Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Wednesday, November 29, 2017

528. ISTIS

MAKNA SALAT ISTISQA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika umat Islam dihadapkan dengan kemarau yang panjang, biasanya umat Islam akan melaksanakan “salat istisqa” (salat bermohon kepada Allah agar menurunkan hujan).
     Mengapa salat? Bukankah turunnya air hujan berkaitan dengan hukum alam? Jawabnya,” Benar, AI-Quran juga menjelaskan terdapat kaitan antara angin, awan dan hujan”.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 22.

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ

      “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
     Kata “mengawinkan” mengisyaratkan bahwa terdapat dua partikel awan yang berbeda yaitu positif dan negatif yang saling tarik-menarik sehingga melahirkan butiran air.
      Al-Quran surah An-Nur, surah ke-24 ayat 43.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

      ‘Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan”.
     Kita sepakat pandangan para ilmuwan tentang proses turunnya hujan, dan hukum  alam yang berkaitan dengannya, karena karena Al-Quran menginformasikannya, serta kita percaya juga bahwa hanya Allah yang menetapkan dan mengatur hukum alam semesta tersebut.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 21.

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

      “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.
     Datangnya air hujan memang ada penyebabnya berdasarkan hukum alam, tetapi “Apakah sebab dari segala sebab yang membuat turunnya hujan? "Siapakah yang menyebabkan berlakunya hukum alam?”
     Para ilmuwan yang beragama menegaskan bahwa di balik sebab dan hukum alam semesta terdapat kekuatan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan “Allah Al-'Aziz Al-Hakim”.
    Para ilmuwan berpendapat bahwa “hukum alam” adalah “ikhtisar dari rerata statistik”, sedangkan yang mewujudkan sebab dari segala sebab adalah Yang Maha Mengatur sistem kerja alam semesta, yang hidup, yang terjaga, yang selalu awas, yang tidak mengantuk, yang kekal, dan yang tidak akan mati.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 255.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
  
   “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
      Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 29.

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
    
“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan”.
     Wujud adanya Allah Yang Maha Kuasa adalah mutlak dan dirasakan oleh jiwa manusia, serta keyakinan akan adanya hukum alam yang berlaku dalam alam semesta yang ditetapkan oleh Allah Ynag Maha Perkasa.
     Salat adalah salah satu sarana pendidikan kejiwaan, sehingga salat Istisqa dapat digunakan sebagai alat permohonan kepada Allah Yang Maha Mengatur alam semesta agar menurunkan hujan yang membawa rahmat bagi seluruh makhluk.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

528. ISTIS

MAKNA SALAT ISTISQA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika umat Islam dihadapkan dengan kemarau yang panjang, biasanya umat Islam akan melaksanakan “salat istisqa” (salat bermohon kepada Allah agar menurunkan hujan).
     Mengapa salat? Bukankah turunnya air hujan berkaitan dengan hukum alam? Jawabnya,” Benar, AI-Quran juga menjelaskan terdapat kaitan antara angin, awan dan hujan”.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 22.

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ

      “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
     Kata “mengawinkan” mengisyaratkan bahwa terdapat dua partikel awan yang berbeda yaitu positif dan negatif yang saling tarik-menarik sehingga melahirkan butiran air.
      Al-Quran surah An-Nur, surah ke-24 ayat 43.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

      ‘Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan”.
     Kita sepakat pandangan para ilmuwan tentang proses turunnya hujan, dan hukum  alam yang berkaitan dengannya, karena karena Al-Quran menginformasikannya, serta kita percaya juga bahwa hanya Allah yang menetapkan dan mengatur hukum alam semesta tersebut.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 21.

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

      “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.
     Datangnya air hujan memang ada penyebabnya berdasarkan hukum alam, tetapi “Apakah sebab dari segala sebab yang membuat turunnya hujan? "Siapakah yang menyebabkan berlakunya hukum alam?”
     Para ilmuwan yang beragama menegaskan bahwa di balik sebab dan hukum alam semesta terdapat kekuatan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan “Allah Al-'Aziz Al-Hakim”.
    Para ilmuwan berpendapat bahwa “hukum alam” adalah “ikhtisar dari rerata statistik”, sedangkan yang mewujudkan sebab dari segala sebab adalah Yang Maha Mengatur sistem kerja alam semesta, yang hidup, yang terjaga, yang selalu awas, yang tidak mengantuk, yang kekal, dan yang tidak akan mati.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 255.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
  
   “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
      Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 29.

