Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, July 24, 2017

147. FILSAFAT

HUBUNGAN AL-QURAN, ILMU, DAN FILSAFAT MANUSIA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Bagaimana hubungan antara Al-Quran, ilmu, dan filsafat manusia? Tolong dijelaskan hubungan antara Al-Quran, ilmu, dan filsafat manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yag disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan.
      Filsafat adalah teori yang mendasari alam pikiran, atau suatu kegiatan. Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
      Al-Quran dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu dan filsafat manusia, dapat disimpulkan mengandung tiga hal pokok, yaitu tentang: Tujuan, Cara, dan Pembuktian.
     Tentang ”Tujuan” Al-Quran. Pertama, Menjelaskan masalah akidah atau kepercayaan, yang mencakup keyakinan kepada Allah dan segala sifat-sifat Allah. Menjelaskan masalah wahyu dan segala kaitannya, antara lain: kitab suci, malaikat, dan para nabi.  Menjelaskan masalah hari kiamat, termasuk dengan sanksi balasan dan ganjaran Allah.
   Kedua, Tentang budi pekerti, yang bertujuan mewujudkan keserasian hidup bermasyarakat, berupa gotong-royong, amanat, kebenaran, kasih sayang, tanggung jawab, dan lainnya.
     Ketiga, Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan alam sekitarnya.
     Tentang “Cara” yang dipakai Al-Quran untuk mencapai tujuannya pada prinsipnya menggunakan empat cara.
      Pertama, Menganjurkan manusia memperhatikan alam raya, langit, bumi, bintang kemintang, planet, udara, darat, lautan dan sebagainya, agar manusia menyadari kebesaran dan keagungan Allah. Memanfaatkan segala sesuatu untuk membangun dan memakmurkan bumi.
       Kedua, Menceritakan peristiwa sejarah masa lampau untuk memetik pelajaran agar menjadi lebih baik di masa depan.
      Ketiga, Membangkitkan perasaan yang terpendam dalam jiwa, yang dapat mendorong manusia untuk mempertanyakan dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana tujuan hidupnya.  
      Keempat, Janji ganjaran dan ancaman balasan di dunia dan akhirat. Berupa dimasukkan  surga atau dicemplungkan ke neraka.
       Tentang “Pembuktian” yang diberikan Al-Quran. Untuk menunjukkan kebenaran  Al-Quran benar-benar berasal dari Allah. Dibuktikan dengan mukjizat Al-Quran  yang pada garis besarnya terbagi dalam tiga hal pokok.
      Pertama, Susunan redaksi Al-Quran merupakan puncak tertinggi dalam sastra bahasa Arab.  Kedua, Sains modern dan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan dalam Al-Quran terbukti sesuai dengan sains modern. Ketiga, ramalan masa depan yang diungkapkan Al-Quran yang terbukti kebenarannya.
       Melihat kandungan Al-Quran seperti di atas, berarti Al-Quran berbicara tentang ilmu dan filsafat manusia.  
     Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 2. Al-Quran merupakan kitab petunjuk bagi manusia. “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa.”
     Al-Quran surah Ali Imran ayat 4. “Sebelum (Al-Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sesungguhnya orang yang kafir terhadap ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat, Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)”.
     Al-Quran memberikan jalan keluar dari semua masalah manusia. Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 213.
      “Manusia adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi pemberi kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan perkara yang mereka perselisihkan. Tidak berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan yang nyata, karena dengki mereka sendiri. Allah memberikan petunjuk orang yang beriman kepada kebenaran hal yang mereka perselisihkan dengan kehendak-Nya. Allah memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

