Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BEDA SUDUT PANDANG PAHLAWAN DAN TERORIS. Show all posts
Showing posts with label BEDA SUDUT PANDANG PAHLAWAN DAN TERORIS. Show all posts

Thursday, December 17, 2020

8116. BEDANYA SUDUT PANDANG PAHLAWAN DAN TERORIS

 


 

BEDANYA SUDUT PANDANG PAHLAWAN DAN TERORIS

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

*Merdeka berpendapat

 

Jarak antara teroris dan pahlawan itu bisa segaris benang saja.

 

 

Saking susah membedakannya. Seseorang, bisa dianggap teroris, tapi dipihak lain, dia dianggap pahlawan, syuhada.

 

 

Tenang, saya tidak akan membahas tentang 6 orang yang mati ditembaki polisi.

 

 

Ada contoh lebih menarik, yang kalau kalian mau memikirkannya, kalian bisa punya pemahaman baru.

 

 

10 Maret 1965, beberapa bulan sebelum pemberontakan PKI, bom meledak di salah-satu gedung jalan Orchard Singapura.

 

 

Kalian pernah ke Singapura?

 

 

Pernah ke jalan Orchard yang ramai dan jadi pusat turis itu?

 

 

Nah, gedung yang di-bom itu berada di sana.

 

BOOOM!

 

Ledakan itu kuat menggelegar, gedung-gedung bergetar, penduduk Singapura berlarian, berteriak panik.

 

 

Dinding, tangga koyak, pilar bangunan runtuh.

 

Saat kejadian, ratusan karyawan sedang bekerja, maka tak pelak sudah, itu bom mengenai mereka. 3 tewas, 33 terluka.

 

 

 Aparat Singapura menangkap pelakunya, yang adalah anggota tentara Indonesia.

 

 

Pengadilan digelar, pelaku dihukum gantung 3 tahun kemudian.

 

 

Pelaku pengeboman ini jelas 100% dianggap teroris oleh penduduk Singapura.

 

 

Tapi bagi penduduk Indonesia saat itu, pelaku dianggap pahlawan.

 

 

Jenasahnya saat tiba di Indonesia disambut besar-besaran.

 

Apa salah rakyat Singapura hingga salah-satu gedungnya di bom?

 

 

 Apa dosa mereka?

 

 

 

Apa urusan kita jika negara lain mau ngapain kek?

 

 

 Coba jawab.

 

 

Apa salah tiga orang yang tewas saat kejadian? Elizabeth Choo (36), Juliet Goh (23) dan Mohammed Yasin bin Kesit (45).

 

 

 

Apa salah mereka sehingga mereka harus mati?

 

 

Coba jawab. Mereka punya keluarga, orang tua, anak, dll.

 

 

Apa salah keluarga mereka hingga harus di bom?

 

Kalian tidak tahu sejarah ini? Silahkan cari sendiri.

 

 

Silahkan baca berbagai versi. Banyak penjelasannya.

 

 

Buanyak sekali argumen2nya.

 

 

Tapi jangan lupa, bacalah dari versi penduduk Singapura saat itu.

 

 

Baca dari sudut pandang mereka sebagai korban yang dibom.

 

 

Kalau kalian hanya baca dari versi tertentu, wah, repot.

 

 

Sungguh, menulis hal ini, bahkan setelah berpuluh tahun berlalu, tidak mudah.

 

 

Bisa ada yang marah, ngamuk. Mereka salah paham, malah bilang Tere Liye anarkis, provokator.

 

Tapi intinya adalah: adik2 sekalian, sadarilah. Jangan pernah terlalu ekstrem memahami sesuatu dalam hidup ini.

 

Kalian ngikut kelompok atau organisasi agama misalnya, jangan ekstrem.

 

 

 

Nabi tidak pernah bilang nama organisasi tertentu bakal masuk surga.

 

 

Juga tdk bilang siapa ketua organisasinya yg bakal masuk surga itu.

 

 

Kalian selalu bisa merdeka berpendapat, menentukan sikap.

 

 

Tidak harus semua ngikut. Hanya karena dia cucu-cucunya Nabi, juga tidak otomatis semua benar.

 

Apalagi kalau kalian suka dgn seseorang, partai, pejabat, dsbgnya. Duuh, jangan ekstrem. Dibela2in seolah seseorang itu suci, sempurna, maha sederhana, dll.

 

 

Sungguh, kalian selalu bisa merdeka berpendapat.

 

 

Jangan sampai kalian menjadi martir kebodohan.

 

 

Mengorbankan hidup kalian yg spesial, hanya untuk jadi corong kehidupan orang lain.

 

 

Tiap hari belain di medsos, iya kalau besok2 jadi komisaris BUMN, dll. Kalau nggak?

 

Jangankan kelompok, dalam level mematikan, bahkan negara bisa jadi jahat sekali.

 

 

Lihatlah penjajah Belanda dulu, mereka sih konon katanya niatnya baik. Jepang, saat menjajah banyak tempat, mereka bilang 'saudara'. Rakyat Belanda dan Jepang banyak yang bela2in soal ini, mereka merasa jadi patriot sejati.

 

 

 

Merasa membela ibu pertiwi, padahal sejatinya mereka hanyalah budak-budak yang dikirim kelompok elit.

 

 

Untuk menjajah negara orang lain. Mereka mati. Elit yang menikmati semuanya.

 

Maka, mulailah merdeka berpendapat.

 

 

Berhenti dikit2 harus membela seseorang, atau kelompok.

 

 

Dikit2 harus tersinggung, marah, padahal yang sedang dibahas orang lain atau kelompok lain.

 

 

Buat apa? Kalian jangan2 cuma jadi korban tak berguna, dan tak dikenang.

 

 

Sementara elit, orang2 yg kalian bela, elit kelompok2 yg kalian puja-puji, mereka menikmati semuanya.

 

Ketahuilah, hal ini relevan dalam setiap aspek kehidupan. Semoga kalian mau memikirkannya.

 

 

Selalu lihat banyak hal dari banyak sisi. Biar lengkap.

 

 

Jangan sampai pula, besok2 kalian 'mati' (baik mati hatinya, atau betulan mati fisiknya), hanya membela sesuatu yang kalau dilihat dari sudut pandang lain, 'Oh iya ya, kenapa saya lebay sekali.'

 

Nah, jika kalian mau benar2 mati membela sesuatu, bela-lah seperti: prinsip anti korupsi, anti suap. Yang ini jelas sekali layak dibela sampai mati.

 

 

Bukan bela orang atau kelompok. Mereka sih akan selalu berubah.

 

*Tere Liye