Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, November 23, 2017

513. JIHAD

JIHAD ADALAH PUNCAK AKTIVITAS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang jihad adalah puncak segala aktivitas?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Apabila berbicara tentang “kepahlawanan”, biasanya mengundang pembicaraan tentang “jihad”, karena tidak ada “kepahlawanan tanpa jihad”, tetapi terjadi  kesalahpahaman tentang pengertian “jihad”.
    Hal itu mungkin disebabkan oleh karena kata “jihad” baru terucapkan pada saat peijuangan fisik, sehingga diidentikkan “jihad” adalah “perlawanan bersenjata”, dan kesalahpahaman itu disuburkan oleh terjemahan yang keliru terhadap ayat Al-Quran, yaitu “jihad” diartikan “anfus dan harta benda”.
     Kata “anfus” sering kali diterjemahkan dengan “jiwa”, seperti dalam terjemahan Al-Quran oleh Departemen Agama RI.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 72 menyatakan berjihad dengan harta dan jiwa.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

      “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
      Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 15. 72 menyatakan berjihad dengan harta dan jiwa.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
    
    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 88 menyatakan berjihad dengan harta dan diri.

لَٰكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung”.
     Kata “anfus” dalam Al-Quran mempunyai banyak arti, yaitu “nyawa”, “hati”, “jenis”, dan “totalitas manusia” yang terpadu jiwa raganya.
     Al-Quran mempersonifikasikan wujud seseorang di hadapan Allah dan masyarakat dengan menggunakan kata “nafs”, sehingga tidak meleset apabila kata “anfus” dalam konteks jihad dipahami dalam arti “totalitas manusia”.
    Sehingga, kata “nafs” artinya mencakup “nyawa”, “emosi”, “pengetahuan”, “tenaga dan pikiran”, serta “waktu dan tempat”, karena manusia tidak dapat memisahkan diri dari waktu dan tempat.
    Pengertian ini diperkuat dengan adanya perintah “betjihad” tanpa menyebutkan “nafs” atau “harta benda”.
      Al-Quran surah Al-Haj, surah ke-22 ayat 78 memerintahkan berjihad dengan sebenar-benarnya.

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ

      “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikan salat, tunaikan zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”.  
    Dalam Al-Quran terdapat 40 kali kata “jihad” dengan berbagai bentuknya, dan makna “jihad” bermuara pada “mencurahkan seluruh kemampuan” atau “menanggung pengorbanan”.
    Seorang “mujahid” adalah “orang yang mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan tenaga, pikiran, emosi, nyawa, dan apa saja yang berkaitan dengan diri manusia”.
     Sedangkan “jihad” adalah “cara untuk mencapai tujuan”, sehingga ketika seseorang dalam “berjihad”, maka dia tidak mengenal putus asa, tidak mudah menyerah, tidak lemah, dan tanpa pamrih apa pun.
     Dalam berjihad memerlukan modal, maka dalam berjihad disesuaikan dengan modal yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai, artinya selama tujuan berjihad belum tercapai dan selama masih ada modal yang dimiliki, maka dituntut terus berjihad dengan modal yag tersedia, sehingga para mujahid tidak mengambil apa pun, tetapi memberikan sesuatu.
     Seorang “mujahid” hanya mengharapkan imbalan dari Allah saja, karena berjihad diperintahkan untuk dilakukan semata-mata karena Allah, sehingga berjihad adalah titik tolak seluruh upaya, karena “jihad” adalah “puncak segala aktivitas”.
      Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 6 menyatakan berjihad adalah untuk dirinya sendiri.

