Para Sahabat.

81. BADUI MENGHISAB ALLAH

ORANG BADUI “MENGHISAB” ALLAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Dikisahkan, seorang Badui telah memeluk Islam. Sudah mengikrarkan “Dua Kalimat Syahadat”. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah. Saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah. Mengikuti jejak kepala sukunya.
     Si Badui masuk Islam. Hasil dakwah para pemimpinnya. Dia belajar cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya. Dia tergolong “ekonomi lemah”. Tidak pintar. Belum pernah bepergian ke luar dari “desa”nya. Dia orang “ndeso”. Tempat tinggalnya terpencil dan “adoh kawat”.
     Si Badui belum pernah ke Madinah. Belum pernah bertemu dengan Nabi. tidak mengenal wajah Nabi. Tetapi, dengan segala keterbatasannya. Dia sudah menjadi seorang  mukmin “yang baik”. Dia amat  mencintai Nabi Muhammad.
       Rombongan kabilah pergi ke Mekah. Melaksanakan ibadah umrah. Si Badui ikut dalam rombongan. Rombongan melaksanakan tawaf. Berkeliling Kakbah. Sebanyak tujuh kali. Berjalan kaki berlawanan arah jarum jam. Si Badui selalu “mengintil”. Mengikuti di belakang rombongannya.
      Si Badui terpisah dari rombongan. Dia tetap melaksanakan tawaf. Dia berjalan sambil berzikir, “Ya, Karim. Ya, Karim.” Berulang-ulang. Dia bukan orang cerdas. Tak mampu menghafal doa tawaf. Dia hanya membaca “Ya, Karim.” berulang-ulang.
     Tiba-tiba dia merasa ada yang mengikutinya. Berjalan “menempel” di belakangnya. Juga, mengucapkan “Ya, Karim.” seperti dirinya. Si Badui bergeser. Berpindah agak menjauh. Agar tidak diikuti orang tersebut.
      Dia menyangka orang itu mengolok-oloknya. Meskipun dia bergeser dan menjauh. Orang itu tetap “menempelnya”. Kemana pun dia bergerak. Orang itu selalu mengikutinya.
    Akhirnya, Si Badui berhenti. Berputar 180 derajat. Berbalik menghadap orang itu. Si Badui berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah, dan berbadan bagus. Apakah engkau memperolok-olokku? Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku.”   “Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu. Si Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah.”
     Lelaki itu tampak tersenyum. Mendengarkan jawabannya. Lelaki itu bertanya, “Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu. Wahai saudaraku, Badui?” “Belum,” jawab Si Badui. 
      Lelaki itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin engkau mencintainya. Padahal, engkau tak mengenalnya? Bagaimana pula keimananmu kepadanya?” “Aku beriman atas kenabiannya, walaupun aku tak pernah melihatnya. Aku membenarkan kerasulannya, meskipun aku tak pernah bertemu dengannya,” jawab Si Badui.
      Lelaki itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui. Aku inilah Nabimu di dunia.  Pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.” Memang, lelaki yang “mengintili” Si Badui adalah Nabi Muhammad. Nabi juga sedang melaksanakan umrah.
     Nabi mengikuti Si Badui tawaf. Beliau melihat Si Badui “polos” dan “unik”. Terpisah dari rombongannya. Tetapi, tampak begitu khusuk dalam melaksanakan tawaf.
    Si Badui memandang Nabi. Seakan tak percaya. Kaget bercampur gembira. Dia  terpana. Matanya berkaca-kaca. Dia mendekat kepada Nabi. Si Badui merendahkan badan, akan mencium tangan Nabi.   Nabi memegang pundaknya.
      Nabi berkata,”Wahai saudaraku orang Badui. Janganlah memperlakukanku, seperti orang asing memperlakukan rajanya. Sesungguhnya, Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang. Allah mengutusku dengan kebenaran. Memberikan kabar gembira. Berupa kenikmatan di surga. Juga,  memberikan  peringatan. Pedihnya azab neraka.
      Si Badui berdiri termangu. Tampak jelas wajah kegembiraannya. Bisa berjumpa dengan Nabi. Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Nabi. menyampaikan beberapa kalimat kepada Si Badui.
     “Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim. Yang Maha Pemurah. Maha Memberi tanpa diminta. Akan menghisab dan memperhitungkan segala perbuatan manusia.”
      Nabi menyampaikannya  kepada Si Badui. Badui berkata, “Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah? Nabi menjawab, “Benar Allah akan menghisabmu. Jika Allah menghendaki.”
     Tiba-tiba Badui mengucapkan sesuatu yang tak terduga. “Demi kebesaran dan keagungan Allah. Jika Allah menghisabku. Aku juga akan menghisab Allah.” Nabi bersabda sambil tersenyum, “Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?” 
     Si Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku, atas dosaku. Aku akan menghisab Allah dengan Maha Pengampunan-Nya. Jika Allah menghisabku atas kemaksiatanku. Aku akan menghisab Allah atas Maha Pemaaf-Nya. Apabila Allah menghisabku atas kekikiranku. Aku akan menghisab Allah atas Maha Kedermawanan-Nya.”
     Nabi terharu mendengarkan jawaban Si Badui. Nabi meneteskan air mata. Sampai membasahi jenggot beliau. Jawaban yang sederhana. Menunjukkan betapa “akrabnya” Si Badui dengan Tuhan-Nya. Betapa tinggi “makrifatnya” kepada Allah. Padahal, dia belum pernah mendapatkan didikan langsung dari Nabi.
     Malaikat Jibril turun lagi.  Memberi tahu Nabi, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu, dan berfirman,”Kurangi tangismu. Karena dapat memengaruhi para malaikat dalam bertasbih. Sampaikan kepada saudaramu, Si Badui. Dia tak perlu menghisab Allah. Karena Allah tak akan menghisabnya. Dia termasuk penghuni surga.”
Sumber :
1. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Kisah Para Sahabat.