Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, June 1, 2018

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

865. QADAR

MALAM LAILATUL QADAR
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang malam “Lailatul Qadar” dalam   Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Kata “qadar” digunakan untuk tiga arti. Pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang sebagian ulama memahami penetapan perjalanan hidup manusia dalam setahun.
    Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan, surah ke-44 ayat 3.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami yang memberikan peringatan”.
      Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khittah dan strategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu maupun kelompok.
    Kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”. Malam itu adalah malam mulia yang tidak ada bandingnya, karena terpilih sebagai malam awalnya turunnya Al-Quran dan titik awal segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 91.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakan, “Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakmu tidak mengetahui(nya)?” Katakan,”Allah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

     “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
     Ketiga arti tersebut bisa benar semuanya, karena malam itu adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka akan menentukan masa depan manusia, dan para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
       Apakah Lailatul Qadar datangnya hanya sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
     Sebagian ulama berpendapat malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja, yaitu hanya pada zaman Nabi. 
     Al-Quran menjelaskan bahwa wahyu Allah diturunkan pada Lailatul Qadar dan  umat Islam yakin bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi wafat, maka malam mulia itu tidak akan hadir lagi.
    Pendapat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi sekali saja, ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran dan teks hadis yang menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadan.
    Apalagi Nabi menganjurkan umat Islam untuk menyiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khususnya pada 10 malam ganjil bulan Ramadan.  
      Para ulama berpendapat bahwa memang awal turunnya Al-Quran 15 abad  lalu pada malam Lailatul Qadr, tetapi malam mulia itu hadir setiap tahun pada bulan Ramadan.
     Hal ini berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran  turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri.
   Pendapat ulama dikuatkan dengan penggunaan bentuk kata kerja “mudharik” atau “present tense” pada ayat “Tanazzalalul malaikatu warruh”.
    Kata “Tanazzal” adalah bentuk yang mengandung arti “kesinambungan”, atau terjadinya sesuatu pada masa sekarang dan masa datang.
    Apakah kehadiran malam “Lailatul Qadar” akan menjumpai setiap orang yang tidak tidur pada malam kehadirannya?” Sebagian umat Islam menganggapnya demikian.
      Para ulama berpenadapat bahwa orang yang bisa menjumpai malam Lailatul Qadar adalah orang yang suci jiwanya dan bersiap menyambut kedatangannya. 
     Kebaikan dan keistimewaan malam Lailatul Qadar hanya menemui orang yang baik saja, seperti tamu agung hanya menumpai orang tertentu saja.
       Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian jiwa, maka malam Lailatul Qadar hadir di bulan Ramadan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan menyambutnya pada 10 malam ganjil terakhir.
      Orang yang berpuasa selama 20 hari dalam bulan Ramadan telah meningkat  kesadaran dan kesucian jiwanya yang memungkinkan malam mulia berkenan mampir menemuinya.
     Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan dan mempraktikkan iktikaf, yaitu berdiam diri dan merenung di masjid pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
      Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi malam “qadar” atau “penentuan” perjalanan sejarah hidupnya pada masa mendatang.
     Saat itu, bagi orang bersangkutan adalah titik awal guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup didunia dan akhirat kelak dan sejak saat itu malaikat akan turun  menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan.
     Para ulama memberikan ilustrasi kehadiran malaikat,”Setiap orang dapat merasakan dalam jiwanya dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk”.  Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan. 
      Para malaikat turun pada malam Lailatul Qadar menemui orang yang sudah menyiapkan diri menyambutnya, maka jiwa orang itu selalu terdorong untuk berbuat kebaikan, serta merasakan aman dan damai dalam berbuat kebaikan.
     Salah satu doa yang paling dianjurkan dalam menyambut malam Lailatul Qadar adalah, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar”, yang artinya “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kebajikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

Thursday, May 31, 2018

865. HAJI 2018

JADWAL KEGIATAN HAJI 2018
(Oleh: Yusron Hadi bin HM Tauchid Ismail, Sidoarjo Jawa Timur)
1) 16 Juli 2018 M (3 Dzulqa’dah1439 H): Calon jamaah masuk asrama haji Surabaya.
2) 17 Juli 2018 M (4 Dzulqa’dah 1439 H): Awal pemberangkatan gelombang 1 dari bandara Juanda ke bandara Madinah.
3) 26 Juli 2018 M (13 Dzulqa’dah 1439 H): Awal pemberangkatan gelombang 1 dari Madinah ke Mekah (naik bis).
4) 29 Juli 2018 M (16 Dzulqa’dah 1439 H): Akhir pemberangkatan gelombang 1 dari bandara Juanda ke bandara Madinah.
5) 30 juli 2018 M (17 Dzulqa’dah 1439 H): Awal pemberangkatan gelombang 2 dari bandara Juanda ke bandara Jeddah.
6) 8 Agustus 2018 M (26 Dzulqa’dah 1439 H) : Akhir pemberangkatan gelombang 1 dari Madinah ke Mekah (naik bis).
7) 15 Agustus 2018 M (4 Dzulhijah 1439 H): Akhir pemberangkatan gelombang 2 dari bandara Juanda ke bandara Madinah.
8) 15 Agustus 2018 M (4 Dzulhijah 1439 H): Bandara Jeddah tertutup untuk penerbangan.
9) 19 Agustus 2018 M (8 Dzulhijah 1439 H): Hari Tarwiyah.
10) 20 Agustus 2018 M (9 Dzulhijah 1439 H) : Wukuf di Arafah (hari Senin).
11) 21 Agustus 2018 M (10 Dzulhijah 1439 H): Hari Raya Idul Adha 1439 H
12) 22 Agustus 2018 M (11 Dzulhijah 1439 H): Hari Tasyrik 1.
13) 23 agustus 2018 M (12 Dzulhijah 1439 H): Hari Tasyrik 2 (Nafar Awal).
14) 24 Agustus 2018 M (13 Dzulhijah 1439 H): Hari Tasyrik 3 (Nafar Tsani).
15) 26 Agustus 2018 M (15 Dzulhijah 1439 H): Awal pemulangan gelombang 1 dari bandara Jeddah ke bandara Juanda.
16) 26 Agustus 2018 M (15 Dzulhijah 1439 H): Awal kedatangan gelombang 1 di bandara Juanda.
17) 30 Agustus 2018 M (19 Dzulhijah 1439 H): Awal pemberangkatan gelombang 2 dari Mekah ke Madinah (naik bis).
18) 7 September 2018 M (27 Dzulhijah 1439 H): Akhir pemulangan gelombang 1 dari bandara Jeddah ke bandara Juanda.
19) 8 September 2018 M (28 Dzulhijah 1439 H): Awal pemulangan gelombang 2 dari bandara Madinah ke bandara Juanda.
20) 11 September 2018 M (1 Muharram 1440 H): Tahun Baru Islam 1440 Hijrah.
21) 15 September 2018 M (5 Muharram 1440 H): Akhir pemberangkatan gelombang 2 dari Mekah ke Madinah (naik bis).
22) 24 September 2018 M (14 Muharram 1440 H): Akhir pemulangan gelombang 2 dari bandara Madinah ke bandara Juanda.
23) 25 September 2018 M (15 Muharram 1440 H): Akhir kedatangan gelombang 2 dari bandara Madinah ke bandara Juanda.
(Sumber: Kementerian Agama RI, 15 Januari 2018)