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
     
      “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
     Kesadaran untuk “berjihad” berdasarkan pengetahuan dan tidak dengan paksaan, sehingga seorang “mujahid” bersedia berkorban apa pun.
     Terdapat bermacam-macam jihad dan hasilnya, misalnya hasil berjihad seorang ilmuwan adalah pemanfaatan ilmunya, sedangkan hasil berjihad seorang karyawan adalah karyanya yang baik, hasil berjihad seorang guru adalah hasil pendidikannya yang sempurna, hasil berjihad seorang pemimpin adalah keadilannya, hasil berjihad seorang pengusaha adalah kejujurannya, dan seterusnya.
      Berjihad dalam merebut kemerdekaan adalah dengan bertaruh harta dan nyawa, sedangkan berjihad dalam zaman sekarang adalah dengan menjaga keamanan harta dan nyawa, serta mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, dan menegakkan keadilan sosial bagi selutruh rakyat Indonesia.
      Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 142.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

      “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

513. JIHAD

JIHAD ADALAH PUNCAK AKTIVITAS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang jihad adalah puncak segala aktivitas?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Apabila berbicara tentang “kepahlawanan”, biasanya mengundang pembicaraan tentang “jihad”, karena tidak ada “kepahlawanan tanpa jihad”, tetapi terjadi  kesalahpahaman tentang pengertian “jihad”.
    Hal itu mungkin disebabkan oleh karena kata “jihad” baru terucapkan pada saat peijuangan fisik, sehingga diidentikkan “jihad” adalah “perlawanan bersenjata”, dan kesalahpahaman itu disuburkan oleh terjemahan yang keliru terhadap ayat Al-Quran, yaitu “jihad” diartikan “anfus dan harta benda”.
     Kata “anfus” sering kali diterjemahkan dengan “jiwa”, seperti dalam terjemahan Al-Quran oleh Departemen Agama RI.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 72 menyatakan berjihad dengan harta dan jiwa.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

      “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
      Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 15. 72 menyatakan berjihad dengan harta dan jiwa.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
    
    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 88 menyatakan berjihad dengan harta dan diri.

لَٰكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung”.
     Kata “anfus” dalam Al-Quran mempunyai banyak arti, yaitu “nyawa”, “hati”, “jenis”, dan “totalitas manusia” yang terpadu jiwa raganya.
     Al-Quran mempersonifikasikan wujud seseorang di hadapan Allah dan masyarakat dengan menggunakan kata “nafs”, sehingga tidak meleset apabila kata “anfus” dalam konteks jihad dipahami dalam arti “totalitas manusia”.
    Sehingga, kata “nafs” artinya mencakup “nyawa”, “emosi”, “pengetahuan”, “tenaga dan pikiran”, serta “waktu dan tempat”, karena manusia tidak dapat memisahkan diri dari waktu dan tempat.
    Pengertian ini diperkuat dengan adanya perintah “betjihad” tanpa menyebutkan “nafs” atau “harta benda”.
      Al-Quran surah Al-Haj, surah ke-22 ayat 78 memerintahkan berjihad dengan sebenar-benarnya.

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ

      “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikan salat, tunaikan zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”.  
    Dalam Al-Quran terdapat 40 kali kata “jihad” dengan berbagai bentuknya, dan makna “jihad” bermuara pada “mencurahkan seluruh kemampuan” atau “menanggung pengorbanan”.
    Seorang “mujahid” adalah “orang yang mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan tenaga, pikiran, emosi, nyawa, dan apa saja yang berkaitan dengan diri manusia”.
     Sedangkan “jihad” adalah “cara untuk mencapai tujuan”, sehingga ketika seseorang dalam “berjihad”, maka dia tidak mengenal putus asa, tidak mudah menyerah, tidak lemah, dan tanpa pamrih apa pun.
     Dalam berjihad memerlukan modal, maka dalam berjihad disesuaikan dengan modal yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai, artinya selama tujuan berjihad belum tercapai dan selama masih ada modal yang dimiliki, maka dituntut terus berjihad dengan modal yag tersedia, sehingga para mujahid tidak mengambil apa pun, tetapi memberikan sesuatu.
     Seorang “mujahid” hanya mengharapkan imbalan dari Allah saja, karena berjihad diperintahkan untuk dilakukan semata-mata karena Allah, sehingga berjihad adalah titik tolak seluruh upaya, karena “jihad” adalah “puncak segala aktivitas”.
      Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 6 menyatakan berjihad adalah untuk dirinya sendiri.

