Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, February 2, 2018

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

679. SAHWI

SUJUD SAHWI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tata cara sujud sahwi menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
    Kata “sujud” (menurut KBBI V) dapat diartikan “berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil membaca tabih”, atau “pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah”.
    Gerakan sujud adalah salah satu bagian posisi ibadah dalam agama Islam. Terdapat  empat macam sujud, yaitu sujud dalam salat, sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.
     “Sujud sahwi” adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu jumlah bilangan rakaat dalam salatnya. “Sujud syukur” adalah sujud ketika memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan, atau terlepas dari kesulitan atau musibah.
      Penyebab sujud sahwi adalah berikut ini.
      Pertama, orang yang melaksanakan salat, tetapi lupa tidak mengerjakan sunah “muakkad” yaitu tidak mengerjakan tasyahud awal atau tidak membaca kunut pada salat Subuh, maka hendaklah ia sujud sahwi sebelum salam.
      Kedua, orang yang mengerjakan salat, tetapi ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya, misalnya ia merasa telah mengerjakan salat Zuhur tiga rakaat atau empat rakaat, hendaknya dianggap rakaat yang diyakininya yaitu tiga rakaat, maka ia menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
      Ketiga, orang yang salat tetapi kelebihan jumlah rakaatnya, misalnya salat Magrib dikerjakan empat rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Keempat, orang yang salat tetapi kekurangan jumlah rakaatnya, misalnya salat Isya dikerjakan tiga rakaat, maka ia sujud sahwi sebelum salam.
      Sebagaian ulama berpendapat bahwa cara sujud sahwi adalah berikut ini: pada posisi duduk tahiyat akhir, sebelum mengucapkan salam, maka sujud lagi dengan membaca doa sujud seperti biasa, lalu duduk di antara dua sujud berdoa seperti biasa, sujud kedua berdoa seperti biasa, dan duduk akhir mengucapkan salam.
      Dalam sujud sahwi dianjurkan membaca “subhana manla yanamu wala yanhu”.

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو “
 
   “Maha Suci Allah Yang tidak tidur dan tidak lupa.”
       Sujud sahwi hukumnya sunah, makmum mengikuti gerakan imam. Jika imam sujud sahwi maka makmun mengikutinya, jika imam tidak sujud sahwi maka makmum dilarang mengerjakan sujud sahwi sendirian.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

Wednesday, January 31, 2018

678. BATAL

MEMBATALKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hal-hal yang dapat membatalkan salat menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
      Salat fardu atau salat wajib adalah salat yang harus dikerjakan oleh setiap orang Islam yang “mukalaf” (orang yang telah balig lagi berakal) sebanyak lima kali dalam sehari semalam.
      Kata “batal” (menurut KBBI V) dapat diartikan “tidak berlaku”, “tidak sah”, “tidak jadi dilangsungkan”, “ditunda”, urung”, “tidak berhasil”, atau “gagal”.
      Kata “rukun” menurut KBBI V dapat diartikan “yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan”, “asas”, “dasar”, atau “sendi”.
      Kata “syarat” dapat diartikan “janji (sebagai tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi”, “segala sesuatu yang perlu atau harus ada (sedia, dimiliki, dan sebagainya)”, “segala sesuatu yang perlu untuk menyampaikan suatu maksud”, “ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan”, biaya (barang-barang dan sebagainya) yang harus diberikan kepada guru silat, dukun, dan sebagainya”.
      Hal-hal yang membatalkan salat adalah sebagai berikut.
      Pertama, meninggalkan salah satu rukun dalam salat atau sengaja memutuskan rukun dalam salat sebelum sempurna, maka salatnya batal.
     Rukun salat adalah: berniat salat, dengan berdiri bagi orang yang mampu, takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah, rukuk dengan “tumakninah” (diam sebentar), iktidal dengan “tumakninah”, sujud dua kali dengan “tumakninah”, duduk di antara dua sujud dengan tumakninah, duduk akhir, membaca doa tasyahud akhir,  membaca selawat Nabi Muhammad, mengucapkan salam pertama (dengan menoleh ke kanan), menertibkan rukun.
      Kedua, meninggalkan salah satu syarat dalam salat, maka salatnya batal.
      Syarat sah salat adalah: suci dari hadas kecil dan hadas besar; suci tubuh, pakaian, dan tempat salat; menutup aurat; mengetahui masuknya waktu salat; dan menghadap ke arah kiblat.
      Ketiga, yang membatalkan salat adalah sengaja berbicara yang tidak berhubungan dengan salat. Keempat, banyak bergerak atau bergerak tiga kali berturutan. Kelima, makan dan minum ketika salat, maka salatnya batal.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