147. FILSAFAT

HUBUNGAN AL-QURAN, ILMU, DAN FILSAFAT MANUSIA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Bagaimana hubungan antara Al-Quran, ilmu, dan filsafat manusia? Tolong dijelaskan hubungan antara Al-Quran, ilmu, dan filsafat manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yag disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan.
      Filsafat adalah teori yang mendasari alam pikiran, atau suatu kegiatan. Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
      Al-Quran dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu dan filsafat manusia, dapat disimpulkan mengandung tiga hal pokok, yaitu tentang: Tujuan, Cara, dan Pembuktian.
     Tentang ”Tujuan” Al-Quran. Pertama, Menjelaskan masalah akidah atau kepercayaan, yang mencakup keyakinan kepada Allah dan segala sifat-sifat Allah. Menjelaskan masalah wahyu dan segala kaitannya, antara lain: kitab suci, malaikat, dan para nabi.  Menjelaskan masalah hari kiamat, termasuk dengan sanksi balasan dan ganjaran Allah.
   Kedua, Tentang budi pekerti, yang bertujuan mewujudkan keserasian hidup bermasyarakat, berupa gotong-royong, amanat, kebenaran, kasih sayang, tanggung jawab, dan lainnya.
     Ketiga, Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan alam sekitarnya.
     Tentang “Cara” yang dipakai Al-Quran untuk mencapai tujuannya pada prinsipnya menggunakan empat cara.
      Pertama, Menganjurkan manusia memperhatikan alam raya, langit, bumi, bintang kemintang, planet, udara, darat, lautan dan sebagainya, agar manusia menyadari kebesaran dan keagungan Allah. Memanfaatkan segala sesuatu untuk membangun dan memakmurkan bumi.
       Kedua, Menceritakan peristiwa sejarah masa lampau untuk memetik pelajaran agar menjadi lebih baik di masa depan.
      Ketiga, Membangkitkan perasaan yang terpendam dalam jiwa, yang dapat mendorong manusia untuk mempertanyakan dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana tujuan hidupnya.  
      Keempat, Janji ganjaran dan ancaman balasan di dunia dan akhirat. Berupa dimasukkan  surga atau dicemplungkan ke neraka.
       Tentang “Pembuktian” yang diberikan Al-Quran. Untuk menunjukkan kebenaran  Al-Quran benar-benar berasal dari Allah. Dibuktikan dengan mukjizat Al-Quran  yang pada garis besarnya terbagi dalam tiga hal pokok.
      Pertama, Susunan redaksi Al-Quran merupakan puncak tertinggi dalam sastra bahasa Arab.  Kedua, Sains modern dan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan dalam Al-Quran terbukti sesuai dengan sains modern. Ketiga, ramalan masa depan yang diungkapkan Al-Quran yang terbukti kebenarannya.
       Melihat kandungan Al-Quran seperti di atas, berarti Al-Quran berbicara tentang ilmu dan filsafat manusia.  
     Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 2. Al-Quran merupakan kitab petunjuk bagi manusia. “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa.”
     Al-Quran surah Ali Imran ayat 4. “Sebelum (Al-Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sesungguhnya orang yang kafir terhadap ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat, Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)”.
     Al-Quran memberikan jalan keluar dari semua masalah manusia. Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 213.
      “Manusia adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi pemberi kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan perkara yang mereka perselisihkan. Tidak berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan yang nyata, karena dengki mereka sendiri. Allah memberikan petunjuk orang yang beriman kepada kebenaran hal yang mereka perselisihkan dengan kehendak-Nya. Allah memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

