Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Wednesday, November 1, 2017

436. NON

UKHUWAH DENGAN NON-MUSLIM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan orang pemeluk agama non-Muslim menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang membentuk kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Al-Quran memberikan pedoman dan petunjuk tentang “ukhuwah” (persaudaraan) dengan orang-orang non-Muslim seperti dalam Al-Quran surah Al-Kafirun, surah ke-109 ayat 6.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
  
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku”. 
        Al-Quran menjelaskan tidak perlu terjadi pertengkaran antara umat Islam dengan non-Muslim, karena Allah kelak akan mengumpulkan semuanya dan kepada Allah kembali segala sesuatu.
      Al-Quran surah Asy-Syura, surah ke-42 ayat 15.

فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
 
    “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah,”Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antaramu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya  kembali (kita)”.
   Al-Quran juga menganjurkan agar mencari persamaan dan titik temu antara  pemeluk agama yang berbeda, dan Al-Quran menganjurkan agar tetap berinteraksi  sosial, apabila tidak ditemukan persamaan, maka hendaknya saling menghormati dan mengakui  keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan. 
      Al-Quran surah Ali 'Imran, surah ke-3 ayat 64.  

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
       
      “Katakanlah,”Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka,”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
     Al-Quran mengajarkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama selain Islam bahwa setelah kalimat “sawa” (titik temu) tidak tercapai, maka dikatakan bahwa masing-masing akan bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri.
     Al-Quran surah Saba, surah ke-34 ayat 24-26. 
۞ قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
 
   “Katakanlah,”Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah,”Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah,”Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”. Katakanlah,”Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”.
      Menjalin “ukhuwah” (persaudaraan) antara seorang Muslim dan non-Muslim    tidak dilarang menurut ajaran Islam, asalkan pihak lain menghormati hak kaum Muslim.
     Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 8.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
   
    ”Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
   Ketika beberapa sahabat Nabi menghentikan bantuan keuangan dan material  kepada  penganut agama lain dengan alasan bahwa mereka bukan  Muslim, maka Al-Quran  menegur mereka.
     Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 272. 

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

      “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

436. NON

UKHUWAH DENGAN NON-MUSLIM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan orang pemeluk agama non-Muslim menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang membentuk kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Al-Quran memberikan pedoman dan petunjuk tentang “ukhuwah” (persaudaraan) dengan orang-orang non-Muslim seperti dalam Al-Quran surah Al-Kafirun, surah ke-109 ayat 6.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
  
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku”. 
        Al-Quran menjelaskan tidak perlu terjadi pertengkaran antara umat Islam dengan non-Muslim, karena Allah kelak akan mengumpulkan semuanya dan kepada Allah kembali segala sesuatu.
      Al-Quran surah Asy-Syura, surah ke-42 ayat 15.

فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
 
    “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah,”Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antaramu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya  kembali (kita)”.
   Al-Quran juga menganjurkan agar mencari persamaan dan titik temu antara  pemeluk agama yang berbeda, dan Al-Quran menganjurkan agar tetap berinteraksi  sosial, apabila tidak ditemukan persamaan, maka hendaknya saling menghormati dan mengakui  keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan. 
      Al-Quran surah Ali 'Imran, surah ke-3 ayat 64.  

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
       
      “Katakanlah,”Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka,”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
     Al-Quran mengajarkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama selain Islam bahwa setelah kalimat “sawa” (titik temu) tidak tercapai, maka dikatakan bahwa masing-masing akan bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri.
     Al-Quran surah Saba, surah ke-34 ayat 24-26. 
۞ قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
 
   “Katakanlah,”Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah,”Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah,”Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”. Katakanlah,”Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”.
      Menjalin “ukhuwah” (persaudaraan) antara seorang Muslim dan non-Muslim    tidak dilarang menurut ajaran Islam, asalkan pihak lain menghormati hak kaum Muslim.
     Al-Quran surah Al-Mumtahanah, surah ke-60 ayat 8.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
   
    ”Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
   Ketika beberapa sahabat Nabi menghentikan bantuan keuangan dan material  kepada  penganut agama lain dengan alasan bahwa mereka bukan  Muslim, maka Al-Quran  menegur mereka.
     Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 272. 

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

      “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

435. ALAM

UKHUWAH DENGAN ALAM SEKITAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan alam sekitar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   Faktor “perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
      Kata “alam” menurut KBBI V bisa diartikan segala yang ada di langit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)”,  “lingkungan kehidupan”, “segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu kesatuan”,”segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini”, “yang bukan buatan manusia, “dunia”, “kerajaan”, “daerah”, dan “negeri”.
    Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan, yaitu petunjuk yang berkaitan  dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
      Untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan) pada arti yang umum, misalnya ukhuwah dengan alam sekitar, maka  Islam memperkenalkan  konsep “khalifah”, artinya manusia diangkat oleh Allah sebagai “khalifah”, sehingga menuntut manusia untuk merawat, menjaga, melihara, membimbing, dan mengarahkan alam sekitar agar mencapai maksud dan tujuan  penciptaannya. 
     Karena itu, Nabi Muhammad melarang  umat Islam memetik buah sebelum siap  untuk dimanfaatkan, melarang memetik kembang sebelum mekar, dan melarang menyembelih binatang yang terlalu kecil.
     Nabi Muhammad juga mengajarkan agar umat Islam selalu  bersikap bersahabat dengan  alam sekitar, meskipun terhadap benda yang tidak bernyawa, dan Al-Quran tidak mengenal istilah “menaklukkan alam”, karena secara tegas Al-Quran  menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah.
      Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
   
