Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label NABI RAGU GELISAH TERIMA WAHYU AWAL (3). Show all posts
Showing posts with label NABI RAGU GELISAH TERIMA WAHYU AWAL (3). Show all posts

Friday, August 9, 2024

35664. NABI RAGU GELISAH TERIMA WAHYU AWAL (3)

 


NABI MUHAMMAD RAGU GELISAH TERIMA WAHYU AWAL (3)

Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM

 

 

 

     Kata “Adh-dhuha”.

 Artinya: ”Matahari ketika naik sepenggalah".

 

Terkait wahyu diterima Nabi.

Atau terkait tidak hadirnya wahyu.

 

Matahari naik sepenggalah.

Cahayanya memancar menerangi.

Seluruh penjuru.

 

Cahayanya tak terlalu Terik.

Tak ganggu sedikit pun.

 

Panasnya segar, nyaman, dan sehat.

Allah melambangkan hadirnya wahyu.

 

Sebagai cahaya matahari.

Sinarnya jelas, segar, dan menyenangkan.

 

Kondisi tidak hadirnya wahyu.

Kalimat, "Demi malam ketika hening."

 

Hal itu bertolak belakang.

 Allah menolak dugaan.

 

 Nabi Muhammad ditinggalkan.

Oleh Tuhannya.

Menolak Tuhan membencinya.

 

Kehadiran malam.

Tak boleh disebut.

Matahari tidak terbit lagi.

 

Wahyu tak hadir

Beberapa saat.

 

Bukan alasan .

Wahyu tak hadir lagi.

 

Atau Muhammad ditinggalkan Tuhannya.

Tapi isyarat Nabi Muhammad.

Untuk istirahat.

 

Sebab "malam".

Waktu "beristirahat."

 

Dapat juga disebut.

Wahyu tidak hadir.

Saat Nabi Muhammad menanti.

Bukti wahyu.

Mutlak wewenang Tuhan.

 

Meskipun Nabi rindu menanti.

Tapi jika Tuhan tak menghendaki.

Wahyu tak akan datang.

 

Bukti wahyu.

Bukan hasil renungan jiwa.

 

Kenabian Muhammad.

Bukan hal baru.

 

Al-Quran surah Al-Ahqaf (surah ke-46) ayat 9.


قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ

 

Katakan (Muhammad): "Aku bukan rasul pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanya mengikuti apa yang diwahyukan padaku dan aku tidak lain hanya seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".

 

Tapi Nabi Muhammad.

Berbeda dengan Nabi lain.

 

Para Nabi dahulu.

Diutus untuk:

 

1)        Warga tertentu.

2)        Waktu tertentu.

 

Tapi NabiMuhammad diutus untuk :

1)                Seluruh manusia.

2)                Di mana saja.

3)                Hingga akhir zaman.

 

Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 158.


قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

 

Katakan (Muhammad): "Hai manusia sesungguhnya aku utusan Allah padamu semua, yaitu Allah Yang punya kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu pada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi beriman pada Allah dan pada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikuti dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

 

Ada orientalis menduga.

Pada mulanya Nabi Muhammad.

 

Hanya mengajar agamanya.

Pada orang-orang Arab.

 

Usai Nabi berhasil di Madinah.

Nabi memperluas dakwahnya.

 Untuk seluruh manusia.

 

Pendapat ini keliru.

Sebab sejak di Mekah.

 

Nabi tegaskan diutus.

Untuk seluruh manusia.

 

QS (7:158) diatas.

Turun di Mekah.

 

Katakan (hai Muhammad):

'Wahai seluruh manusia!

 

Sesungguhnya aku utusan Allah .

Untuk kamu semua.'"

 

Ayat ini turun di Mekah.

Menurut para ulama.

 

Semua ayat Al-Quran.

Mulai panggilan:


 "Wahai seluruh manusia,"

Semua turun di Mekah.

Kecuali beberapa ayat.

 

Perbedaan lain.

Para Nabi dulu.

 

Selalu kaitkan kenabian.

Dengan hal supra-rasional.

 

Seperti:

1)        Sihir.

2)        Ilmu gaib.

 

3)        Mimpi.

4)        Dan lainnya.

4)

 

(Sumber Quraish Shihab)