Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BEDA PENDAPAT TENTANG ISRA MIKRAJ RASULULLAH. Show all posts
Showing posts with label BEDA PENDAPAT TENTANG ISRA MIKRAJ RASULULLAH. Show all posts

Wednesday, March 17, 2021

8981. BEDA PENDAPAT TENTANG ISRA MIKRAJ RASULULLAH

 


BEDA PENDAPAT TENTANG ISRA MIKRAJ RASULULLAH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

Beda pendapat tentang peristiwa isra mikraj Rasulullah.

 

 

 

Aisyah (istri Nabi) adalah ulama besar.

 

 

 

 

Aisyah yakin tak terjadi peristiwa mikraj.

 

 

Tapi hanya terjadi peristiwa isra saja.

 

 

 


Menurut keyakinan Aisyah, Nabi itu hanya isra saja.

 

 

 

Tapi keyakinan ulama sedunia, Nabi juga mengalami mikraj dan berdialog dengan Allah.

 

 

 

 

Nabi melihat Allah di Sidratul Muntaha.




Muslim meriwayatkan bahwa Aisyah berkata,

 



من زعم أن محمدًا رأى ربه فقد أعظم الفرية على الله

 

“Siapa yang meyakini bahwa Nabi Muhammad pernah melihat Tuhannya.

 

 

 

Berarti dia membuat kedustaan  besar atas nama Allah.”

 

 




Jika kita yakin bahwa Nabi Muhammad melihat Tuhannya.

 

 

 

Desain imajinasi kita pasti Tuhan bertahta dan bertempat.

 

 

 

Itu yang tidak diinginkan Aisyah.

 

 

 

Lalu, imajinasi desain kita bahwa Nabi ngobrol dengan Allah.

 

 

Di sana ada meja, ada kursi.

 

 

 

Hal ini menabrak kaidah keyakinan kita bahwa Allah tidak bertempat.

 

 

Aisyah berkata,

 

 

“Tidak ada dialog antara Nabi Muhammad dengan Allah.”

 



Aisyah menguatkan pendapatnya dengan ayat Al-Quran.

 

 

 

1.      Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 103.

 

 

 

لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ


 

 

 

Dia (Allah)  tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dia Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

 

 


Sebagian ulama tafsir berpendapat menolak Rasulullah bisa melihat Allah dengan ayat ini kurang tepat.

 

 

 

Karena yang ditiadakan dalam ayat di atas adalah al-idrak (meliputi).

 

 

Sedangkan yang dibahas adalah ar-rukyah (melihat).

 

 

 

Melihat berbeda dengan meliputi.

 

 

 

 

2.      Al-Quran surah Asy-Suara (surah ke-42)  ayat 51.

 

 

 

۞ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ


Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

 

 

 

 



Abu Dzar, sahabat Rasulullah, juga menolak bahwa Rasulullah berbicara dengan Allah.

 

 


Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah,

 

 

“Apakah Nabi melihat Allah ketika isra mikraj?”

 

 

 

Rasulullah bersabda,

 

 


نور أنى أراه


 

“Ada cahaya, bagaimana aku melihat-Nya.”

 


Dalam riwayat lain.

 

 

 

Rasulullah bersabda,

 

 

 

“Aku melihat cahaya.”

 

 


Semua ulama sepakat bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa melihat Allah dengan mata kepalanya sendiri.

 

 

 

Rasulullah bersabda,

 



تعلَّموا أنه لن يرى أحد منكم ربه عز وجل حتى يموت

 


“Yakini, bahwa di antara kalian tidak akan bisa melihat Tuhannya sampai dia mati.”

 

 

 


Yang menjadi perbedaan ulama adalah,

 

 

 

 

Apakah Rasulullah melihat Allah ketika isra mi’raj atau tidak?



 

Ada beda pendapat tentang apakah Rasulullah melihat Allah pada peristiwa isra mikraj.

 

 

 

1.      Mayoritas ulama ahli sunah berpendapat bahwa Rasulullah melihat Allah.

 

 

2.      Ulama lain berpendapat Rasulullah melihat Allah dengan hati.

 

 

3.      Ulama yang lain lagi tidak mengambil sikap.

 

 







Keterangan Ibnu Abbas tentang firman Allah dalam surah An-Najm.

 

Yang artinya,

 

 

 

‘Sesungguhnya Muhammad telah melihat-nya pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.’

 

 

Ibnu Abbas menjelaskan tentang ayat ini,

 



رأى ربه فتدلى فكان قاب قوسين أو أدنى


 

Beliau melihat Tuhannya dan mendekat.

 

 

Sehingga jaraknya seperti dua busur atau lebih dekat.

 

 



Dari Qatadah, bahwa Anas bin Malik berkata,



رأى محمدٌ ربَّه


“Nabi Muhammad melihat Tuhannya” .

 

 

 

Tapi riwayat ini dinilai lemah oleh sebagian ulama.



Abu Hurairah ditanya oleh Marwan bin Hakam,

 

 

“Apakah Nabi Muhammad melihat Tuhannya.”

 

 

Jawab beliau,

 

‘Ya, beliau telah melihatnya.’

 



Pendapat lainnya adalah Nabi Muhammad melihat Allah dengan hati.

 

 



Ada hadis yang mendukung pendapat ini, tapi hadisnya daif.

 

 

 



رأيته بفؤادي، ولم أره بعيني


 

“Saya melihat dengan mata hatiku dan tidak dengan mata kepalaku.”

 

 



أن النبي صلى الله عليه وسلم رأى ربه بفؤاده مرتين




Pendapat terakhir adalah tawaqquf.

 

 

 

Yaitu tidak mengambil sikap.

 

 



Sa’id bin Jubair, ulama tabiin, murid Ibnu Abbas berkata,

 

“Saya tidak berpendapat Nabi melihat Allah.

 

 

 

Tapi tidak pula berpendapat beliau tidak melihat Allah.”

 

 


Al-Qodhi Iyadh, ulama Syafi’i, berkata,

 

 

 

 “Beberapa guru kami tidak mengambil sikap dalam perselisihan ini.

 

 

 

Mereka beralasan tidak ada dalil yang tegas dalam hal ini.

 

Meskipun secara logika memungkinkan terjadi.”

 

 

 

(Sumber Gus Baha)