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
     
      “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
     Kesadaran untuk “berjihad” berdasarkan pengetahuan dan tidak dengan paksaan, sehingga seorang “mujahid” bersedia berkorban apa pun.
     Terdapat bermacam-macam jihad dan hasilnya, misalnya hasil berjihad seorang ilmuwan adalah pemanfaatan ilmunya, sedangkan hasil berjihad seorang karyawan adalah karyanya yang baik, hasil berjihad seorang guru adalah hasil pendidikannya yang sempurna, hasil berjihad seorang pemimpin adalah keadilannya, hasil berjihad seorang pengusaha adalah kejujurannya, dan seterusnya.
      Berjihad dalam merebut kemerdekaan adalah dengan bertaruh harta dan nyawa, sedangkan berjihad dalam zaman sekarang adalah dengan menjaga keamanan harta dan nyawa, serta mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, dan menegakkan keadilan sosial bagi selutruh rakyat Indonesia.
      Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 142.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

      “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

512. TARGET

MENGAITKAN TARGET DENGAN KEHENDAK ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan cara mengaitkan target dengan kehendak Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kata “target” artinya “sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai”, sedangkan “kehendak” artinya “kemauan”, dan “keinginan dan harapan yang keras”.
       Para ulama menjelaskan bahwa setiap umat Islam diwajibkan menyusun rencana dan memiliki target menyangkut masa depan dalam hidupnya, serta berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya.
      Tetapi, pada saat yang sama, seorang manusia harus ingat bahwa sistem kerja alam semesta adalah saling berkaitan, artinya seorang manusia tidak dapat hidup sendiri, karena yang dikehendakinya belum tentu dikehendaki oleh pihak lain.
    Dan di atas semuanya, terdapat Tuhan Allah Yang Maha Kuasa yang memelihara alam semesta, Yang Maha Bijaksana yang mengatur kepentingan semua makhluk, sehingga diharapkan kaitkan semua target dalam hidup dengan kehendak Allah.
     Dalam kenyataannya, manusia sering kali berhitung di atas kertas tentang kesuksesan yang akan dicapai, tetapi apabila tiba saatnya memetik keberhasilan  kadang kala terjadi sesuatu yang di luar perhitungan, sehingga hilanglah segala impian, oleh karena itu, mari kita kaitkan target dengan kehendak Allah.
     Janganlah berkata,”Aku pasti akan mengerjakannya esok hari”, tetapi harus dengan menyebutkan, ”Insya-Allah (apabila Allah menghendaki), saya akan mengerjakannya esok hari”.
      Al-Quran surah Al-Kahfi, surah ke-18 ayat 24.

إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

       “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu,”Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah,”Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”.
     Para ulama berpesan janganlan seseorang suka melamun dengan berandai-andai yang tidak bermanfaat, misalnya dengan berkata,“Seandainya saya tinggal di sana, dan tidak tinggal di sini, maka pasti saya akan berumur panjang”. ”Seandainya aku melewati jalan yang di sana, dan tidak melewati jalan yang disini, maka pasti saya akan selamat”.
      Jangan suka mengeluh dengan berkata,”Seandainya aku menjadi seorang dokter, dan tidak menjadi seorang guru, maka saya akan kaya raya”. Tetapi yakinlah bahwa yang kita terima sekarang adalah yang terbaik.
     Apabila kita terkena musibah janganlah suka mengeluh dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, tetapi anggaplah musibah tersebut adalah yang paling ringan yang  menimpa kita, karena musibah yang lebih hebat dapat terjadi menimpa kita kapan pun, sehingga kita selalu bersyukur kepada Allah dalam segala kondisi.
       Kesimpulannya, ketika merencanakan dan menargetkan mengerjakan sesuatu, marilah kita biasakan berkata,”Insya-Allah, saya akan mengerjakannya esok hari, semoga Allah mengizinkan dan meridai”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