147. FILSAFAT

HUBUNGAN AL-QURAN, ILMU, DAN FILSAFAT MANUSIA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Bagaimana hubungan antara Al-Quran, ilmu, dan filsafat manusia? Tolong dijelaskan hubungan antara Al-Quran, ilmu, dan filsafat manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yag disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan.
      Filsafat adalah teori yang mendasari alam pikiran, atau suatu kegiatan. Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
      Al-Quran dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu dan filsafat manusia, dapat disimpulkan mengandung tiga hal pokok, yaitu tentang: Tujuan, Cara, dan Pembuktian.
     Tentang ”Tujuan” Al-Quran. Pertama, Menjelaskan masalah akidah atau kepercayaan, yang mencakup keyakinan kepada Allah dan segala sifat-sifat Allah. Menjelaskan masalah wahyu dan segala kaitannya, antara lain: kitab suci, malaikat, dan para nabi.  Menjelaskan masalah hari kiamat, termasuk dengan sanksi balasan dan ganjaran Allah.
   Kedua, Tentang budi pekerti, yang bertujuan mewujudkan keserasian hidup bermasyarakat, berupa gotong-royong, amanat, kebenaran, kasih sayang, tanggung jawab, dan lainnya.
     Ketiga, Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan alam sekitarnya.
     Tentang “Cara” yang dipakai Al-Quran untuk mencapai tujuannya pada prinsipnya menggunakan empat cara.
      Pertama, Menganjurkan manusia memperhatikan alam raya, langit, bumi, bintang kemintang, planet, udara, darat, lautan dan sebagainya, agar manusia menyadari kebesaran dan keagungan Allah. Memanfaatkan segala sesuatu untuk membangun dan memakmurkan bumi.
       Kedua, Menceritakan peristiwa sejarah masa lampau untuk memetik pelajaran agar menjadi lebih baik di masa depan.
      Ketiga, Membangkitkan perasaan yang terpendam dalam jiwa, yang dapat mendorong manusia untuk mempertanyakan dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana tujuan hidupnya.  
      Keempat, Janji ganjaran dan ancaman balasan di dunia dan akhirat. Berupa dimasukkan  surga atau dicemplungkan ke neraka.
       Tentang “Pembuktian” yang diberikan Al-Quran. Untuk menunjukkan kebenaran  Al-Quran benar-benar berasal dari Allah. Dibuktikan dengan mukjizat Al-Quran  yang pada garis besarnya terbagi dalam tiga hal pokok.
      Pertama, Susunan redaksi Al-Quran merupakan puncak tertinggi dalam sastra bahasa Arab.  Kedua, Sains modern dan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan dalam Al-Quran terbukti sesuai dengan sains modern. Ketiga, ramalan masa depan yang diungkapkan Al-Quran yang terbukti kebenarannya.
       Melihat kandungan Al-Quran seperti di atas, berarti Al-Quran berbicara tentang ilmu dan filsafat manusia.  
     Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 2. Al-Quran merupakan kitab petunjuk bagi manusia. “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa.”
     Al-Quran surah Ali Imran ayat 4. “Sebelum (Al-Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sesungguhnya orang yang kafir terhadap ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat, Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)”.
     Al-Quran memberikan jalan keluar dari semua masalah manusia. Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 213.
      “Manusia adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi pemberi kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan perkara yang mereka perselisihkan. Tidak berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan yang nyata, karena dengki mereka sendiri. Allah memberikan petunjuk orang yang beriman kepada kebenaran hal yang mereka perselisihkan dengan kehendak-Nya. Allah memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

Sunday, July 23, 2017

146. MARAH

Ada 13 permintaan anak yang mungkin tidak pernah mereka ucapkan:..*

1. Cintailah aku sepenuh hatimu.

2. Jangan marahi aku di depan orang banyak.😡

3. Jangan bandingkan aku dengan Kakak atau adikku atau orang lain.👐

4. Ayah Bunda jangan lupa, aku adalah fotocopy-mu.

5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil.🙇

6.  Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah.🏃

7. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.🙈

8. Aku adalah Ladang Pahala bagimu.🎁

9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa yang keluar dari mulutmu sbgai orang tua adalah doa bagiku?😔

10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN" tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.😇

11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mentalku dan pemikiranku dengan selalu kau bentak-bentak aku setiap hari.

12. Jangan ikutkan aku dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya denganku. Kau marah sama yang lain, aku imbasnya.

