Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label IMAM SYAMSI ALI KERAGAMAN BERKAH MENANTANG. Show all posts
Showing posts with label IMAM SYAMSI ALI KERAGAMAN BERKAH MENANTANG. Show all posts

Tuesday, May 17, 2022

13186. IMAM SYAMSI ALI KERAGAMAN MANUSIA BERKAH MENANTANG

 



 

 

IMAM SYAMSI ALI KERAGAMAN MANUSIA BERKAH MENANTANG

Oleh:  Drs. HM Yusron Hadi, MM

 

Syamsi Ali

Keragaman itu berkah yang menantang.

Ustaz Shamsi Ali

Putra Indonesia.

Imam yang dihormati di Amerika Serikat.

 

Syamsi Ali.

Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.

 

 

Masih seputar interfaith dinner tahunan Florida Minggu lalu.

 

Salah seorang pembicara.

Menekankan urgensi diversitas (keragaman).

 

Analoginya.

Keragaman bagaikan taman bunga indah.

Karena ragam warna warni di dalamnya.

 

Keragaman tidak saja indah.

 

Tapi sejatinya menjadi sunnatullah.

Yaitu hukum atau aturan Allah dalam ciptaan-Nya.

 

Sekaligus salah satu ayat-Nya.

Yaitu tanda kebesaran-Nya.

Dalam penciptaan.

 

Al-Quran surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 22.

 

 

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ

 

Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah bahwa Dia menciptakan langit dan bumi. (Demikian pula pada) perbedaan lisan (bahasa) dan warna (kulit) kalian. Sungguh yang demikian adalah tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.

 

 

Jika menolak eksistensi keragaman.

Maka tanpa disadari.

 

Dia menolak kekuasaan Allah.

 

Jika mengingkari keragaman.

Maka seolah mengingkari.

Eksistensi kekuasaan Allah.

 

Keragaman (diversity).

Artinya ada perbedaan.

 

Jika ada pihak tertentu.

Ingin menyatukan segala hal.

 

Maka jelas keliru.

Dan tidak rasional.

 

Termasuk menyamakan semua agama.

Hal itu salah dan tak rasional.

 

Padahal agama tidak mungkin sama.

Tiap agama punya perbedaan mendasar.

 

Orang yang mengaku pahlawan keragaman.

 Tapi di sisi lain.

 

Dia ingin menyamakan semua agama.

Atau menyeragamkan agama.

 

Dia mengalami “self paradox”.

Yaitu pribadi bertolak belakang.

 

Jika semua agama dipandang sama dan seragam.

Artinya keragaman tidak lagi eksis.

 

Pemahaman keragaman yang benar.

Yaitu tetap yakin adanya perbedaan.

 

Bahkan sering bersifat mendasar.

Di semua agama.

 

Konsep Islam dan Kristen.

Tentang Yesus (Isa AS) amat berbeda.

 

Tak sama secara mendasar dan prinsip.

 

Maka Islam dan Kristen.

 

Yaitu 2 bentuk keyakinan.

Yang ragam atau berbeda.

 

Keragaman adalah karunia Allah.

Keragaman adalah ciptaan, aturan, hukum, dan keputusan Allah.

 

Maka keragaman adalah berkah.

Atau blessing Allah.

Dalam hidup manusia.

 

Dengan keragaman.

Manusia dapat memilih yang terbaik.

Berdasar pikiran dan kebebasan.

 

Menentukan agama berdasar pilihan personal.

 

Agama tidak mungkin dipaksakan.

 

Karena bertentangan dengan tabiat dasar manusia.

Yang diberikan kebebasan oleh Tuhan.

 

Islam dalam hal ini jelas.

Yaitu “Laa ikraaha fid diin”.

Artinya:

 Tidak ada  paksaan dalam agama.

 

Pada sisi lain.

Meskipun keragaman itu berkah.

Tapi penuh tantangan.

 

“a challenging blessing”.

Keberkahan yang menantang.

 

Disebur menantang.

Karena walau bersifat alami.

Dalam hidup manusia.

 

Bahkan menjadi sunnatullah.

 

Tapi sering tidak disadari.

Dan dengan mudah.

Manusia mengoyaknya.

 

Karena manusia punya sifat egoisme tinggi.

 

Maka sering kita lihat.

Keragaman tidak membawa berkah.

Yang dalam lslam disebut rahmah.

 

Tapi sebaliknya.

Justru menjadi jembatan perpecahan.

Dan pemusuhan.

 

Bahkan peperangan.

 

Islam hadir memberi solusi.

 

Yaitu “nourishment”.

Atau gizi keragaman.

Yaitu konsep “ta’aruf”.

 

Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49) ayat 13.

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

 

 

Lita’arafu.

Artinya saling mengenal.

 

 

Ta’aruf punya makna dalam dan luas.

Lebih dari terjemahan:

 “saling mengenal”.

 

Saling mengenal.

Hanya langkah awal dari “ta’aruf”.

 

Kata ‘urf.

Artinya tradisi dan kebiasaan.

 

Bahkan semua hal.

Yang membuat orang lain kenal dengannya.

 

Dari saling mengenal.

Akan tumbuh saling memahami.

Atau understanding.

 

Maka tumbuh sikap toleransi.

 

Misalnya.

Saya tidak tidak setuju dengan seseorang.

 

 Tapi saya paham.

Bahwa dia merasa benar.

Dengan keyakinannya.

 

Maka saya paham sikap.

Dan keputusannya.

 

Pada tingkat ini.

Secara alami.

 

Tumbuh rasa solidaritas dan kedekatan.

Atau compassion.

 

Jika ada rasa itu.

Maka kerja sama.

 

Atau “partnership”.

Bukan hal mustahil.

 

Manusia mampu membangun dunia  bersama.

Di tengah keragaman.

Dan perbedaan di antara mereka.

 

Kerja sama harus ditingkatkan.

 

Dengan saling membantu.

Dan membela satu sama lain.

 

Atau “defending for one another”.

 

Dunia kita adalah dunia global.

Yang “deeply interconnected”.

Atau saling terkait.

 

Mislanya di Amerika.

Bahwa “Islamophobia dan  Antisemitisme”.

Yaitu 2 hal senyawa.

 

Keduanya bentuk kebencian pada orang lain.

Karena keyakinannya.

 

Dalam dunia saling terkait.

Keburukan menimpa seseorang.

 

Sejatinya keburukan itu.

Menimpa semua orang.

 

Perang Rusia-Ukraina.

Berdampak pada semua manusia.

Di semua ujung dunia.

 

Pepatah mengatakan:

 

 “enough for evil to thrive when the good people say or do nothing”

 

“Cukuplah bagi kejahatan untuk merajalela.

Ketika orang-orang baik diam.

Atau tidak berbuat apa-apa”.

 

Palestina mungkin menjadi contoh terdekat.

Akhir-akhir ini.

 

Para penguasa Muslim.

Khususnya Timur Tengah.

 

Diam membisu.

Bak tidak punya rasa.

 

Melihat kekerasan.

Yang menimpa saudaranya.

 

What a tragedy!

 

Jamaica City, 14 Mei 2022

Syamsi Ali

Presiden Nusantara Foundation

 

(SUMBER FB)