Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Wednesday, September 30, 2020

5622. PENGERTIAN MUTASYABIHAT

 


PENGERTIAN MUTASYABIHAT

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

A.  Pengertian mutasyabihat.

 

1.  Ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang mutasyabihat tidak bisa dipahami secara tekstual.

2.  Mutasyabihat artinya masih samar-samar.

 

3.  Jika dipahami secara tekstual, maka akan terjerumus kepada “tasybih” dan “tajsim” .

 

 

 

4.  Tasybih adalah menyerupakan Allah dengan makhluk.

 

5.  Tajsim adalah menjasmanikan wujud Allah.

 

 

 

6.  Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 5.

 

      الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

 

       (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy.

 

7.  Jika kita memahami ayat ini secara tekstual.

8.  Maka kita akan menyamakan Allah dengan seorang manusia yang duduk di atas kursi.

 

9.  Maha Suci Allah dari sifat seperti itu.

 

 

 

10.      Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat 11.

 

      فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

 

      (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagimu dari jenismu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

 

 

      ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

  

       Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Allah Yang  Maha Mendengar  dan Melihat.

(Qs. Asy-Syura [42]: 11).

 

 

11.      Para ulama zaman para sahabat, tabi’in, tabi’at tabi’in.

12.      Hingga saat ini dalam memahami ayat mutasyabihat memakai 2 metode, yaitu:

 

1)  Tafwidh.

2)  Takwil.

 

.

B.  Metode Tafwidh dan Takwil.

 

1.  Metode Tafwidh.

 

1)  Metode Tafwidh adalah menyerahkan maknanya kepada Allah.

 

2)  Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 7.

 

    هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

   

 

      Dia, Allah yang menurunkan Al-Quran kepadamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat itu pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihaat. Adapun orang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak bisa mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang berakal.

 

 

2.  Metode Takwil.

 

1)  Metode Takwil dengan cara menakwilkan ayat mutasyabihat.

 

2)  Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 51.

 

   الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَٰذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ

 

       (Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

 

C. Penjelasan.

 

1.  Kalimat “Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka seperti mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini”.

(Qs. Al-A’raf [7]: 51).

 

2.  Ayat ini tidak bisa dipahami secara tekstual, karena tidak mungkin Allah punya sifat lupa.

 

3.  Al-Quran surah Maryam (ayat ke-19) ayat 64 menyatakan Allah tidak akan lupa.

 

 

      وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا

 

     Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.

4.  Abdullah bin Abbas melakukan takwil terhadap ayat mutasyabihat.

 

5.  “Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka seperti mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini”.

 

6.  Takwilnya adalah, “Kami tinggalkan mereka dari rahmat, seperti mereka meninggalkan amal untuk pertemuan pada hari ini.”

 

 

7.  Takwil yang lain,”Allah akan melupakan mereka dari kebaikan, tetapi tidak melupakan mereka dari kejahatan.”

 

8.  Ayat mutasyabihat dalam Al-Quran surah Al-Qalam (surah ke-68) ayat 42.

 

 

      يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ

 

     Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa.

 

9.  Ayat ini tidak bisa dipahami secara tekstual.

10.      Bagaimana mungkin betis Allah  disingkapkan.

11.      Lalu manusia diperintahkan untuk bersujud.

 

12.      Abdullah bin Abbas menakwilkan ayat mutasyabihat ini.

 

13.      Maksudnya adalah,”Hal yang berat dan sangat keras karena ketakutan huru-hara pada hari kiamat.”

 

 

14.       Ayat mutasyabihat dalam Al-Quran surah Adz-Dzariyat (surah ke-51) ayat 47.

 

   وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

 

      Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.

 

 

15.      Secara tekstual, terjemah ayat ini adalah.

16.      “Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.”

17.      Ibnu Abbas menakwilkan ayat mutasyabihat ini.

18.      “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (kami).”

19.      Kata “tangan” ditakwilkan dengan “kekuasaan”.

 

20.      Imam Malik bin Anas menakwilkan hadis mutasyabihat.

 

21.      Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah turun pada waktu malam ke langit dunia.”

 

 

22.      Pengertian,”Allah turun” ditakwilkan dengan “Urusan perkara dari Allah yang turun.”

 

 

23.      Ayat Mutasyabihat seperti dalam Al-Qurab surah Al-Fajr (surah ke-89) ayat 22.

 

      وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا

     

 Dan datanglah Tuhanmu; sedangkan malaikat berbaris-baris.