13. Aku ingin kau sayangi cintai karena engkaulah yang ada di kehidupanku dan masa depanku.

*"SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA ORANG TUA"*

Kalau perlu bingkai  taruh di kamar supaya tiap hari boleh ingat 😉
🦅🦅🦅🦅🦅

145. MINDER

MENGAPA TAFSIR ILMIAH AL-QURAN MELUAS?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Mengapa tafsir ilmiah Al-Quran semakin meluas? Faktor apakah yang menyebabkan tafsir ilmiah terhadap Al-Quran semakin banyak? Profesor Quraish Shihab menjelaskan meluasnya tafsir ilmiah terhadap Al-Quran.
      Sejak pertengahan abad ke-19, umat Islam menghadapi tantangan hebat, bukan hanya terbatas dalam bidang politik atau militer, tetapi meluas hingga meliputi bidang sosial dan budaya.
       Tantangan ini berpengaruh besar terhadap pandangan hidup dan pemikiran sebagian besar umat Islam. Umat Islam melihat kekuatan Barat dan kemajuan sains dan teknologi. Sedangkan, pihak umat Islam merasakan kelemahan dan kemunduran dalam lapangan kehidupan dan sains.
      Keadaan ini menimbulkan perasaan “rendah diri” atau “inferiority complex” pada sebagian besar umat Islam. Sebagian besar umat Islam merasa “minder” dan “rendah diri” menghadapi kemajuan Barat.
      Para cendekiawan Islam berusaha memberikan reaksi dengan berbagai cara.       Sebagian cendekiawan Islam bersikap  apatis, acuh tak acuh terhadap kemajuan tersebut. Sebagian intelek Islam “menyerah kalah” dengan mengikuti segala sesuatu yang bercorak Barat. Termasuk sikap, perilaku, kepribadian, dan adat kebiasaan.     
       Sebagian cendekiawan mengajak umat  Islam menerima dan mempelajari sains dan sistem  yang dipergunakan Barat dalam mencapai kemajuan tanpa meninggalkan kepribadian dan prinsip agama Islam.
       Sebagian besar umat Islam sejak pertengahan abad ke-19 diliputi perasaan “rendah diri” dan “minder”, mereka berusaha membuat “kompensasi” atau “melarikan diri” dengan bermacam cara.
      Salah satunya dengan cara mengingat kejayaan Islam dan peninggalan nenek moyang masa lampau. Kemudian melahirkan “sastra kebanggaan dan kejayaan Islam”. Hal ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran umat Islam dalam menafsirkan Al-Quran.
     Setiap ada penemuan baru, para cendekiawan Islam berkata,”Al-Quran sejak lama telah menyatakan hal itu. Al-Quran mendahului ilmu pengetahuan dalam penemuannya”. Semua itu terjadi karena “kompensasi” perasaan “minder” dan “rendah diri”.
      Para penemu sains dan teknologi modern non-Islam “tersenyum sinis” seakan “mengejek” umat Islam. Kadang kala disertai dengan kata-kata “satire”, yang bersifat memandang “bodoh” dan “rendah” umat Islam.
     Para ahli Barat berkata,“Kalau demikian, mengapa tuan-tuan tidak menyampaikan hal ini sebelum kami menghabiskan waktu dan biaya yang sangat besar dalam penelitian dan penyelidikan?”
