Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, August 24, 2009

9. Cermin : Sifat guru yang disukai siswa


Guru yang disukai siswa memiliki sifat sbb:

1. ramah, sabar, dan selalu tampil menarik

2. bersedia memahami sifat dan karakter setiap siswa.

3. suka membantu, tenang, adil, dan tegas ( tapi, bukan keras )

4. cerdas, memiliki minat yang luas.

5. humoris, mampu bergaul secara proporsional, dan ...up to date.

8. Rangkuman: Memperlambat Penuaan


cara memperlambat penuaan sbb:

1. suka makan sayuran

2. makan tidak berlebihan.

3. senang melakukan pekerjaan fisik.

4. lingkungan hidup yang sehat.

5. istirahat yang cukup.

6. menikmati pekerjaan sehari-hari.

7. selalu berpikir positif.

8. bergaya hidup yang sehat: olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum alkohol,

tidak menyalahgunakan narkoba.

Friday, August 21, 2009

15. Evaluasi diri: Guru wajib dan haram di sekolah kita

GURU “WAJIB” DAN GURU “HARAM”


DI SEKOLAH KITA



Oleh : Drs. Yusron Hadi, MM (Kepala SMP Negeri 2 Buduran Sidoarjo)





(Dimuat majalah Media Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur

Edisi Februari 2003 halaman 6 dan 7)









PENDAHULUAN

Penggolongan guru di sekolah kita didekati dengan istilah hukum dalam agama Islam, pendekatan ini bukanlah untuk mencampuradukkan atau merendahkan nilai istilah hukum tersebut. Tetapi hanya sekedar untuk memudahkan pemahaman kita, karena arti dari istilah hukum tersebut sangat akrab bagi kita.

Abdullah Gymnastiar (2002), mengatakan : “Tanpa diawali keberanian menilai dengan jujur diri sendiri, maka tidak akan ada perubahan dan perbaikan. Orang yang tidak berani melihat kekurangan dirinya berarti sudah menipu dirinya sendiri.”



I. GURU “WAJIB”

Tipe guru ini memiliki ciri : keberadaannya sangat disukai, dibutuhkan, harus ada. Sehingga jika dia tidak ada, akan membuat para siswa, guru, dan pegawai yang lain merasa sangat kehilangan. Dia disenangi karena pribadinya yang sangat mengesankan. Wajahnya selalu jernih dengan senyum tulus yang dapat menyenangkan siapapun yang berjumpa dengannya.

Tutur katanya santun, tidak pernah melukai hati siapapun. Pembicaraannya sangat bijak, dia ramah, sabar dan bersedia memahami tiap murid, suka membantu, adil dan tegas terhadap murid – muridnya. Dia pandai mengajar dan membangkitkan motivasi serta memiliki rasa humor yang menyegarkan, sehingga dia sangat disenangi murid-muridnya.

Penampilannya selalu rapi, bersih dan bersahaja, tidak sombong meskipun ilmu, kedudukan dan kekayaannya sangat tinggi. Dia tidak suka membedakan dan menonjolkan diri, dia sabar, pemaaf dan tidak pernah memendam perasaan benci dan dendam kepada siapapun.

Etos kerjanya sangat tinggi, sehingga lingkungannya terpengaruh semangat kerjanya. Dia sangat menyenangi pekerjaannya sebagai guru. Baginya bekerja adalah ibadah, dan kepuasan batin lebih diutamakan dibanding kesejahteraan dirinya.

Tidak ada istilah cari muka, jilat ke atas, sikut samping atau injak bawah. Ibadahnya sangat baik, tanpa ada pihak manapun yang terganggu. Setiap berdoa, dia selalu menambahkan doa khusus untuk murid-muridnya, agar kelak menjadi manusia dewasa yang lebih berhasil dibandingkan dirinya. Dia tidak pernah sungkan bertanya dan minta pendapat kepada siapapun. Hal ini membuat dia cepat berubah dalam memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukannya. Semangat menambah ilmu sangat tinggi. Dia selalu menyediakan waktu, dana, dan tenaga untuk memperluas wawasan. Dia tidak memandang muridnya sebagai bawahan, tetapi sebagai mitra potensial. Dia tidak mengharapkan muridnya kelak berterima kasih padanya, dia melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan antusias, semangat, tenang dan senang.

Keadaan keluarganya yang serasi, harmonis, dan tampak berbahagia menjadi contoh pribadi yang berusaha menjaga keseimbangan hak dan kewajiban dalam bekerja, bermasyarakat, maupun berumah tangga.



GURU “SUNNAH”

Tipe guru ini memiliki ciri : kehadiran dan keberadaannya memang menyenangkan. Tetapi jika dia tidak ada, kelihatannya para siswa, guru, dan pegawai yang lain tidak terlalu merasakan sebagai suatu kehilangan. Sebenarnya tipe guru ini hampir mirip dengan guru “Wajib”. Dia berprestasi, pribadi menyenangkan, dan etos kerjanya tinggi. Hanya saja ketika dia tidak ada, lingkungannya tidak terlalu merasa kehilangan. Mungkin kualitas ketulusannya belum membekas dalam hati, sebab kenangan indah dalam hati hanya bisa diukir dengan perbuatan yang berasal dari hati juga. Barangkali sikap, perilaku, dan prestasi kerja yang dilakukannya hanyalah demi uang, pangkat, dan pujian semata.



