Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BEDA METODE TAFSIR AL-QURAN JANGAN DITUDUH SESAT. Show all posts
Showing posts with label BEDA METODE TAFSIR AL-QURAN JANGAN DITUDUH SESAT. Show all posts

Monday, November 1, 2021

11505. BEDA METODE TAFSIR AL-QURAN JANGAN DITUDUH SESAT

 



BEDA METODE TAFSIR AL-QURAN JANGAN DITUDUH SESAT

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

Semua metode yang dipakai para ahli tafsir Al-Quran selama ini.

 

Yaitu metode buatan manusia.

Alias para ulama tafsir.

 

Yang akan terus berkembang sesuai zamannya.

 

Seperti terjadi dalam sejarah Islam.

Sesudah zaman Rasulullah.

 

Zaman setelah Rasulullah wafat.

 

Saat ada masalah terkait  pemahaman Al-Quran.

 

Umat Islam bertanya kepada para sahabat.

Yang pernah bersinggungan langsung dengan Rasulullah.

 

Saat ada istilah kurang dipahami.

Umat lslam mengambil pemahaman.

Dari karya sastra.

 

Yang ada di zaman itu.

Atau sebelumnya.

 

Karena ada kata yang dipakai Al-Quran.

Bukan bahasa Arab umumnya.

 

Tapi diambil dari bahasa lain.

Yang berkembang di sekitar Arab.

 

Seiring banyaknya sahabat yang meninggal.

 

Penafsiran Al-Qur’an bergeser memakai ’Metode Ma’tsur’.

Atau Metode Periwayatan.

 

Dengan cara menelusuri kembali sunah Rasul.

 

Lewat orang yang dianggap tahu.

Secara langsung dari Rasulullah.

 

Secara turun temurun.

 

Metode ini bersandar pada penuturan hadis dan asbabun nuzul.

 

 

Tak semua ayat Al-Quran ada penjelasan hadis.

 

Dan tak semua ayat ada asbabun nuzulnya.

 

 

Sekitar sepertiganya.

Yang ada penjelasannya.

 

Tapi yang dua pertiga.

Tidak ada penjelasannya.

 

Ditambah lagi beda sumber riwayatnya.

 

Sehingga para ulama berbeda pendapat.

 

Dalam hal redaksi riwayat maupun isinya.

 

Mengambil hadis sebagai sumber hukum.

 

Sering memunculkan pertikaian.

 

Yang terlalu melebar.

Dari pokok masalah.

 

 

Yang paling sengit.

 

Antara golongan Syiah dan Suni.

 

Dalam bidang sosial, politik.

Sampai pada teologinya.

 

 

Masalah dalam ’Metode Periwayatan’.

 

Memunculkan ’Metode bil Ra’yi’.

 

Yaitu metode yang memakai pemikiran lanjutan.

 

Yang terkenal, yaitu:

1.      Metode Tahlili.

2.      Metode Maudhu’i.

 

 

Metode Tahlili.

Membahas makna ayat Al-Quran sesuai urutan dalam Mushaf.

 

 

Metode Tahlili mengalami masalah juga.

 

Karena untuk memahami ayat Al-Quran tidak bisa secara ’urut kacang’.

 

Karena banyak ayat yang butuh penjelasan dari ayat lain.

 

Yang ada dalam surah berbeda.

 

 

Maka muncul ’Metode Maudhu’i.

Atau Metode Tematik.

 

Yaitu memahami ayat Al-Quran.

 

Dengan mengumpulkan semua ayat.

 

Yang terkait tema tertentu.

 

Kemudian muncul.

’MEMAHAMI AL-QUR’AN DENGAN METODE PUZZLE’.

 

Dalam Metode Puzzle.

Al-Quran disandingkan langsung dengan tantangan zaman.

 

Bukan ditempatkan dalam bingkai kajian bersifat teoritis, sastra, riwayat, dan urutan mushaf.

 

Tapi sebagai petunjuk.

Untuk melakukan problem-solving.

 

Terjadi dialog intensif.

 

Antara dinamika hidup dengan al Qur’an sebagai tuntunan.

 

Untuk bersikap dalam zaman yang sedang bergerak.

 

Sehingga, tafsir tematik.

Lebih membumi dibanding metode tafsir sebelumnya.

 

 

Bahwa semua metode dalam memahami Al-Qur’an.

Bukan dicontohkan oleh Nabi.

 

Tapi ijtihad ulama.

 

Yang telah, sedang, dan akan terus berkembang.

 

Sesuai zaman.

 

 

Jangan memvonis seseorang sesat.

 

Hanya karena memakai metode berbeda. 

 

 

Rasulullah yang menjadi panutan kita.

 

Tak pernah memakai semua metode itu.

 

Bahkan Rasulullah tidak menganjurkan.

Untuk memakai salah satu  metode itu.

 

 

Rasulullah memakai ’metode’ yang diajarkan langsung.

Oleh Allah dalam firman-Nya.

 

Sebaiknya juga kita ikuti sekarang.

Sesuai dengan kemampuan kita.

 

Allah berfirman,

“Allah mengajarkan kepada manusia apa–apa yang tidak diketahuinya.”

 

Al-Quran surah Al-Alaq (surah ke-96) ayat 1-5.

 

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.

 

 

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ

 

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

 

 

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

 

Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

 

 

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

 

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.

 

 

عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

 

Dia Allah mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

 

 

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad.

Dan kita semua.

 

Bahwa memahami ilmu Allah.

Mesti mengikuti ‘metode’.

Yang dijelaskan dalam wahyu, yaitu:

 

1.      Banyak membaca.

 

Membaca dilakukan berulang-ulang.

 

Yaitu membaca ciptaan Allah.

Yang dihamparkan di alam semesta.

 

Allah mengajari manusia dengan mekanisme tulis menulis.

 

Memakai pena maupun digital.

Yang menjadi dasar peradaban manusia modern.

 

Jangan alergi untuk membaca dan menulis.

 

 

 

Lakukan semua dengan sikap kritis.

 

Sehingga menjadi media pembelajaran.

 

Dan peningkatan mutu kepahaman dan iman kita.

 

Jika kita melakukannya.

 

Maka dampaknya dijelaskan dalam penutup.

 

Yaitu Allah yang akan mengajari kita.

 

Tentang segala sesuatu.

Yang sebelumnya tidak tahu. 

 

 

Bagaimana caranya?

 

Terserah Allah.

Karena Allah adalah Dzat Maha Berilmu dan Maha Bijaksana.

 

 

Bisa berbentuk inspirasi.

Berupa intuisi, ilham.

Atau muncul dari balik wahyu Al-Quran yang kita baca.

 

Atau, langsung dari berbagai peristiwa.

Yang terjadi di sekitar kita.

 

pada intinya.

Pemahaman atas firman Allah.

Terserah kepada Yang Memiliki Firman.

 

Hal itu sepenuhnya hak Allah.

 

Untuk memasukkan dalam jiwa orang yang erius  mempelajarinya.

 

 

Al-Quran surah Al-Qiyamah (surah ke-75) ayat 16-19.

 

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ

 

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat (menguasai)nya.

 

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

 

Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

 

 

فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ

 

Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikuti bacaannya itu.

 

 

ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ

 

Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami penjelasannya.

 

  (Sumber Agus Mustofa)