Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label SARAH 8 TAHUN HAFAL AL-QURAN PINTAR MATEMATIKA. Show all posts
Showing posts with label SARAH 8 TAHUN HAFAL AL-QURAN PINTAR MATEMATIKA. Show all posts

Saturday, January 16, 2021

8409. SARAH 8 TAHUN HAFAL AL-QURAN PINTAR MATEMATIKA

 


SARAH 8 TAHUN HAFAL AL-QURAN PINTAR MATEMATIKA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Sarah, 8 tahun Hafiz Quran dan Pandai Matematika

 

 

Bocah usia 8 tahun, Sarah Kayyali tinggal di kota Idlib, Suriah menjuarai kompetisi Internasional Aritmatika Mental oleh lembaga Cina ACIDA.

 

 

 

 

Sarah jenius luar biasa.

 

 

Dia meraih juara mengalahkan  6.000 anak dari 20 negara.

 

 

 

Selain jenius  matematika, Sarah juga seorang hafidz Al-Quran.

 

 

Ayahnya, Abd Aljabbar, insinyur pertanian, melihat dengan bangga.

 

“Ketika Sarah berusia 3,5 tahun, kami masukkan prasekolah swasta.

 

 

Dengan sangat cepat, dia bisa melakukan penjumlahan dan pengurangan.

 

 

Pada usia 4 tahun, dia berhasil menghafal tabel perkalian, ”ujarnya seperi dilansir dari Middle East Eye, Kamis (14/01/2021).

 

 

 

“Sejak saat itu, saya dengan istri saya, juga insinyur, memahami Sarah punya bakat istimewa," ucapnya. 

 

 

 

Gadis kelahiran Aleppo ini anak jenius dari 5 bersaudara.

 

 

 

Mereka sekarang tinggal di  Hazano Provinsi Idleb.

 

 

PBB mengatakan ldleb dihuni lebih dari 3 juta orang, termasuk lebih dari 1 juta mengungsi.

 

 

 

Pada 10 Desember 2020, gadis Suriah itu terbang ikut kompetisi aritmatika mental global yang diluncurkan oleh organisasi Tiongkok.

 

 

 

Hari itu, dia menjadi juara ke-1 di antara 6.111 siswa dari 19 negara.

 

 

 

Pada 21 Desember 2020, ia  dengan mudah meraih juara ke-1 dalam kompetisi di Taiwan.

 

 

 

Dalam beberapa minggu terakhir, Sarah Kayali mengejutkan semua orang, termasuk kepala sekolahnya.

 

 

 

"Ketika Sarah tiba di sekolah pada usia 4 tahun, kami tahu dia memiliki fasilitas," Abdel Basit, direktur sekolah swasta di Hazano, dengan bangga mengatakan kepada MEE.

“Kami melakukan segalanya untuk membantunya membuat kemajuan dalam aritmatika mental.

 

 

Saya yakinkan Anda, ini benar-benar sesuatu yang tidak Anda lihat setiap hari!," tuturnya. 

 

 

 

Dan, untuk kali ini, epidemi virus corona berdampak positif.

 

 

 

“Tahun ini berkat virus ini, semua lomba diadakan online, bukan di negara penyelenggara,” lanjut Abdel Basit.

 

 

 

“Ini memungkinkan Sarah untuk mengikuti kompetisi ini.

 

 

Saya tidak bisa memberinya paspor keluar dari Suriah dan mengajaknya berpartisipasi di sana," ungkapnya. 

 

 

 

Bakat untuk IT

Seperti ribuan anak Suriah yang lahir di daerah di luar kendali Bashar al-Assad, Sarah Kayali tidak punya paspor.

 

 

Agar dia terdaftar otoritas Suriah, orang tuanya pergi ke administrasi yang diakui Damaskus dan risiko ditangkap.

 

 

 

Sarah Kayali perlu belajar setiap hari.

 

 

Gadis itu banyak diminati, kata direktur sekolahnya, Abdel Basit.

 

 

 

“Kami mulai memperkenalkan siswa kami pada pelajaran robotika, pemrograman computer.

 

 

Dan saya perhatikan dia juga punya bakat khusus untuk itu," tuturnya. 

 

 

 

Gadis itu juga menang kompetisi lain di Taiwan.

 

 

 

Selalu dengan angka, operasi kompleks aritmatika mental.

 

 

 

Seluruh Provinsi Idleb jatuh cinta pada gadis berwajah boneka.

 

 

Dia mercusuar harapan bagi ribuan warga Suriah yang jatuh dalam bencana kemanusiaan yang tak ada habisnya.

 

 

 

Sebelum berangkat, ayah Sarah Kayali memberi kami beberapa patah kata lagi.

 

 

“Saat dia menang kompetisi ini, saya sangat bangga.

 

 

Tapi apa saat sama membuatku sedih.

 

 

 

Kami akan selalu membantunya mengembangkan kemampuannya.

 

 

Tetapi apa lagi yang bisa dilakukan untuknya di sini di Suriah?," katanya. 

 

 

 

Setelah menghela napas panjang, pria itu melanjutkan sistem pendidikan di sana tidak mendukung anak berbakat.

 

 

 

"Mereka butuh tindak lanjut khusus, hak mereka atas pendidikan dirampas.

 

 

Saya merasa tidak adil bahwa dia tidak bisa mendapat pendidikan yang dia butuhkan di Suriah,” ujarnya.

 

 

(Sumber internet)