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
    
“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan”.
     Wujud adanya Allah Yang Maha Kuasa adalah mutlak dan dirasakan oleh jiwa manusia, serta keyakinan akan adanya hukum alam yang berlaku dalam alam semesta yang ditetapkan oleh Allah Ynag Maha Perkasa.
     Salat adalah salah satu sarana pendidikan kejiwaan, sehingga salat Istisqa dapat digunakan sebagai alat permohonan kepada Allah Yang Maha Mengatur alam semesta agar menurunkan hujan yang membawa rahmat bagi seluruh makhluk.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

528. ISTIS

MAKNA SALAT ISTISQA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika umat Islam dihadapkan dengan kemarau yang panjang, biasanya umat Islam akan melaksanakan “salat istisqa” (salat bermohon kepada Allah agar menurunkan hujan).
     Mengapa salat? Bukankah turunnya air hujan berkaitan dengan hukum alam? Jawabnya,” Benar, AI-Quran juga menjelaskan terdapat kaitan antara angin, awan dan hujan”.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 22.

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ

      “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
     Kata “mengawinkan” mengisyaratkan bahwa terdapat dua partikel awan yang berbeda yaitu positif dan negatif yang saling tarik-menarik sehingga melahirkan butiran air.
      Al-Quran surah An-Nur, surah ke-24 ayat 43.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

      ‘Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan”.
     Kita sepakat pandangan para ilmuwan tentang proses turunnya hujan, dan hukum  alam yang berkaitan dengannya, karena karena Al-Quran menginformasikannya, serta kita percaya juga bahwa hanya Allah yang menetapkan dan mengatur hukum alam semesta tersebut.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 21.

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

      “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.
     Datangnya air hujan memang ada penyebabnya berdasarkan hukum alam, tetapi “Apakah sebab dari segala sebab yang membuat turunnya hujan? "Siapakah yang menyebabkan berlakunya hukum alam?”
     Para ilmuwan yang beragama menegaskan bahwa di balik sebab dan hukum alam semesta terdapat kekuatan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan “Allah Al-'Aziz Al-Hakim”.
    Para ilmuwan berpendapat bahwa “hukum alam” adalah “ikhtisar dari rerata statistik”, sedangkan yang mewujudkan sebab dari segala sebab adalah Yang Maha Mengatur sistem kerja alam semesta, yang hidup, yang terjaga, yang selalu awas, yang tidak mengantuk, yang kekal, dan yang tidak akan mati.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 255.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
  
   “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
      Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 29.

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
    
“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan”.
     Wujud adanya Allah Yang Maha Kuasa adalah mutlak dan dirasakan oleh jiwa manusia, serta keyakinan akan adanya hukum alam yang berlaku dalam alam semesta yang ditetapkan oleh Allah Ynag Maha Perkasa.
     Salat adalah salah satu sarana pendidikan kejiwaan, sehingga salat Istisqa dapat digunakan sebagai alat permohonan kepada Allah Yang Maha Mengatur alam semesta agar menurunkan hujan yang membawa rahmat bagi seluruh makhluk.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

528. ISTIS

MAKNA SALAT ISTISQA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika umat Islam dihadapkan dengan kemarau yang panjang, biasanya umat Islam akan melaksanakan “salat istisqa” (salat bermohon kepada Allah agar menurunkan hujan).
     Mengapa salat? Bukankah turunnya air hujan berkaitan dengan hukum alam? Jawabnya,” Benar, AI-Quran juga menjelaskan terdapat kaitan antara angin, awan dan hujan”.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 22.

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ

      “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
     Kata “mengawinkan” mengisyaratkan bahwa terdapat dua partikel awan yang berbeda yaitu positif dan negatif yang saling tarik-menarik sehingga melahirkan butiran air.
      Al-Quran surah An-Nur, surah ke-24 ayat 43.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

      ‘Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan”.
     Kita sepakat pandangan para ilmuwan tentang proses turunnya hujan, dan hukum  alam yang berkaitan dengannya, karena karena Al-Quran menginformasikannya, serta kita percaya juga bahwa hanya Allah yang menetapkan dan mengatur hukum alam semesta tersebut.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 21.