     Mengingat kejayaan umat Islam pada masa silam merupakan “obat bius” yang dapat meredakan rasa sakit sementara, tetapi bukan menyembuhkannya. Hal itu hanya sekadar memberikan jawaban darurat terhadap tantangan Barat.
     Mengingat kemajuan umat Islam zaman dahulu kadang kala dapat menjadi pendorong untuk maju ke depan, atau setidak-tidaknya dapat menjaga kepribadian umat Islam.
      Tetapi, kita harus waspada dan berhati-hati terhadap pengaruh negatif dari cara demikian yang bila berlarut-larut dapat membekukan pemikiran. Membanggakan kejayaan lama dapat membangkitkan emosi dan memberikan kepuasan, tetapi  dapat menimbulkan sikap kejumudan dan kemandekan berpikir. Hal ini dapat memunculkan sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan perkembangan sains yang bersifat dinamis dan progresif.
      Faktor lain yang menjadikan sebagian cendekiawan Islam membenarkan satu teori ilmiah, yaitu akibat pertentangan yang hebat antara gereja dan ilmuwan sejak abad ke-18 di Eropa.
      Para ilmuwan mengadakan penelitian dan penyelidikan ilmiah, tetapi menghasilkan hal yang bertentangan dengan kepercayaan gereja.
      Pertentangan ini memuncak dengan lahirnya teori Charles Darwin (1859) tentang “The Origin of Man” dan teori lainnya, yang semua itu dihadapi gereja dengan cara penindasan dan kekejaman.
     Banyak ilmuwan yang menjadi korban hasil penemuannya, seperti Galileo, Arius, Bruno Bauer, George van Paris, dan lainnya. Hal ini menimbulkan keyakinan sains bertentangan dengan agama.
      Pertentangan antara agama dengan sains zaman dahulu berpengaruh kepada cendekiawan Islam. Mereka khawatir penyakit tersebut menular dalam dunia Islam, sehingga mereka berusaha membuktikan hubungan yang sangat erat antara sains dengan Al-Quran. 
     Sejarah menjadi saksi  para ahli falak, kedokteran, kimia, ilmu pasti, dan cabang ilmu lainnya mencapai hasil yang mengagumkan pada zaman kejayaan Islam.
      Para ilmuwan Islam tersebut menjalankan ajaran Islam dengan baik. Tidak ada pertentangan antara kepercayaan yang mereka anut dengan hasil penemuan mereka.
     Para ilmuwan Indonesia sering mengutip Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 33. Untuk membuktikan Al-Quran membicarakan masalah angkasa luar sejak 14 abad lampau.
      “Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
     Kesimpulannya, meluasnya penafsiran ilmiah atau pembenaran teori lmiah berdasarkan Al-Quran akibat perasaan “rendah diri” umat Islam dan akibat pertentangan antara gereja (agama) dengan ilmuwan yang dikhawatirkan akan terjadi dalam lingkungan Islam, sehingga cendekiawan Islam berusaha menampakkan hubungan antara Al-Quran dengan sains modern.
     Memahami ayat Al-Quran dengan tafsir ilmiah sesuai dengan penemuan sains mutakhir merupakan ijtihad yang baik, selama tidak diyakini sebagai akidah Islam, dan tidak bertentangan dengan prinsip dan ketentuan bahasa. 
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

