BEDANYA ROH JIWA NYAWA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Al-Qur’an memilah komponen manusia 3 bagian, yaitu:
1.
Jasad (jisim).
2.
Jiwa (nafs-anfus).
3.
Roh.
Secara saintifik, jasad terdiri atas organ.
Organ terdiri atas jaringan sel.
Sel terdiri atas molekul.
Molekul terdiri atas atom dan seterusnya.
Semua itu material.
Dan material itu benda mati.
Jika dianalogkan dengan komputer, maka jasad ibarat hardware
(perangkat keras).
Ada pentium 1, 2, dan seterusnya.
Semakin hebat sirkuitnya, kian hebat chip atau otak komputer itu.
Hadware itu benda mati.
Setiap benda punya energi.
Energi ini yang disebut jiwa.
Allah mencipta badan manusia berbeda, maka energinya juga berbeda tiap
orang.
Energi itu tersimpan di otak.
Otak adalah perbatasan antara badan dan jiwa.
Badan dan jiwa adalah benda mati yang tak punya kehendak
sendiri.
Roh yang mengendalikan badan dan jiwa.
Roh adalah OS (operasional system).
Roh punya sifat Allah yang ditularkan kepada makhluk.
Badan dan jiwa yang mati, saat ditiupi roh ketuhanan menjadi
hidup.
Jika OS berupa roh dimasukkan ke dalam jasad atau hardwarenya, maka
jiwanya bisa dididik.
Istilah komputernya bisa dimasuki program aplikasi.
Itupun harus sesuai dengan hardwarenya.
Roh adalah sistem
informasinya.
Setiap manusia menyimpan potensi ilahiah.
Jika potensinya bisa disalurkan ke luar, maka disebut orang mendekat
kepada Allah.
Tetapi konsep dekat di sini tidak seperti konsep dekat benda.
Al-Qur’an menjelaskan, bahwa Allah itu lebih dekat daripada urat
nadi.
Al-Quran surah Qaf (surah ke-50) ayat 16.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ
وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ
ٱلْوَرِيدِ
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Tuhan itu lebih dekat dibanding sesuatu yang tak berjarak.
Tiap manusia punya potensi kecerdasan, kreativitas, dan potensi
lain yang bersifat ilahiah.
Jika potensi semua manusia sama, mengapa keluarnya berbeda?
Misalnya, ada bola kaca bersinar yang dilapisi 2 lapis lagi bola
kaca.
Lapisan ke-1 adalah roh, lapisan ke-2 adalah jiwa, dan lapisan ke-3
adalah jasad.
Jika lapisan ke-2 kotor, maka cahaya dari inti bola kaca akan
terhalang.
Dalam hadis disebutkan tiap orang berbuat dosa, menabung noda
hitam dalam jiwanya.
Sehingga potensi nuraninya, cahaya roh tidak keluar, karena terhalang noktah dosa.
Jika ingin mengeluarkan potensi ilahiah dalam diri kita, maka
bersihkan jiwa.
Dengan cara akhlaknya diperbaiki.
Maka otomatis potensi ketuhanan akan keluar.
Al-Qur’an menyebutkan jiwa
punya potensi baik dan buruk.
Jiwa manusia bisa
berubah kualitasnya.
Jiwa bisa diperbaiki
atau dirusak.
Tapi roh tetap
selamanya.
Roh itu standar.
Al-Qur’an menjelaskan
jiwa itu sebagai entitas bisa naik atau turun.
1.
Nafs ammarah (emosional).
2.
Nafs hawa (erusak).
3.
Nafs lawwama (menyesali
kesalahan).
4.
Nafs mutmainnah (tenang).
Manusia itu asalnya
netral.
Jika manusia senantiasa
menyucikan jiwanya, maka dia akan menemui kemenangan.
Jika suka
mengotorinya, maka hidupnya akan celaka.
lntinya, manusia harus senantiasa memperbaiki kualitas jiwanya.
Jiwa punya fitur-fitur.
Secara garis besarnya, ada fikir dan zikir.
Ulul albab adalah orang yang mampu mengoptimalkan keduanya.
Ulul albab bisa mengambil pelajaran dalam arti subtansial.
Hatinya selalu berzikir dan sanggup mendayagunakan perangkat
berfikirnya untuk tafakkur secara ilmiah.
Tafakkur itu kecerdasan intelektual atau IQ.
Tazakkur itu lebih condong pada kecedasan emosional.
Orang Barat lebih cenderung pada tafakkur.
Tafakkur itu berfikir ilmiah komponennya berupa logika,
rasionalitas, analisa, memori dan perangkat ilmiah yang empiris.
Dengan perangkat itu, ahli Barat
bisa membaca alam semesta.
Tapi hanya sebatas permukaannya saja yang bersifat
materialistik.
Orang Barat memakai satu perangkat saja bisa luar biasa.
Alangkah indahnya jika kedua potensi dipersandingkan mesra.
Tentu akan muncul generasi ulul albab.
(Sumber internet Agus Mustofa)