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

      “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.
     Datangnya air hujan memang ada penyebabnya berdasarkan hukum alam, tetapi “Apakah sebab dari segala sebab yang membuat turunnya hujan? "Siapakah yang menyebabkan berlakunya hukum alam?”
     Para ilmuwan yang beragama menegaskan bahwa di balik sebab dan hukum alam semesta terdapat kekuatan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan “Allah Al-'Aziz Al-Hakim”.
    Para ilmuwan berpendapat bahwa “hukum alam” adalah “ikhtisar dari rerata statistik”, sedangkan yang mewujudkan sebab dari segala sebab adalah Yang Maha Mengatur sistem kerja alam semesta, yang hidup, yang terjaga, yang selalu awas, yang tidak mengantuk, yang kekal, dan yang tidak akan mati.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 255.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
  
   “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
      Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 29.

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
    
“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan”.
     Wujud adanya Allah Yang Maha Kuasa adalah mutlak dan dirasakan oleh jiwa manusia, serta keyakinan akan adanya hukum alam yang berlaku dalam alam semesta yang ditetapkan oleh Allah Ynag Maha Perkasa.
     Salat adalah salah satu sarana pendidikan kejiwaan, sehingga salat Istisqa dapat digunakan sebagai alat permohonan kepada Allah Yang Maha Mengatur alam semesta agar menurunkan hujan yang membawa rahmat bagi seluruh makhluk.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

528. ISTIS

MAKNA SALAT ISTISQA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika umat Islam dihadapkan dengan kemarau yang panjang, biasanya umat Islam akan melaksanakan “salat istisqa” (salat bermohon kepada Allah agar menurunkan hujan).
     Mengapa salat? Bukankah turunnya air hujan berkaitan dengan hukum alam? Jawabnya,” Benar, AI-Quran juga menjelaskan terdapat kaitan antara angin, awan dan hujan”.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 22.

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ

      “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
     Kata “mengawinkan” mengisyaratkan bahwa terdapat dua partikel awan yang berbeda yaitu positif dan negatif yang saling tarik-menarik sehingga melahirkan butiran air.
      Al-Quran surah An-Nur, surah ke-24 ayat 43.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

      ‘Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan”.
     Kita sepakat pandangan para ilmuwan tentang proses turunnya hujan, dan hukum  alam yang berkaitan dengannya, karena karena Al-Quran menginformasikannya, serta kita percaya juga bahwa hanya Allah yang menetapkan dan mengatur hukum alam semesta tersebut.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 21.

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

      “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.
     Datangnya air hujan memang ada penyebabnya berdasarkan hukum alam, tetapi “Apakah sebab dari segala sebab yang membuat turunnya hujan? "Siapakah yang menyebabkan berlakunya hukum alam?”
     Para ilmuwan yang beragama menegaskan bahwa di balik sebab dan hukum alam semesta terdapat kekuatan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan “Allah Al-'Aziz Al-Hakim”.
    Para ilmuwan berpendapat bahwa “hukum alam” adalah “ikhtisar dari rerata statistik”, sedangkan yang mewujudkan sebab dari segala sebab adalah Yang Maha Mengatur sistem kerja alam semesta, yang hidup, yang terjaga, yang selalu awas, yang tidak mengantuk, yang kekal, dan yang tidak akan mati.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 255.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
  
   “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
      Al-Quran surah Ar-Rahman, surah ke-55 ayat 29.

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
    
“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan”.
     Wujud adanya Allah Yang Maha Kuasa adalah mutlak dan dirasakan oleh jiwa manusia, serta keyakinan akan adanya hukum alam yang berlaku dalam alam semesta yang ditetapkan oleh Allah Ynag Maha Perkasa.
     Salat adalah salah satu sarana pendidikan kejiwaan, sehingga salat Istisqa dapat digunakan sebagai alat permohonan kepada Allah Yang Maha Mengatur alam semesta agar menurunkan hujan yang membawa rahmat bagi seluruh makhluk.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

