Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label MATANG SPIRITUAL UBAH DIRI TAK UBAH ORANG LAIN. Show all posts
Showing posts with label MATANG SPIRITUAL UBAH DIRI TAK UBAH ORANG LAIN. Show all posts

Sunday, April 14, 2024

33426. MATANG SPIRITUAL UBAH DIRI TAK UBAH ORANG LAIN

 



MATANG SPIRITUAL     UBAH DIRI TAK UBAH ORANG LAIN      

Oleh: Drs. HM Yusron Hadi, MM

 

 

Ada 6 tanda matang spiritual.

 

1)        Tak sibuk ingin ubah orang lain.

Fokus ingin ubah diri sendiri.

 

2)        Terima diri sendiri dan orang lain apa adanya.

Fokus memberi dan berbagi.

 

3)        Tak bebankan beragam harapan pada orang lain.

 

 

4)         Yakin siapa pun menanam pasti menuai hasilnya.

 

5)         Tak sibuk pamer dirinya baik dan benar.

 

6)        Tak sibuk cari dukungan dan pujian orang lain.

 

1.   Tak sibuk ingin gubah orang lain

 Fokus ingin ubah dirinya sendiri

 

Perhatian utama dan pertama.

Yaitu diri sendiri.

 

Dia sadar masih kurang, masih lemah.

 Dan butuh perbaikan.

 

Jangan bersikap sebaliknya.

Jangan sibuk lihat keluar.

Orang belum matang spiritual.

 Sibuk lihat kekurangan orang lain.

 

Misalnya:

1)                Orang itu kurang ilmu.

2)                Orang itu belum sadar.

 

3)                Orang itu ambisius.

4)                Orang itu berpikir duniawi.

5)                Dan lainnya.

 

Orang fokus pada orang lain.

Tanda belum matang spiritual.

 

Orang matang spiritual.

Fokus dirinya sendiri.

 

Misalnya:

Apakah aku.

 

1)        Sudah bersikap dewasa?

2)        Bertanggung jawab dengan tugasku?

3)        Sabar segala sesuatu butuh proses?

 

Tunjuk diri sudah matang spiritualnya.

 Baru beri nasihat kepada orang lain.

 

2.   Terima diri dan orang lain apa adanya

Fokus memberi dan berbagi

 

Rela terima diri apa adanya.

Juga terima orang lain apa adanya.

 

Tak sibuk ingin ubah orang lain.

 Terima fakta  tiap orang beda watak.

 

Jangan marahi diri sendiri.

Karena kecewa hidupnya sendiri.

 

Jangan tekan diri sendiri.

Bisa stres, depresi, dan sakit jiwa,

 

Tiap manusia kurang dan lemah.

 Jangan benci diri sendiri.

 Jangan usir diri sendiri.

 

3.   Tak bebankan beragam harapan pada orang lain

Fokus memberi dan berbagi.

 

Orang matang spiritual.

Tak bebankan beragam harapan.

Pada orang lain.

 

Misalnya.

Dia tak berkata:

 

Aku ingin:

1)         Kamu bersikap begitu.

2)        Punya guru begini.

 

3)        Punya teman ideal.

4)        Dan lainnya.

 

Orang matang spiritual.

Tak bebankan kondisi ideal.

Pada orang lain.

 

Jika orang bebankan.

Kondisi ideal pada orang lain.

 

Maka dia mudah kecewa.

Jadi beban hidupnya.

 

Misalnya.

Dia buat rapor semua teman.

 

1)        Dia ramah, tapi jarang mandi.

2)        Dia menyenangkan, tapi minta ditraktir terus.

 

Hal itu jadi beban hidup.

 

Saat cari pasangan hidup.

Dia buat harapan ideal.

 Dalam hidupnya.

Dia sering kecewa.

 

Orang matang spiritual.

Tak bebankan harapan  pada orang lain.

 

Fokus berbagi dan memberi.

Pada orang lain.

 

Dia bertanya,

 

1)        Apa yang bisa saya berikan untuk orang lain.

Sesuai dengan kemampuan saya?

 

2)        Aku mampu memberi apa untuk lingkunganku?

3)        Aku sumbang tenaga untuk kebaikan orang lain.

Karena aku tak punya harta.

 

Orang matang spiritual.

Sibuk ingin bantu orang lain.

 

Tak sibuk ingin dibantu.

Oleh orang lain.

 

4.   Paham yang menanam pasti menuai hasil.

 

Yakin sekecil apa pun kebaikan.

Maka pasti menikmati hasilnya.

 

Dan sebaliknya.

 

Sekecil apa pun kejahatan.

Dia pasti terima akibatnya.

 

Al-Quran surah Az-Zalzalah (surah ke-99) ayat 7-8.

 

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

 

Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

 

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

 

Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

 

 

5.   Tak sibuk pamer dirinya baik dan benar.

 

Zaman ini berat tak pamer kebaikan.

 Medsos, Facebook, Twitter, lnstagram, Youtube, WhatsApp, Blog.

 

Semuanya  dunia pamer.

Kita ingin dikenal jadi  orang baik.

 

Medsos tambah 3 beban sekaligus.

Yaitu:

1)                Berbuat kebaikan.

2)                Pamer kebaikan.

3)                lngin kebaikan itu viral.

  

Rasulullah bersabda,

“Semua amal kebaikan tergantung kepada niatnya.”

 

Perbuatan jelek tak perlu dilihat niatnya.

 

Karena perbuatan jelek, pasti jelek.

Apa pun niatnya.


6.
   Tak sibuk cari dukungan dan pujian orang lain

 

Jika ingin pujian orang lain.

 Maka kita belum yakin 100 persen.

 

Dengan kebenaran yang dilakukan.

 Butuh dukungan orang lain.

 

Jika yakin benar.

Maka tak butuh komentar apa pun.

 

Dipuji atau dicela orang lain.

Hal itu tak penting.

 

Hidup ini adalah ujian.

 

Al-Quran surah Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 35.

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

 

Tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan.

 

 

(Sumber Ngaji Filsafat Dr Fahrudin Faiz)