 

 

24.      Imam Ahmad bin Hambal menakwilkan ayat mutasyabihat.

25.      “Dan datanglah Tuhanmu.”

26.      Maksudnya adalah “Dan datanglah balasan pahala dari Allah.”

 

 

27.      Ayat mutasyabihat dalam Al-Quran surah A-Qashash (surah ke-28) ayat 88.

 

      وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

    

     Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.  

 

  كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ

 

28.      Secara tekstual, terjemah ayat ini adalah.

 

29.       “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah”.

 

(Qs. Al-Qashash [28]: 88).

30.      Imam Bukhari menakwilkan pengertian “Wajah Allah”.

31.      Maksudnya adalah “Kekuasaan Allah.”

 

 

32.      Hadis mutasyabihat.

 

33.      Rasulullah bersabda,”Allah tertawa tadi malam.”

34.      Takwilnya adalah,”Allah memberi kasih sayang tadi malam.”

 

D. Kesimpulan.

 

 

1.  Ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad yang “mutasyabihat” (maknanya masih samar), tidak bisa dipahami secara tekstual.

 

2.  Jika dipahami secara tekstual, maka akan terjerumus kepada:

 

1)  Tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk).

2)  Tajsim (menjasmanian wujud Allah).

 

 

Daftar Pustaka

1.  Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

2.  Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

3.  Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.

4.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.  Tafsirq.com online

 

 

 

5621. NABI MARAH KEPADA SAHABAT

 


 

NABI MARAH KEPADA SAHABAT

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

A.  Rasulullah pernah marah kepada sahabat beliau.

 

1.  Nabi Muhammad pernah memarahi perilaku dan perbuatan para sahabat yang bertentangan dengan sunah.

 

2.  Nabi Muhammad tidak selalu membenarkan ijtihad para sahabat.

 

 

3.  Nabi Muhammad hanya membenarkan perilaku dan perbuatan para sahabat yang sesuai sunah.

 

4.  Ketika perilaku dan perbuatan itu bertentangan dengan sunah, maka Nabi Muhammad marah dan melarangnya.

 

5.  Anas bin Malik berkata.

 

1)   “Ada 3 orang datang ke rumah istri Nabi.

2)  Mereka bertanya tentang ibadah Nabi.

3)  Ketika mereka diberitahu tentang ibadah Nabi.

4)  Mereka merasa ibadahnya sangat sedikit.”

 

 

6.  Mereka berkata.

 

1)  “Bagaimana dengan ibadah kita dibandingkan dengan ibadah Nabi.

2)  Padahal beliau adalah orang yang telah diampuni semua dosa-dosanya yang lalu dan yang akan dating”.

 

7.  Orang ke-1 berkata,“Adapun saya, saya akan terus mengerjakan salat malam  selama hidup saya.”

 

8.  Orang ke-2 berkata,“Saya akan berpuasa setiap hari sepanjang tahun.”

 

 Orang ke-3 berkata,“Saya akan menjauhi wanita, saya tidak menikah untuk selamanya.”

 

9.  Nabi Muhammad mendatangi mereka.

 

10.      Rasulullah bersabda.

 

1)  ”Kalian yang mengatakan anu dan anu.

2)  Demi Allah, sesungguhnya aku orang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah di antaramu.

 

3)  Tetapi aku tetap berpuasa dan aku tidak berpuasa.

4)  Aku salat malam dan aku tetap tidur.

 

5)  Aku menikahi wanita.

6)  Siapa tidak mengikuti sunahku, mereka bukan  umatku.” 

 

(HR. Bukhari dan Muslim).

 

 

11.      Kesimpulannya.

 

1)  Yang menjadi ukuran bukan perbuatan itu pernah dilakukan atau tidak dilakukan Nabi.

2)  Tetapi yang dijadikan dasar adalah perbuatan itu tidak bertentangan dengan prinsip syariat Islam.

 

12.      Artinya jika ada perbuatan bid’ah tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad yang bertentangan dengan prinsip dasar syariat Islam, maka disebut bid’ah dalalah (sesat).

 

 

13.      Jika ada perbuatan bid’ah yang sesuai dengan sunah, maka dapat disebut bid’ah “hasanah” (terpuji).

 

Daftar Pustaka

 

1.  Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

2.  Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

3.  Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.

4.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.  Tafsirq.com online