527. BUTUH

MANUSIA MEMBUTUHKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Nabi Muhammad kembali dari perjalanan Isra Mikraj dengan petunjuk AIlah yang tegas tentang kewajiban salat yang sudah diketahui secara pasti oleh setiap Muslim dan generasi ke generasi.
      Menghadapkan jiwa raga kepada Allah adalah kewajiban keagamaan, karena agama yang diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya menetapkan bahwa Allah yang menguasai alam semesta serta menguasai hidup dan kehidupan manusia.
      Allah Maha Mutlak, Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam segala sifat keutamaan-Nya, sehingga keyakinan akan ketuhanan seperti itu, menuntut pembuktian yang konkret, nyata secara amaliah, bukan hanya dalam pikiran atau hati.
     Salat adalah salah satu yang ditetapkan oleh Allah  sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut, karena manusia terutama para ilmuwan membutuhkan kepastian tentang “sunatullah” (hukum alam) tata kerja alam semesta untuk pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi.
     Kepastian berlakunya “sunatullah” (hukum Allah yang berlaku di alam semesta) dapat diperoleh dengan keyakinan adanya Sang Pengendali dan Penguasa Tunggal Yang Maha Kuasa, yaitu Allah.
     Sehingga salat adalah suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah, bukannya beban atau kewajiban dan bukan hal yang memberatkan umat manusia.
     Salat menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam semesta yang memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia, sehingga salat sebagai penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Yang Kuasa adalah tanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam semesta.
     Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas, takut, dan mengharap yang selalu membutuhkan sandaran, terutama pada saat kecemasan dan ketakutan muncul karena menemukan kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia.
     Kenyataan dalam kehidupan manusia sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun tinggi kekuatan dan kekuasaannya, sering kali tidak membuahkan hasil yang memuaskan, karena yang mampu hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 13.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
    
      “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 14.

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

     “Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 15.

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
 
   “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
    Seorang Muslim, dalam salatnya adalah menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan pengagungan yang dikenal umat manusia, karena ketika salat terdapat “isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa, dan harapan”.
     Dalam sehari hanya lima kali kita diwajibkan menghadap Allah, maka malu rasanya, apabila kita yang telah mendapatkan kenikmatan dan anugerah dari Allah  yang tidak terbilang jumlahnya, mengabaikan kewajiban salat, apalagi salat adalah  kebutuhan manusia.
    Malu rasanya apabila kita hanya pada saat terpaksa, kepepet, atau terdesak, dan ketika sangat cemas dan mengharapkan sesuatu, baru kita melakukan salat menghadap ke hadirat Allah.
    Sebagai hamba Allah yang baik, tentunya kita selalu  berusaha untuk menjalankan salat tepat waktu dengan khusyuk serta berusaha menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, semuanya dikerjakan dengan ikhlas untuk mecapai rida Allah.
.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

527. BUTUH

MANUSIA MEMBUTUHKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Nabi Muhammad kembali dari perjalanan Isra Mikraj dengan petunjuk AIlah yang tegas tentang kewajiban salat yang sudah diketahui secara pasti oleh setiap Muslim dan generasi ke generasi.
      Menghadapkan jiwa raga kepada Allah adalah kewajiban keagamaan, karena agama yang diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya menetapkan bahwa Allah yang menguasai alam semesta serta menguasai hidup dan kehidupan manusia.
      Allah Maha Mutlak, Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam segala sifat keutamaan-Nya, sehingga keyakinan akan ketuhanan seperti itu, menuntut pembuktian yang konkret, nyata secara amaliah, bukan hanya dalam pikiran atau hati.
     Salat adalah salah satu yang ditetapkan oleh Allah  sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut, karena manusia terutama para ilmuwan membutuhkan kepastian tentang “sunatullah” (hukum alam) tata kerja alam semesta untuk pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi.
     Kepastian berlakunya “sunatullah” (hukum Allah yang berlaku di alam semesta) dapat diperoleh dengan keyakinan adanya Sang Pengendali dan Penguasa Tunggal Yang Maha Kuasa, yaitu Allah.
     Sehingga salat adalah suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah, bukannya beban atau kewajiban dan bukan hal yang memberatkan umat manusia.
     Salat menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam semesta yang memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia, sehingga salat sebagai penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Yang Kuasa adalah tanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam semesta.
     Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas, takut, dan mengharap yang selalu membutuhkan sandaran, terutama pada saat kecemasan dan ketakutan muncul karena menemukan kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia.
     Kenyataan dalam kehidupan manusia sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun tinggi kekuatan dan kekuasaannya, sering kali tidak membuahkan hasil yang memuaskan, karena yang mampu hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 13.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
    
      “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 14.