512. TARGET

MENGAITKAN TARGET DENGAN KEHENDAK ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan cara mengaitkan target dengan kehendak Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kata “target” artinya “sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai”, sedangkan “kehendak” artinya “kemauan”, dan “keinginan dan harapan yang keras”.
       Para ulama menjelaskan bahwa setiap umat Islam diwajibkan menyusun rencana dan memiliki target menyangkut masa depan dalam hidupnya, serta berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya.
      Tetapi, pada saat yang sama, seorang manusia harus ingat bahwa sistem kerja alam semesta adalah saling berkaitan, artinya seorang manusia tidak dapat hidup sendiri, karena yang dikehendakinya belum tentu dikehendaki oleh pihak lain.
    Dan di atas semuanya, terdapat Tuhan Allah Yang Maha Kuasa yang memelihara alam semesta, Yang Maha Bijaksana yang mengatur kepentingan semua makhluk, sehingga diharapkan kaitkan semua target dalam hidup dengan kehendak Allah.
     Dalam kenyataannya, manusia sering kali berhitung di atas kertas tentang kesuksesan yang akan dicapai, tetapi apabila tiba saatnya memetik keberhasilan  kadang kala terjadi sesuatu yang di luar perhitungan, sehingga hilanglah segala impian, oleh karena itu, mari kita kaitkan target dengan kehendak Allah.
     Janganlah berkata,”Aku pasti akan mengerjakannya esok hari”, tetapi harus dengan menyebutkan, ”Insya-Allah (apabila Allah menghendaki), saya akan mengerjakannya esok hari”.
      Al-Quran surah Al-Kahfi, surah ke-18 ayat 24.

إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

       “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu,”Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah,”Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”.
     Para ulama berpesan janganlan seseorang suka melamun dengan berandai-andai yang tidak bermanfaat, misalnya dengan berkata,“Seandainya saya tinggal di sana, dan tidak tinggal di sini, maka pasti saya akan berumur panjang”. ”Seandainya aku melewati jalan yang di sana, dan tidak melewati jalan yang disini, maka pasti saya akan selamat”.
      Jangan suka mengeluh dengan berkata,”Seandainya aku menjadi seorang dokter, dan tidak menjadi seorang guru, maka saya akan kaya raya”. Tetapi yakinlah bahwa yang kita terima sekarang adalah yang terbaik.
     Apabila kita terkena musibah janganlah suka mengeluh dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, tetapi anggaplah musibah tersebut adalah yang paling ringan yang  menimpa kita, karena musibah yang lebih hebat dapat terjadi menimpa kita kapan pun, sehingga kita selalu bersyukur kepada Allah dalam segala kondisi.
       Kesimpulannya, ketika merencanakan dan menargetkan mengerjakan sesuatu, marilah kita biasakan berkata,”Insya-Allah, saya akan mengerjakannya esok hari, semoga Allah mengizinkan dan meridai”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

512. TARGET

MENGAITKAN TARGET DENGAN KEHENDAK ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan cara mengaitkan target dengan kehendak Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kata “target” artinya “sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai”, sedangkan “kehendak” artinya “kemauan”, dan “keinginan dan harapan yang keras”.
       Para ulama menjelaskan bahwa setiap umat Islam diwajibkan menyusun rencana dan memiliki target menyangkut masa depan dalam hidupnya, serta berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya.
      Tetapi, pada saat yang sama, seorang manusia harus ingat bahwa sistem kerja alam semesta adalah saling berkaitan, artinya seorang manusia tidak dapat hidup sendiri, karena yang dikehendakinya belum tentu dikehendaki oleh pihak lain.
    Dan di atas semuanya, terdapat Tuhan Allah Yang Maha Kuasa yang memelihara alam semesta, Yang Maha Bijaksana yang mengatur kepentingan semua makhluk, sehingga diharapkan kaitkan semua target dalam hidup dengan kehendak Allah.
     Dalam kenyataannya, manusia sering kali berhitung di atas kertas tentang kesuksesan yang akan dicapai, tetapi apabila tiba saatnya memetik keberhasilan  kadang kala terjadi sesuatu yang di luar perhitungan, sehingga hilanglah segala impian, oleh karena itu, mari kita kaitkan target dengan kehendak Allah.
     Janganlah berkata,”Aku pasti akan mengerjakannya esok hari”, tetapi harus dengan menyebutkan, ”Insya-Allah (apabila Allah menghendaki), saya akan mengerjakannya esok hari”.
      Al-Quran surah Al-Kahfi, surah ke-18 ayat 24.

إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

       “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu,”Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah,”Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”.
     Para ulama berpesan janganlan seseorang suka melamun dengan berandai-andai yang tidak bermanfaat, misalnya dengan berkata,“Seandainya saya tinggal di sana, dan tidak tinggal di sini, maka pasti saya akan berumur panjang”. ”Seandainya aku melewati jalan yang di sana, dan tidak melewati jalan yang disini, maka pasti saya akan selamat”.
      Jangan suka mengeluh dengan berkata,”Seandainya aku menjadi seorang dokter, dan tidak menjadi seorang guru, maka saya akan kaya raya”. Tetapi yakinlah bahwa yang kita terima sekarang adalah yang terbaik.
     Apabila kita terkena musibah janganlah suka mengeluh dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, tetapi anggaplah musibah tersebut adalah yang paling ringan yang  menimpa kita, karena musibah yang lebih hebat dapat terjadi menimpa kita kapan pun, sehingga kita selalu bersyukur kepada Allah dalam segala kondisi.
       Kesimpulannya, ketika merencanakan dan menargetkan mengerjakan sesuatu, marilah kita biasakan berkata,”Insya-Allah, saya akan mengerjakannya esok hari, semoga Allah mengizinkan dan meridai”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

512. TARGET

MENGAITKAN TARGET DENGAN KEHENDAK ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan cara mengaitkan target dengan kehendak Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kata “target” artinya “sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai”, sedangkan “kehendak” artinya “kemauan”, dan “keinginan dan harapan yang keras”.
       Para ulama menjelaskan bahwa setiap umat Islam diwajibkan menyusun rencana dan memiliki target menyangkut masa depan dalam hidupnya, serta berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya.
      Tetapi, pada saat yang sama, seorang manusia harus ingat bahwa sistem kerja alam semesta adalah saling berkaitan, artinya seorang manusia tidak dapat hidup sendiri, karena yang dikehendakinya belum tentu dikehendaki oleh pihak lain.
    Dan di atas semuanya, terdapat Tuhan Allah Yang Maha Kuasa yang memelihara alam semesta, Yang Maha Bijaksana yang mengatur kepentingan semua makhluk, sehingga diharapkan kaitkan semua target dalam hidup dengan kehendak Allah.
     Dalam kenyataannya, manusia sering kali berhitung di atas kertas tentang kesuksesan yang akan dicapai, tetapi apabila tiba saatnya memetik keberhasilan  kadang kala terjadi sesuatu yang di luar perhitungan, sehingga hilanglah segala impian, oleh karena itu, mari kita kaitkan target dengan kehendak Allah.
     Janganlah berkata,”Aku pasti akan mengerjakannya esok hari”, tetapi harus dengan menyebutkan, ”Insya-Allah (apabila Allah menghendaki), saya akan mengerjakannya esok hari”.
      Al-Quran surah Al-Kahfi, surah ke-18 ayat 24.

إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

       “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu,”Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah,”Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”.
     Para ulama berpesan janganlan seseorang suka melamun dengan berandai-andai yang tidak bermanfaat, misalnya dengan berkata,“Seandainya saya tinggal di sana, dan tidak tinggal di sini, maka pasti saya akan berumur panjang”. ”Seandainya aku melewati jalan yang di sana, dan tidak melewati jalan yang disini, maka pasti saya akan selamat”.
      Jangan suka mengeluh dengan berkata,”Seandainya aku menjadi seorang dokter, dan tidak menjadi seorang guru, maka saya akan kaya raya”. Tetapi yakinlah bahwa yang kita terima sekarang adalah yang terbaik.
     Apabila kita terkena musibah janganlah suka mengeluh dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, tetapi anggaplah musibah tersebut adalah yang paling ringan yang  menimpa kita, karena musibah yang lebih hebat dapat terjadi menimpa kita kapan pun, sehingga kita selalu bersyukur kepada Allah dalam segala kondisi.
       Kesimpulannya, ketika merencanakan dan menargetkan mengerjakan sesuatu, marilah kita biasakan berkata,”Insya-Allah, saya akan mengerjakannya esok hari, semoga Allah mengizinkan dan meridai”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

512. TARGET

MENGAITKAN TARGET DENGAN KEHENDAK ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan cara mengaitkan target dengan kehendak Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kata “target” artinya “sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai”, sedangkan “kehendak” artinya “kemauan”, dan “keinginan dan harapan yang keras”.
       Para ulama menjelaskan bahwa setiap umat Islam diwajibkan menyusun rencana dan memiliki target menyangkut masa depan dalam hidupnya, serta berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya.
      Tetapi, pada saat yang sama, seorang manusia harus ingat bahwa sistem kerja alam semesta adalah saling berkaitan, artinya seorang manusia tidak dapat hidup sendiri, karena yang dikehendakinya belum tentu dikehendaki oleh pihak lain.
    Dan di atas semuanya, terdapat Tuhan Allah Yang Maha Kuasa yang memelihara alam semesta, Yang Maha Bijaksana yang mengatur kepentingan semua makhluk, sehingga diharapkan kaitkan semua target dalam hidup dengan kehendak Allah.
     Dalam kenyataannya, manusia sering kali berhitung di atas kertas tentang kesuksesan yang akan dicapai, tetapi apabila tiba saatnya memetik keberhasilan  kadang kala terjadi sesuatu yang di luar perhitungan, sehingga hilanglah segala impian, oleh karena itu, mari kita kaitkan target dengan kehendak Allah.
     Janganlah berkata,”Aku pasti akan mengerjakannya esok hari”, tetapi harus dengan menyebutkan, ”Insya-Allah (apabila Allah menghendaki), saya akan mengerjakannya esok hari”.
      Al-Quran surah Al-Kahfi, surah ke-18 ayat 24.

إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

       “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu,”Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah,”Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”.
     Para ulama berpesan janganlan seseorang suka melamun dengan berandai-andai yang tidak bermanfaat, misalnya dengan berkata,“Seandainya saya tinggal di sana, dan tidak tinggal di sini, maka pasti saya akan berumur panjang”. ”Seandainya aku melewati jalan yang di sana, dan tidak melewati jalan yang disini, maka pasti saya akan selamat”.
      Jangan suka mengeluh dengan berkata,”Seandainya aku menjadi seorang dokter, dan tidak menjadi seorang guru, maka saya akan kaya raya”. Tetapi yakinlah bahwa yang kita terima sekarang adalah yang terbaik.
     Apabila kita terkena musibah janganlah suka mengeluh dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, tetapi anggaplah musibah tersebut adalah yang paling ringan yang  menimpa kita, karena musibah yang lebih hebat dapat terjadi menimpa kita kapan pun, sehingga kita selalu bersyukur kepada Allah dalam segala kondisi.
       Kesimpulannya, ketika merencanakan dan menargetkan mengerjakan sesuatu, marilah kita biasakan berkata,”Insya-Allah, saya akan mengerjakannya esok hari, semoga Allah mengizinkan dan meridai”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online