145. MINDER

MENGAPA TAFSIR ILMIAH AL-QURAN MELUAS?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Mengapa tafsir ilmiah Al-Quran semakin meluas? Faktor apakah yang menyebabkan tafsir ilmiah terhadap Al-Quran semakin banyak? Profesor Quraish Shihab menjelaskan meluasnya tafsir ilmiah terhadap Al-Quran.
      Sejak pertengahan abad ke-19, umat Islam menghadapi tantangan hebat, bukan hanya terbatas dalam bidang politik atau militer, tetapi meluas hingga meliputi bidang sosial dan budaya.
       Tantangan ini berpengaruh besar terhadap pandangan hidup dan pemikiran sebagian besar umat Islam. Umat Islam melihat kekuatan Barat dan kemajuan sains dan teknologi. Sedangkan, pihak umat Islam merasakan kelemahan dan kemunduran dalam lapangan kehidupan dan sains.
      Keadaan ini menimbulkan perasaan “rendah diri” atau “inferiority complex” pada sebagian besar umat Islam. Sebagian besar umat Islam merasa “minder” dan “rendah diri” menghadapi kemajuan Barat.
      Para cendekiawan Islam berusaha memberikan reaksi dengan berbagai cara.       Sebagian cendekiawan Islam bersikap  apatis, acuh tak acuh terhadap kemajuan tersebut. Sebagian intelek Islam “menyerah kalah” dengan mengikuti segala sesuatu yang bercorak Barat. Termasuk sikap, perilaku, kepribadian, dan adat kebiasaan.     
       Sebagian cendekiawan mengajak umat  Islam menerima dan mempelajari sains dan sistem  yang dipergunakan Barat dalam mencapai kemajuan tanpa meninggalkan kepribadian dan prinsip agama Islam.
       Sebagian besar umat Islam sejak pertengahan abad ke-19 diliputi perasaan “rendah diri” dan “minder”, mereka berusaha membuat “kompensasi” atau “melarikan diri” dengan bermacam cara.
      Salah satunya dengan cara mengingat kejayaan Islam dan peninggalan nenek moyang masa lampau. Kemudian melahirkan “sastra kebanggaan dan kejayaan Islam”. Hal ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran umat Islam dalam menafsirkan Al-Quran.
     Setiap ada penemuan baru, para cendekiawan Islam berkata,”Al-Quran sejak lama telah menyatakan hal itu. Al-Quran mendahului ilmu pengetahuan dalam penemuannya”. Semua itu terjadi karena “kompensasi” perasaan “minder” dan “rendah diri”.
      Para penemu sains dan teknologi modern non-Islam “tersenyum sinis” seakan “mengejek” umat Islam. Kadang kala disertai dengan kata-kata “satire”, yang bersifat memandang “bodoh” dan “rendah” umat Islam.
     Para ahli Barat berkata,“Kalau demikian, mengapa tuan-tuan tidak menyampaikan hal ini sebelum kami menghabiskan waktu dan biaya yang sangat besar dalam penelitian dan penyelidikan?”
     Mengingat kejayaan umat Islam pada masa silam merupakan “obat bius” yang dapat meredakan rasa sakit sementara, tetapi bukan menyembuhkannya. Hal itu hanya sekadar memberikan jawaban darurat terhadap tantangan Barat.
     Mengingat kemajuan umat Islam zaman dahulu kadang kala dapat menjadi pendorong untuk maju ke depan, atau setidak-tidaknya dapat menjaga kepribadian umat Islam.
      Tetapi, kita harus waspada dan berhati-hati terhadap pengaruh negatif dari cara demikian yang bila berlarut-larut dapat membekukan pemikiran. Membanggakan kejayaan lama dapat membangkitkan emosi dan memberikan kepuasan, tetapi  dapat menimbulkan sikap kejumudan dan kemandekan berpikir. Hal ini dapat memunculkan sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan perkembangan sains yang bersifat dinamis dan progresif.
      Faktor lain yang menjadikan sebagian cendekiawan Islam membenarkan satu teori ilmiah, yaitu akibat pertentangan yang hebat antara gereja dan ilmuwan sejak abad ke-18 di Eropa.
      Para ilmuwan mengadakan penelitian dan penyelidikan ilmiah, tetapi menghasilkan hal yang bertentangan dengan kepercayaan gereja.
      Pertentangan ini memuncak dengan lahirnya teori Charles Darwin (1859) tentang “The Origin of Man” dan teori lainnya, yang semua itu dihadapi gereja dengan cara penindasan dan kekejaman.
     Banyak ilmuwan yang menjadi korban hasil penemuannya, seperti Galileo, Arius, Bruno Bauer, George van Paris, dan lainnya. Hal ini menimbulkan keyakinan sains bertentangan dengan agama.
      Pertentangan antara agama dengan sains zaman dahulu berpengaruh kepada cendekiawan Islam. Mereka khawatir penyakit tersebut menular dalam dunia Islam, sehingga mereka berusaha membuktikan hubungan yang sangat erat antara sains dengan Al-Quran. 
     Sejarah menjadi saksi  para ahli falak, kedokteran, kimia, ilmu pasti, dan cabang ilmu lainnya mencapai hasil yang mengagumkan pada zaman kejayaan Islam.
      Para ilmuwan Islam tersebut menjalankan ajaran Islam dengan baik. Tidak ada pertentangan antara kepercayaan yang mereka anut dengan hasil penemuan mereka.
     Para ilmuwan Indonesia sering mengutip Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 33. Untuk membuktikan Al-Quran membicarakan masalah angkasa luar sejak 14 abad lampau.
      “Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
     Kesimpulannya, meluasnya penafsiran ilmiah atau pembenaran teori lmiah berdasarkan Al-Quran akibat perasaan “rendah diri” umat Islam dan akibat pertentangan antara gereja (agama) dengan ilmuwan yang dikhawatirkan akan terjadi dalam lingkungan Islam, sehingga cendekiawan Islam berusaha menampakkan hubungan antara Al-Quran dengan sains modern.
     Memahami ayat Al-Quran dengan tafsir ilmiah sesuai dengan penemuan sains mutakhir merupakan ijtihad yang baik, selama tidak diyakini sebagai akidah Islam, dan tidak bertentangan dengan prinsip dan ketentuan bahasa. 
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