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

     “Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 15.

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
 
   “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
    Seorang Muslim, dalam salatnya adalah menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan pengagungan yang dikenal umat manusia, karena ketika salat terdapat “isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa, dan harapan”.
     Dalam sehari hanya lima kali kita diwajibkan menghadap Allah, maka malu rasanya, apabila kita yang telah mendapatkan kenikmatan dan anugerah dari Allah  yang tidak terbilang jumlahnya, mengabaikan kewajiban salat, apalagi salat adalah  kebutuhan manusia.
    Malu rasanya apabila kita hanya pada saat terpaksa, kepepet, atau terdesak, dan ketika sangat cemas dan mengharapkan sesuatu, baru kita melakukan salat menghadap ke hadirat Allah.
    Sebagai hamba Allah yang baik, tentunya kita selalu  berusaha untuk menjalankan salat tepat waktu dengan khusyuk serta berusaha menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, semuanya dikerjakan dengan ikhlas untuk mecapai rida Allah.
.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

527. BUTUH

MANUSIA MEMBUTUHKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Nabi Muhammad kembali dari perjalanan Isra Mikraj dengan petunjuk AIlah yang tegas tentang kewajiban salat yang sudah diketahui secara pasti oleh setiap Muslim dan generasi ke generasi.
      Menghadapkan jiwa raga kepada Allah adalah kewajiban keagamaan, karena agama yang diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya menetapkan bahwa Allah yang menguasai alam semesta serta menguasai hidup dan kehidupan manusia.
      Allah Maha Mutlak, Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam segala sifat keutamaan-Nya, sehingga keyakinan akan ketuhanan seperti itu, menuntut pembuktian yang konkret, nyata secara amaliah, bukan hanya dalam pikiran atau hati.
     Salat adalah salah satu yang ditetapkan oleh Allah  sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut, karena manusia terutama para ilmuwan membutuhkan kepastian tentang “sunatullah” (hukum alam) tata kerja alam semesta untuk pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi.
     Kepastian berlakunya “sunatullah” (hukum Allah yang berlaku di alam semesta) dapat diperoleh dengan keyakinan adanya Sang Pengendali dan Penguasa Tunggal Yang Maha Kuasa, yaitu Allah.
     Sehingga salat adalah suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah, bukannya beban atau kewajiban dan bukan hal yang memberatkan umat manusia.
     Salat menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam semesta yang memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia, sehingga salat sebagai penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Yang Kuasa adalah tanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam semesta.
     Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas, takut, dan mengharap yang selalu membutuhkan sandaran, terutama pada saat kecemasan dan ketakutan muncul karena menemukan kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia.
     Kenyataan dalam kehidupan manusia sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun tinggi kekuatan dan kekuasaannya, sering kali tidak membuahkan hasil yang memuaskan, karena yang mampu hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 13.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
    
      “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 14.

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

     “Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 15.

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
 
   “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
    Seorang Muslim, dalam salatnya adalah menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan pengagungan yang dikenal umat manusia, karena ketika salat terdapat “isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa, dan harapan”.
     Dalam sehari hanya lima kali kita diwajibkan menghadap Allah, maka malu rasanya, apabila kita yang telah mendapatkan kenikmatan dan anugerah dari Allah  yang tidak terbilang jumlahnya, mengabaikan kewajiban salat, apalagi salat adalah  kebutuhan manusia.
    Malu rasanya apabila kita hanya pada saat terpaksa, kepepet, atau terdesak, dan ketika sangat cemas dan mengharapkan sesuatu, baru kita melakukan salat menghadap ke hadirat Allah.
    Sebagai hamba Allah yang baik, tentunya kita selalu  berusaha untuk menjalankan salat tepat waktu dengan khusyuk serta berusaha menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, semuanya dikerjakan dengan ikhlas untuk mecapai rida Allah.
.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

