Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label ATASI RADIKALISME DENGAN CARA MODERAT. Show all posts
Showing posts with label ATASI RADIKALISME DENGAN CARA MODERAT. Show all posts

Tuesday, November 16, 2021

11696. ATASI RADIKALISME DENGAN CARA MODERAT

 

 





ATASI RADIKALISME DENGAN CARA MODERAT

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

KATA “rADIKAL” (MENURUT kbbi V) BISA DIARTIKAN:

 

1.      Secara mendasar.

2.      Sampai kepada hal yang prinsip.

 

3.      Amat keras menuntut perubahan undang-undang pemerintahan.

4.      Maju dalam berpikir atau bertindak.

 

ARTI RADIKALISME

1.      Paham atau aliran radikal dalam politik.

 

2.      Paham atau aliran yang ingin perubahan.

Atau pembaruan sosial dan politik.

Dengan cara keras atau drastis.

 

3.      Sikap ekstrem dalam politik.

 

 

ARTI EKSTREM

Ekstrem adalah sangat keras teguh dan fanatik.

 

ARTI MODERAT

1.      Selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem.

2.      Cenderung ke jalan tengah.

 

Moderasi artinya:

1.      Menghindari kekerasan

2.      Menghindari sikap ekstrem.

 

 

Indonesia sebenarnya bangsa moderat.

 

Salah satu faktornya.

Karena bangsa Indonesia disusun dari banyak suku.

 

Konsensus nasional melahirkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.

 

Pancasila adalah titik temu semua ideolog, paham, dan orientasi.

 

Sehingga sikap moderat penting bagi Indonesia.

 

“Modal dasar ini perlu menjadi kekuatan kita.

Untuk merancang Indonesia.

Dan keindonesiaan moderat.

 

Dengan cara moderat.

 

Menghadapi yang radikal pun.

Kita lakukan dengan cara moderat.

 

Bukan dengan cara radikal,” ujar Haedar.

 

Pernyataan itu bagian pidato Haedar.

 

Ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar.

Di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (12/12).

 

Tema pidatonya.

“Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan dengan Perspektif Sosiologi.”

 

Istilah radikal keliru penempatan.

 

Istilah radikal sebenarnya punya arti netral.

 

Dalam khazanah ilmu pengetahuan.

 

Karena penempatan keliru.

 

Radikalisme belakangan ditempelkan hanya kepada kalangan tertentu.

 

Dan upaya mengatasi gejala radikal juga kurang tepat.

 

Selama ini.

Pemerintah menerapkan program deradikalisasi.

Yaitu dekonstruksi terhadap radikalisasi itu sendiri.

 

Haedar menawarkan konsep moderasi beragama.

 

Sebagai strategi baru.

 

Untuk melawan meningkatnya aksi kekerasan.

 

Karena keliru tafsir terhadap ajaran agama.

 

Ada 3 alasannya radikal perlu diatasi dengan moderat, yaitu:

 

1.      Tindakan melawan radikal dengan cara radikal.

 

Dalam jangka panjang akan melahirkan radikalisme baru.

 

Maka segala bentuk radikal.

Dan radikalisme perlu dilawan dengan cara moderasi.

 

2.      Moderasi di Indonesia.

Sesungguhnya kelanjutan  sikap penduduknya.

Yang memang berwatak moderat.

 

3.      Dalam konteks kehidupan bangsa lndonesia.

 

Moderasi cocok.

Karena sejalan dengan Pancasila.

 

Sebagai ideologi moderat.

 

Pancasila menjadi titik tumpu.

Agar tetap di tengah.

 

Dari segala tarik-menarik.

Yang ke kanan maupun ke kiri.

 

Radikalisme Tanpa Makna Sempit

 

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Setuju dengan penilaian Haedar Nashir.

Tentang keliru paham.

 

Terkait istilah radikalisme.

 

“Bahwa ada juga radikalisme berpikir.

 

Yaitu saat ingin mengubah sesuatu.

Jika  radikalisme.

 

Diartikan perubahan cepat dalam pemerintahan.

 

Maka reformasi adalah radikalisme.

 

Kita semua ada di sini karena radikalisme.”

 

Jusuf Kalla percaya pada gagasan Haedar Nashir.

Tentang moderasi.

 

Yang dinilainya akan mampu menghadirkan jalan tengah terbaik.

 

Mantan Ketua PP Muhammadiyah dan tokoh bangsa.

 

Ahmad Syafii Maarif juga mengapreasiasi pikiran Haedar.

 

 “Kita semua berbahagia.

Haedar pendekatannya juga sangat imbang.

 

Jadi radikalisme itu tidak dalam arti sempit.

 

Dimana-mana ada radikalisme.

 

Tapi segala bentuk radikalisme negatif harus ditiadakan.

 

Siapa pun dan dari manapun datangnya,” kata Syafii Maarif.

 

Haedar juga menekankan.

Bahwa khusus umat Islam Indonesia.

 

Sangat penting terus menembangkan moderasi Islam.

 

Yaitu membumikan Islam sebagai ajaran moderat.

 

Untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.

 

Kenyataan masih ada  keberagamaan ekstrem.

Atau radikal-ekstrem dalam umat Islam.

 

Sehingga perlu moderasi.

 

Sejauh ini organisasi Islam terbesar.

 

Yakni Muhammadiyah dan NU.

 

Telah menjadi kekuatan moderat.

 

Sekaligus wakil sipil Islam yang kuat.

 

Keduanya memainkan peran penting.

 

Dalam mereproduksi norma demokrasi.

 

Dan menegakkan komitmen resmi Negara.

 Terhadap pluralisme agama.

 

Pada masyarakat yang mampu beragama dengan moderat.

 

Radikalisme dalam bentuk kekerasan.

 

Akibat keliru tafsir atas ajaran agama.

 

Otomatis akan dapat diatasi. 

 

(Dari berbagai sumber)