Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, May 31, 2021

9755. DI AKHIRAT SEMUA MELIMPAH

 


DI AKHIRAT SEMUANYA MELIMPAH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    

 

 

Para syuhada yang gugur di medan juang, pada hakikatnya masih terus dan akan terus hidup.

 

 

Menurut Al-Quran tidak hanya 1 kali saja, tetapi  2 kali.

 

 

Al-Quran surah Al-Mukmin (surah ke-40) ayat 11.

 

 

قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَىٰ خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ

    

 

Mereka menjawab,”Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?

 

 

Hidup itu 2 kali dan jenisnya juga beraneka ragam.

 

 

Ada kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia.

 

 

Ada kehidupan Allah,.

 

Ada kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

 

 

Ada orang masih beredar darahnya dan berdenyut jantungnya, tetapi dinilai telah mati.

 

 

Dan ada pula yang otak dan jantungnya tidak berfungsi lagi.

 

 

Tetapi menurut Allah dia masih hidup dan memperoleh rezeki dari Allah.

 

 

Al-Quran surah Fathir (surah ke-35) ayat 22.

 

وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ

     

 

Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.

 

 

Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 169.

 

 

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

 

 

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

 

 

Kehidupan yang pertama sangat pendek, sebentar, dan singkat dibanding kehidupan yang kedua yang kekal abadi,’

 

 

Tetapi nilai kehidupan yang kedua ditentukan oleh pandangan kita dan buahnya terhadap kehidupan pertama.

 

 

Kedua kehidupan itu pada hakikatnya sangat berhubungan dan berkesinambungan.

 

 

Tetapi makin tinggi nilai kehidupan seseorang, dia makin bebas dari kebutuhan hidup di dunianya.

 

 

Kehidupan yang kedua, yaitu kehidupan di akhirat adalah kehidupan sempurna.

 

Kehidupan di akhirat, orang akan terbebas dari segala macam kebutuhan hidupnya.

 

 

Kehidupan di akhirat bebas dari kebutuhan “fa'ali” (makan, minum, dan seksual).

 

 

Karena semuanya tersedia dengan melimpah.

 

 

Dan bebas dari perasaan sedih, gelisah, dan takut.

 

 

 

Karena tidak ada sesuatu yang ditakuti, disesali.

 

 

Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 62.

 

 

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ ۚ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

     

Sesungguhnya orang mukmin, orang Yahudi, orang Nasrani dan orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 112.

 

بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

 

 

(Tidak demikian) bahkan barang siapa menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan dia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

 

 

 

Manusia adalah makhluk social.

 

 

Sehingga manusia harus bekerja sama dengan sesamanya untuk kelangsungan hidupnya di dunia.

 

 

Manusia dituntut untuk mengembangkan kemanusiaan dalam dirinya sendiri.

 

 

Juga dituntut mengembangkan kemanusiaan dalam masyarakatnya.

 

 

Manusia butuh ilmu yang sangat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain selama kehidupan di dunia sekarang.

 

 

 

Di akhirat kelak masing-masing manusia datang sendirian untuk tanggung jawab perbuatannya.

 

 

Keimanan dan amal kebaikan dalam kehidupan di dunia, sangat menentukan berhasil atau gagalnya kehidupan di akhirat kelak.

 

 

Di akhirat kelak orang akan mendapat kebahagiaan.

 

 

 Atau menderita dalam siksaan dalam neraka Jahanam.

 

 

Merasakan bahagia di akhirat atau menderita siksaan dalam neraka Jahanam.

 

 

Semuanya ditentukan sikap, perilaku, dan perbuatan manusia sendiri selama hidupnya di dunia.

 

 

.

Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.    Tafsirq.com online

 

 

9754. JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI PEMANDU HIDUP

 


JADIKAN  AL-QURAN SEBAGAI PEMANDU HIDUP

Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Islam beruntung punya rujukan Al-Quran yang tak habis dikaji sepanjang masa.

 

 

Selalu ada hal baru, meskipun samudera maknanya ditimba terus-menerus dengan berbagai perspektif.

 

 

Umat Islam harus menjadikan Al-Quran sebagai pemandu.

 

 

Abbas Mahmud menyatakan bahwa aliran pemikiran dan ideologi dunia ciptaan manusia akan larut.

 

 

Tapi pesan yang ditimba dari Al-Qur’an akan tetap bertahan.

 

Manusia mencari pergantungan spiritual yang kokoh.

 

Yang tidak terombang-ambing tarikan materialis yang kasar dan ganas.

 

 

Agama mengajarkan kita agar selalu optimis.