678. BATAL

MEMBATALKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hal-hal yang dapat membatalkan salat menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
      Salat fardu atau salat wajib adalah salat yang harus dikerjakan oleh setiap orang Islam yang “mukalaf” (orang yang telah balig lagi berakal) sebanyak lima kali dalam sehari semalam.
      Kata “batal” (menurut KBBI V) dapat diartikan “tidak berlaku”, “tidak sah”, “tidak jadi dilangsungkan”, “ditunda”, urung”, “tidak berhasil”, atau “gagal”.
      Kata “rukun” menurut KBBI V dapat diartikan “yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan”, “asas”, “dasar”, atau “sendi”.
      Kata “syarat” dapat diartikan “janji (sebagai tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi”, “segala sesuatu yang perlu atau harus ada (sedia, dimiliki, dan sebagainya)”, “segala sesuatu yang perlu untuk menyampaikan suatu maksud”, “ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan”, biaya (barang-barang dan sebagainya) yang harus diberikan kepada guru silat, dukun, dan sebagainya”.
      Hal-hal yang membatalkan salat adalah sebagai berikut.
      Pertama, meninggalkan salah satu rukun dalam salat atau sengaja memutuskan rukun dalam salat sebelum sempurna, maka salatnya batal.
     Rukun salat adalah: berniat salat, dengan berdiri bagi orang yang mampu, takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah, rukuk dengan “tumakninah” (diam sebentar), iktidal dengan “tumakninah”, sujud dua kali dengan “tumakninah”, duduk di antara dua sujud dengan tumakninah, duduk akhir, membaca doa tasyahud akhir,  membaca selawat Nabi Muhammad, mengucapkan salam pertama (dengan menoleh ke kanan), menertibkan rukun.
      Kedua, meninggalkan salah satu syarat dalam salat, maka salatnya batal.
      Syarat sah salat adalah: suci dari hadas kecil dan hadas besar; suci tubuh, pakaian, dan tempat salat; menutup aurat; mengetahui masuknya waktu salat; dan menghadap ke arah kiblat.
      Ketiga, yang membatalkan salat adalah sengaja berbicara yang tidak berhubungan dengan salat. Keempat, banyak bergerak atau bergerak tiga kali berturutan. Kelima, makan dan minum ketika salat, maka salatnya batal.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

678. BATAL

MEMBATALKAN SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hal-hal yang dapat membatalkan salat menurut  agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

       “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikan salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
      Salat fardu atau salat wajib adalah salat yang harus dikerjakan oleh setiap orang Islam yang “mukalaf” (orang yang telah balig lagi berakal) sebanyak lima kali dalam sehari semalam.
      Kata “batal” (menurut KBBI V) dapat diartikan “tidak berlaku”, “tidak sah”, “tidak jadi dilangsungkan”, “ditunda”, urung”, “tidak berhasil”, atau “gagal”.
      Kata “rukun” menurut KBBI V dapat diartikan “yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan”, “asas”, “dasar”, atau “sendi”.
      Kata “syarat” dapat diartikan “janji (sebagai tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi”, “segala sesuatu yang perlu atau harus ada (sedia, dimiliki, dan sebagainya)”, “segala sesuatu yang perlu untuk menyampaikan suatu maksud”, “ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan”, biaya (barang-barang dan sebagainya) yang harus diberikan kepada guru silat, dukun, dan sebagainya”.
      Hal-hal yang membatalkan salat adalah sebagai berikut.
      Pertama, meninggalkan salah satu rukun dalam salat atau sengaja memutuskan rukun dalam salat sebelum sempurna, maka salatnya batal.
     Rukun salat adalah: berniat salat, dengan berdiri bagi orang yang mampu, takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah, rukuk dengan “tumakninah” (diam sebentar), iktidal dengan “tumakninah”, sujud dua kali dengan “tumakninah”, duduk di antara dua sujud dengan tumakninah, duduk akhir, membaca doa tasyahud akhir,  membaca selawat Nabi Muhammad, mengucapkan salam pertama (dengan menoleh ke kanan), menertibkan rukun.
      Kedua, meninggalkan salah satu syarat dalam salat, maka salatnya batal.
      Syarat sah salat adalah: suci dari hadas kecil dan hadas besar; suci tubuh, pakaian, dan tempat salat; menutup aurat; mengetahui masuknya waktu salat; dan menghadap ke arah kiblat.
      Ketiga, yang membatalkan salat adalah sengaja berbicara yang tidak berhubungan dengan salat. Keempat, banyak bergerak atau bergerak tiga kali berturutan. Kelima, makan dan minum ketika salat, maka salatnya batal.

Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online