527. BUTUH

MANUSIA MEMBUTUHKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Nabi Muhammad kembali dari perjalanan Isra Mikraj dengan petunjuk AIlah yang tegas tentang kewajiban salat yang sudah diketahui secara pasti oleh setiap Muslim dan generasi ke generasi.
      Menghadapkan jiwa raga kepada Allah adalah kewajiban keagamaan, karena agama yang diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya menetapkan bahwa Allah yang menguasai alam semesta serta menguasai hidup dan kehidupan manusia.
      Allah Maha Mutlak, Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam segala sifat keutamaan-Nya, sehingga keyakinan akan ketuhanan seperti itu, menuntut pembuktian yang konkret, nyata secara amaliah, bukan hanya dalam pikiran atau hati.
     Salat adalah salah satu yang ditetapkan oleh Allah  sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut, karena manusia terutama para ilmuwan membutuhkan kepastian tentang “sunatullah” (hukum alam) tata kerja alam semesta untuk pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi.
     Kepastian berlakunya “sunatullah” (hukum Allah yang berlaku di alam semesta) dapat diperoleh dengan keyakinan adanya Sang Pengendali dan Penguasa Tunggal Yang Maha Kuasa, yaitu Allah.
     Sehingga salat adalah suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah, bukannya beban atau kewajiban dan bukan hal yang memberatkan umat manusia.
     Salat menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam semesta yang memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia, sehingga salat sebagai penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Yang Kuasa adalah tanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam semesta.
     Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas, takut, dan mengharap yang selalu membutuhkan sandaran, terutama pada saat kecemasan dan ketakutan muncul karena menemukan kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia.
     Kenyataan dalam kehidupan manusia sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun tinggi kekuatan dan kekuasaannya, sering kali tidak membuahkan hasil yang memuaskan, karena yang mampu hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 13.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
    
      “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 14.

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

     “Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 15.

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
 
   “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
    Seorang Muslim, dalam salatnya adalah menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan pengagungan yang dikenal umat manusia, karena ketika salat terdapat “isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa, dan harapan”.
     Dalam sehari hanya lima kali kita diwajibkan menghadap Allah, maka malu rasanya, apabila kita yang telah mendapatkan kenikmatan dan anugerah dari Allah  yang tidak terbilang jumlahnya, mengabaikan kewajiban salat, apalagi salat adalah  kebutuhan manusia.
    Malu rasanya apabila kita hanya pada saat terpaksa, kepepet, atau terdesak, dan ketika sangat cemas dan mengharapkan sesuatu, baru kita melakukan salat menghadap ke hadirat Allah.
    Sebagai hamba Allah yang baik, tentunya kita selalu  berusaha untuk menjalankan salat tepat waktu dengan khusyuk serta berusaha menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, semuanya dikerjakan dengan ikhlas untuk mecapai rida Allah.
.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

527. BUTUH

MANUSIA MEMBUTUHKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Nabi Muhammad kembali dari perjalanan Isra Mikraj dengan petunjuk AIlah yang tegas tentang kewajiban salat yang sudah diketahui secara pasti oleh setiap Muslim dan generasi ke generasi.
      Menghadapkan jiwa raga kepada Allah adalah kewajiban keagamaan, karena agama yang diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya menetapkan bahwa Allah yang menguasai alam semesta serta menguasai hidup dan kehidupan manusia.
      Allah Maha Mutlak, Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam segala sifat keutamaan-Nya, sehingga keyakinan akan ketuhanan seperti itu, menuntut pembuktian yang konkret, nyata secara amaliah, bukan hanya dalam pikiran atau hati.
     Salat adalah salah satu yang ditetapkan oleh Allah  sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut, karena manusia terutama para ilmuwan membutuhkan kepastian tentang “sunatullah” (hukum alam) tata kerja alam semesta untuk pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi.
     Kepastian berlakunya “sunatullah” (hukum Allah yang berlaku di alam semesta) dapat diperoleh dengan keyakinan adanya Sang Pengendali dan Penguasa Tunggal Yang Maha Kuasa, yaitu Allah.
     Sehingga salat adalah suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah, bukannya beban atau kewajiban dan bukan hal yang memberatkan umat manusia.
     Salat menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam semesta yang memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia, sehingga salat sebagai penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Yang Kuasa adalah tanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam semesta.
     Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas, takut, dan mengharap yang selalu membutuhkan sandaran, terutama pada saat kecemasan dan ketakutan muncul karena menemukan kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia.
     Kenyataan dalam kehidupan manusia sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun tinggi kekuatan dan kekuasaannya, sering kali tidak membuahkan hasil yang memuaskan, karena yang mampu hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 13.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
    
      “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 14.