 

Jangan larut dalam pesimis.

 

 

Ada karakter pembangkangan dan pengkhianatan Yahudi dan Nasrani di zaman Rasulullah.

 

 

Jika umat Islam mengulangi perilaku sama, maka bisa  tergolong yang dicela dan tersesat.

 

 

Mengoreksi dan menertawakan diri sendiri itu penting.

 

 

Harus ada orang dalam yang mengkritik diri sendiri.

 

 

Seperti Buya Hamka dan AA Navis mengkritik budaya Minang.

 

Ajip Rosidi mengkritik budaya Sunda.

 

 

WS Rendra mengkritik Jawa dengan istilahnya budaya kasur tua.

 

Dalam mengkritik, norma pokok Al-Qur’an bisa menjadi acuan.

 

Misalnya nilai universal keadilan, kesetaraan, kebaikan, dan ketakwaan.

 

 

Pemahaman keliru tentang Al-Qur’an menjadi salah satu alasan umat Islam berpecah belah.

 

 

Ada kesenjangan perilaku umat Islam dengan pesan Al-Qur’an.

 

 

Al-Qur’an memerintahkan untuk adil, bersaudara, mendamaikan yang bertikai.

 

 

Tetapi dalam praktiknya umat Islam sering bertikai dan berlaku otoritarian.

 

 

Al-Qur’an memberi predikat umat Islam khairu ummah (umat terbaik).

 

Tetapi ternyata, umat Islam  tertinggal, terbelakang, dan sering kalah dalam lomba  peradaban.

 

 

Khairu ummah ingin umat Islam unggul berkonstribusi positif bagi semua manusia.

 

 

Sesuai pesan Rasulullah sebaik-baik manusia adalah paling bermanfaat bagi lainnya.

 

 

Dalam konteks ini, sebaik-baik umat juga paling bermanfaat bagi kehidupan bersama.

 

 

Dalam masyarakat majemuk umat Bergama diharapkan tetap bersatu sebagai manusia sederajat.

 

Perbedaan dan keragaman agama adalah kenyataan tidak perlu disesali.

 

 

Adanya keragaman agama  dimungkinkan saling memahami dan kerja sama dalam kebaikan.

 

 

 Jangan sampai keragaman agama menjadi alasan pemicu konflik.

 

 

Menurut Ghazali, sikap tidak menjiwai Al-Qur’an.

 

 

Atau hanya sekadar jadi bacaan keagamaan itu kezaliman terhadap Al-Qur’an.

 

 

Al-Qur’an terbukti mampu mengubah peradaban Arab Jahiliah.

 

 

Dari bangsa biadab menjadi beradab.

 

 

Al-Qu’ran mengajar sistem berkeadilan, musyawarah, dan menolak kezaliman.

 

 

Mencintai perdamaian dan kesetaraan derajat manusia di hadapan Allah.

 

 

Menanggalkan sekat sektarian, meluruhkan kesombongan, dan seterusnya.

 

 

Berkat Al-Qur’an, bangsa Arab menemukan peradaban baru.

 

 

Yang menempatkan manusia pada bangunan kemanusiaan begitu tinggi.

 

Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 15-16.

 

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ

 

 

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.

يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

 

 

Dengan kitab itu Allah menunjuki orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan lurus.

 

 

 

 

Al-Qur’an dengan wahyu awal perintah iqra yang menghendaki berpikir, bertadabbur, merenung, merefleksi.

 

 

Al-Qur’an diturunkan dari Langit untuk kepentingan dan kebaikan semesta.

 

Bagi orang beriman, Al-Qur’an pasti benar secara mutlak.

 

 

Tetapi tafsiran manusia terhadap ayat Al-Quran tidak pernah mencapai posisi serba mutlak.

 

 

Jika ada pihak yang monopoli kebenaran.

 

Maka artinya mengambil alih peran Allah sebagai sumber kebenaran tertinggi dan sejati.

 

Al-Qur’an itu luar biasa, sangat toleran.

 

Al-Qur’an pasti benar, tapi otak Muslim belum tentu benar.

 

Semangat Al-Qur’an agar hidup dalam masyarakat yang multikultural.

 

 

Al-Qur’an mengingatkan bahwa jika Allah berkehendak, maka semua manusia di muka bumi ini diciptakan beriman.

 

 

Tetapi itu tidak dikehendaki oleh Allah.

 

Al-Quran surah Yunus (surah ke-10) ayat 99.

 

 

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

 

 

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang beriman semuanya?

 

 

(Sumber suara.muhammadiyah)