145. MINDER

MENGAPA TAFSIR ILMIAH AL-QURAN MELUAS?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Mengapa tafsir ilmiah Al-Quran semakin meluas? Faktor apakah yang menyebabkan tafsir ilmiah terhadap Al-Quran semakin banyak? Profesor Quraish Shihab menjelaskan meluasnya tafsir ilmiah terhadap Al-Quran.
      Sejak pertengahan abad ke-19, umat Islam menghadapi tantangan hebat, bukan hanya terbatas dalam bidang politik atau militer, tetapi meluas hingga meliputi bidang sosial dan budaya.
       Tantangan ini berpengaruh besar terhadap pandangan hidup dan pemikiran sebagian besar umat Islam. Umat Islam melihat kekuatan Barat dan kemajuan sains dan teknologi. Sedangkan, pihak umat Islam merasakan kelemahan dan kemunduran dalam lapangan kehidupan dan sains.
      Keadaan ini menimbulkan perasaan “rendah diri” atau “inferiority complex” pada sebagian besar umat Islam. Sebagian besar umat Islam merasa “minder” dan “rendah diri” menghadapi kemajuan Barat.
      Para cendekiawan Islam berusaha memberikan reaksi dengan berbagai cara.       Sebagian cendekiawan Islam bersikap  apatis, acuh tak acuh terhadap kemajuan tersebut. Sebagian intelek Islam “menyerah kalah” dengan mengikuti segala sesuatu yang bercorak Barat. Termasuk sikap, perilaku, kepribadian, dan adat kebiasaan.     
       Sebagian cendekiawan mengajak umat  Islam menerima dan mempelajari sains dan sistem  yang dipergunakan Barat dalam mencapai kemajuan tanpa meninggalkan kepribadian dan prinsip agama Islam.
       Sebagian besar umat Islam sejak pertengahan abad ke-19 diliputi perasaan “rendah diri” dan “minder”, mereka berusaha membuat “kompensasi” atau “melarikan diri” dengan bermacam cara.
      Salah satunya dengan cara mengingat kejayaan Islam dan peninggalan nenek moyang masa lampau. Kemudian melahirkan “sastra kebanggaan dan kejayaan Islam”. Hal ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran umat Islam dalam menafsirkan Al-Quran.
     Setiap ada penemuan baru, para cendekiawan Islam berkata,”Al-Quran sejak lama telah menyatakan hal itu. Al-Quran mendahului ilmu pengetahuan dalam penemuannya”. Semua itu terjadi karena “kompensasi” perasaan “minder” dan “rendah diri”.
      Para penemu sains dan teknologi modern non-Islam “tersenyum sinis” seakan “mengejek” umat Islam. Kadang kala disertai dengan kata-kata “satire”, yang bersifat memandang “bodoh” dan “rendah” umat Islam.
     Para ahli Barat berkata,“Kalau demikian, mengapa tuan-tuan tidak menyampaikan hal ini sebelum kami menghabiskan waktu dan biaya yang sangat besar dalam penelitian dan penyelidikan?”
     Mengingat kejayaan umat Islam pada masa silam merupakan “obat bius” yang dapat meredakan rasa sakit sementara, tetapi bukan menyembuhkannya. Hal itu hanya sekadar memberikan jawaban darurat terhadap tantangan Barat.
     Mengingat kemajuan umat Islam zaman dahulu kadang kala dapat menjadi pendorong untuk maju ke depan, atau setidak-tidaknya dapat menjaga kepribadian umat Islam.
      Tetapi, kita harus waspada dan berhati-hati terhadap pengaruh negatif dari cara demikian yang bila berlarut-larut dapat membekukan pemikiran. Membanggakan kejayaan lama dapat membangkitkan emosi dan memberikan kepuasan, tetapi  dapat menimbulkan sikap kejumudan dan kemandekan berpikir. Hal ini dapat memunculkan sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan perkembangan sains yang bersifat dinamis dan progresif.
      Faktor lain yang menjadikan sebagian cendekiawan Islam membenarkan satu teori ilmiah, yaitu akibat pertentangan yang hebat antara gereja dan ilmuwan sejak abad ke-18 di Eropa.
      Para ilmuwan mengadakan penelitian dan penyelidikan ilmiah, tetapi menghasilkan hal yang bertentangan dengan kepercayaan gereja.
      Pertentangan ini memuncak dengan lahirnya teori Charles Darwin (1859) tentang “The Origin of Man” dan teori lainnya, yang semua itu dihadapi gereja dengan cara penindasan dan kekejaman.
     Banyak ilmuwan yang menjadi korban hasil penemuannya, seperti Galileo, Arius, Bruno Bauer, George van Paris, dan lainnya. Hal ini menimbulkan keyakinan sains bertentangan dengan agama.
      Pertentangan antara agama dengan sains zaman dahulu berpengaruh kepada cendekiawan Islam. Mereka khawatir penyakit tersebut menular dalam dunia Islam, sehingga mereka berusaha membuktikan hubungan yang sangat erat antara sains dengan Al-Quran. 
     Sejarah menjadi saksi  para ahli falak, kedokteran, kimia, ilmu pasti, dan cabang ilmu lainnya mencapai hasil yang mengagumkan pada zaman kejayaan Islam.
      Para ilmuwan Islam tersebut menjalankan ajaran Islam dengan baik. Tidak ada pertentangan antara kepercayaan yang mereka anut dengan hasil penemuan mereka.
     Para ilmuwan Indonesia sering mengutip Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 33. Untuk membuktikan Al-Quran membicarakan masalah angkasa luar sejak 14 abad lampau.
      “Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
     Kesimpulannya, meluasnya penafsiran ilmiah atau pembenaran teori lmiah berdasarkan Al-Quran akibat perasaan “rendah diri” umat Islam dan akibat pertentangan antara gereja (agama) dengan ilmuwan yang dikhawatirkan akan terjadi dalam lingkungan Islam, sehingga cendekiawan Islam berusaha menampakkan hubungan antara Al-Quran dengan sains modern.
     Memahami ayat Al-Quran dengan tafsir ilmiah sesuai dengan penemuan sains mutakhir merupakan ijtihad yang baik, selama tidak diyakini sebagai akidah Islam, dan tidak bertentangan dengan prinsip dan ketentuan bahasa. 
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.