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

     “Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 15.

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
 
   “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
    Seorang Muslim, dalam salatnya adalah menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan pengagungan yang dikenal umat manusia, karena ketika salat terdapat “isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa, dan harapan”.
     Dalam sehari hanya lima kali kita diwajibkan menghadap Allah, maka malu rasanya, apabila kita yang telah mendapatkan kenikmatan dan anugerah dari Allah  yang tidak terbilang jumlahnya, mengabaikan kewajiban salat, apalagi salat adalah  kebutuhan manusia.
    Malu rasanya apabila kita hanya pada saat terpaksa, kepepet, atau terdesak, dan ketika sangat cemas dan mengharapkan sesuatu, baru kita melakukan salat menghadap ke hadirat Allah.
    Sebagai hamba Allah yang baik, tentunya kita selalu  berusaha untuk menjalankan salat tepat waktu dengan khusyuk serta berusaha menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, semuanya dikerjakan dengan ikhlas untuk mecapai rida Allah.
.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

527. BUTUH

MANUSIA MEMBUTUHKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa manusia membutuhkan salat dalam kehidupan sehari-hari?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Nabi Muhammad kembali dari perjalanan Isra Mikraj dengan petunjuk AIlah yang tegas tentang kewajiban salat yang sudah diketahui secara pasti oleh setiap Muslim dan generasi ke generasi.
      Menghadapkan jiwa raga kepada Allah adalah kewajiban keagamaan, karena agama yang diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya menetapkan bahwa Allah yang menguasai alam semesta serta menguasai hidup dan kehidupan manusia.
      Allah Maha Mutlak, Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam segala sifat keutamaan-Nya, sehingga keyakinan akan ketuhanan seperti itu, menuntut pembuktian yang konkret, nyata secara amaliah, bukan hanya dalam pikiran atau hati.
     Salat adalah salah satu yang ditetapkan oleh Allah  sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut, karena manusia terutama para ilmuwan membutuhkan kepastian tentang “sunatullah” (hukum alam) tata kerja alam semesta untuk pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi.
     Kepastian berlakunya “sunatullah” (hukum Allah yang berlaku di alam semesta) dapat diperoleh dengan keyakinan adanya Sang Pengendali dan Penguasa Tunggal Yang Maha Kuasa, yaitu Allah.
     Sehingga salat adalah suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah, bukannya beban atau kewajiban dan bukan hal yang memberatkan umat manusia.
     Salat menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam semesta yang memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia, sehingga salat sebagai penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Yang Kuasa adalah tanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam semesta.
     Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas, takut, dan mengharap yang selalu membutuhkan sandaran, terutama pada saat kecemasan dan ketakutan muncul karena menemukan kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia.
     Kenyataan dalam kehidupan manusia sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun tinggi kekuatan dan kekuasaannya, sering kali tidak membuahkan hasil yang memuaskan, karena yang mampu hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 13.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
    
      “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 14.

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

     “Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”.
      Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 15.

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
 
   “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
    Seorang Muslim, dalam salatnya adalah menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan pengagungan yang dikenal umat manusia, karena ketika salat terdapat “isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa, dan harapan”.
     Dalam sehari hanya lima kali kita diwajibkan menghadap Allah, maka malu rasanya, apabila kita yang telah mendapatkan kenikmatan dan anugerah dari Allah  yang tidak terbilang jumlahnya, mengabaikan kewajiban salat, apalagi salat adalah  kebutuhan manusia.
    Malu rasanya apabila kita hanya pada saat terpaksa, kepepet, atau terdesak, dan ketika sangat cemas dan mengharapkan sesuatu, baru kita melakukan salat menghadap ke hadirat Allah.
    Sebagai hamba Allah yang baik, tentunya kita selalu  berusaha untuk menjalankan salat tepat waktu dengan khusyuk serta berusaha menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, semuanya dikerjakan dengan ikhlas untuk mecapai rida Allah.
.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online