  “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Secara tegas juga umat Islam diajarkan  untuk  mengakui  bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan alam sekitar dan segala sesuatu, selain atas bantuan Allah.
      Pada saat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan berdoa,”Maha Suci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kesanggupan  untuk  menundukkannya.
      Al-Qura surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

      “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Tuesday, October 31, 2017

434. MACAM

MACAM-MACAM UKHUWAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Macam macam ukhuwah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil  dari  akar  kata  yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan”  mengharuskan  adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
   “Perhatian” pada  mulanya  muncul karena  adanya persamaan orang yang  bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya  “ukhuwah” diartikan  sebagai  “setiap  persamaan  dan  keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari  segi  ibu,  bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
      Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup  persamaan dalam salah  satu  unsurnya seperti  suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang  membentuk  kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.  
     Para ulama menjelaskan bahwa selama ini istilah “Ukhuwah Islamiah” diartikan “Persaudaraan yang dijalin dengan sesama umat Islam”, dengan kata lain, “Persaudaraan sesama Islam”, atau “Persaudaraan sesama Muslim”, sehingga kata “Islamiah”  adalah “pelaku” ukhuwah itu. 
     Pemahaman seperti ini kurang tepat, karena kata “Islamiah” yang dirangkaikan dengan kata “ukhuwah” lebih tepat dipahami  sebagai “adjektiva”, sehingga  “Ukhuwah Islamiah” artinya “Persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam”.
     Alasannya adalah Al-Quran dan hadis Nabi memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan, dan karena alasan kebahasaan.
      Dalam bahasa Arab, kata “sifat” selalu harus disesuaikan dengan “yang disifatinya”, apabila “yang disifati” berbentuk “indefinitif” dan “feminin”, maka kata “sifatnya” harus juga demikian.
      Al-Quran mengenalkan bermacam-macam “ukhuwah” (persaudaraan).
      Pertama, “Ukhuwah Ubudiyah”, yaitu saudara sesama makhluk Allah atau sesama kesetundukan kepada Allah.
      Kedua, “Ukhuwah Insaniyah” atau “Ukhuwah Basyariyah”, yaitu saudara sesama umat manusia, karena semua manusia adalah bersaudara.
      Ketiga, “Ukhuwah Wathaniyyah”, yaitu saudara sebangsa dan seketurunan, dan sesama hamba Allah adalah bersaudara.
      Keempat, “Ukhuwah Islamiah”, yaitu saudara sesama umat Islam, karena Nabi bersabda,”Kalian adalah para sahabatku, sedangkan para pemeluk Islam setelah wafatku adalah saudaraku”.
     Kata “Ukhuwah” yang secara jelas dinyatakan dalam Al-Quran adalah “persaudaraan seagama Islam”, dan “persaudaraan yang jalinannya bukan karena agama”, hal itu tecermin dari pengamatan terhadap penggunaan bentuk jamak dalam Al-Quran, yang menunjukkan dua arti kata “akh”, yaitu “ikhwan” dan “ikhwat”.
      Kata “ikhwan” biasanya dipakai untuk “saudara yang tidak sekandung”, dan kata “ikhwan” ditemukan sebanyak 22 kali sebagian disertakan dengan kata “addin” (agama) seperti dalam Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 11.

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
    
“Jika mereka bertobat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui”.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 220. 

فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۗ وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
   
  “Tentang dunia dan akhirat, dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah, “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
     Teks ayat Al-Quran tersebut secara tegas dan nyata menunjukkan bahwa Al-Quran memperkenalkan “persaudaraan seagama” dan “persaudaraan tidak seagama”. 
     Bentuk jamak kedua yang digunakan dalam Al-Quran adalah “ikhwat”, terdapat   sebanyak 7 kali  dan dipakai  untuk  makna “persaudaraan seketurunan”, kecuali satu ayat, yaitu dalam Al-Quran surah Al-Hujurat , surah ke-49 ayat 10. 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
   
     “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
      Al-Quran menggunakan kata “ikhwah” dalam  arti “persaudaraan seketurunan” ketika berbicara tentang “persaudaraan sesama Muslim”, padahal kata “ikhwan”  digunakan  untuk  makna  “persaudaraan  tidak  seketurunan”
      Hal itu untuk  mempertegas dan mempererat jalinan hubungan antara sesama-Islam, seakan-akan hubungan  tersebut  bukan  saja dijalin oleh keimanan, yang dalam ayat itu ditunjukkan dngan kata “al-mukminun”,  tetapi juga terjalin dalam “persaudaraan seketurunan”,  yang ditunjukkan oleh kata “ikhwah”.
       Sehingga  umat Islam mempunyai kewajiban ganda, yaitu umat Islam agar  selalu  menjalin  hubungan persaudaraan yang harmonis di antara sesama umat Islam, dan tidak ada  alasan untuk  memunculkan keretakan hubungan sesama umat Islam.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.