GURU “MUBAH”

Ciri tipe guru ini adalah ada dan tiadanya sama saja. Kehadirannya tidak membawa manfaat atau kerugian apapun, dan kepergiannya tidak membuat kehilangan. Dia tidak memiliki semangat, tidak mempunyai motivasi. Dia melaksanakan tugasnya sebagai guru hanya asal mengajar, asal bekerja. Sehingga kehidupannya tidak menarik, datar- datar saja. Dia hanya menghabiskan jatah umur saja.



GURU “MAKRUH”

Ciri Tipe guru ini adalah kehadirannya akan menimbulkan masalah, dan ketidakhadirannya tidak menjadi masalah. Ketika dia berada di sekolah akan menjadi masalah, karena kehadirannya akan membuat suasana tidak nyaman. kenyamanan terwujud justru ketika dia tidak ada. Kemunculannya akan mengganggu lingkungan sekitar. Tercium bau keringatnya, dan bau mulutnya tidak segar. Jika berbicara menyinggung perasaan, dan waktu bergurau sangat vulgar, sehingga membuat malu pendengarnya. Pekerjaannya sebagai guru tidak tuntas, mengajar seenaknya dan mengganggu kinerja yang lain.



GURU “HARAM”

Tipe guru ini sangat merugikan dan tidak diharapkan kehadirannya. Akhlak dan perilakunya sangat buruk. Dia sering menfitnah, mengadu domba, penuh tipu daya dan tidak jujur. Dia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai guru, dan suka mengambil yang bukan haknya. Dia hanya melakukan sesuatu yang dianggap menguntungkan dirinya saja, tanpa peduli aturan dan hak-hak orang lain. Etos kerjanya sangat buruk, dia bukan menyelesaikan masalah, tetapi pembuat masalah. Ketika dia tidak ada, maka lingkungannya akan slametan dalam suasana bergembira ria.



KESIMPULAN

Tentu saja, siapa pun boleh menambahkan ciri-ciri yang lain pada setiap tipe guru di atas. Semoga hal tersebut dapat menjadi bahan renungan buat kita semua, agar mampu mengubah diri kita menjadi lebih baik, dan selalu berusaha untuk  menjadi “guru yang wajib ada”, semoga!



DAFTAR RUJUKAN

Gymnastiar, Abdullah, 2002 : Lima Tipe Karyawan / Pejabat di Kantor Kita. Penerbit : MQS Pustaka Grafika, Bandung.

Harefa, Andrias, 2001: Pembelajaran di Era Otonomi. Penerbit Buku Kompas, Jakarta

6. Humor: Guru...dulu, sekarang, dan masa depan


GURU...

DULU ...G-Gajinya kecil
U-Untuk makan saja a
R-Rumahnya nyewa
U-Utangnya banyak

SEKARANG ... G-Golongan /pangkat tinggi
U-Untuk penampilan saja
R-Rumahnya bisa ditempati
U-Utangnya lunas

MASA DEPAN ... G-Gajinya besar
U-Untuk menumpuk gelar
R-Rumahnya banyak
U-Untuk kawin lagi ?...jangan ah!

(yusron hadi, dimuat majalah Media No 08 Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur Edisi Oktober 2002 halaman 18)

Thursday, August 20, 2009

5.Zuhud, Renungan: KUNCI ZUHUD


KUNCI ZUHUD:

SAYA TAHU, RIZKIKU TIDAK MUNGKIN DIAMBIL ORANG LAIN

KARENANYA HATIKU TENANG.

SAYA TAHU, AMAL-AMALKU TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN ORANG LAIN

KARENANYA, KUSIBUKKAN DIRIKU UNTUK BERAMAL

SAYA TAHU, ALLAH SELALU MELIHATKU

KARENANYA, AKU MALU JIKA ALLAH MENDAPATIKU BERBUAT MAKSIAT

SAYA TAHU, KEMATIAN MENANTIKU

KARENANYA, KUSIAPKAN BEKAL UNTUK MENGAHADAP KEHADIRAT TUHANKU.

(HASAN AL-BASHRI)

Monday, August 17, 2009

4. Nikah, Foto akad nikah Pandu-Han, Jumat Legi, 17-7-2009

Yusron menikahkan putrinya, Hanzrah dg Pandu, Jumat Legi 17-7-2009
Akad nikah di Masjid Al-Ishlah Panjunan, 17-7-2009

Sunday, August 16, 2009

3. Matematika, Bagaimana mengajar matematika yang benar

Bagaimana Mengajar Matematika yang BenarPernahkah Anda sebagai pengajar merasa kesulitan mengajar matematika kepada anak didik? Mungkin Anda yakin sudah mengajarkan matematika kepada anak didik dengan benar, tetapi mengapa nilai mereka tidak mencapai target Anda? Anda tidak sendirian dalam hal ini, banyak orang tua juga merasakan hal yang sama. “Matematika itu susah” merupakan pernyataan klasik. Bisa jadi sebagian besar anak didik Anda membenarkan kalimat tersebut. Apalagi mereka yang tidak menyukai matematika pasti beranggapan bahwa ilmu pasti ini rumit, njelimet, membingungkan, dan bikin pusing saja. Akhirnya mereka pun jadi malas belajar matematika. Satu hal yang harus Anda pahami dan sadari, tidak semua siswa mempunyai tingkat intelektual tinggi. Kemampuan setiap siswa menangkap materi pelajaran yang disampaikan berbeda-beda. “Setiap anak memiliki daya nalar yang berbeda. Respon mereka terhadap materi yang disampaikan guru ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Memaksa dan memarahi anak didik tidak akan membuahkan hasil seperti harapan Anda,” demikian penuturan Guru Besar Psikologi dan pengamat pendidikan Universitas Diponegoro dalam Suplemen Pendidikan Media Indonesia (3 Mei 2002). Khusus untuk mata pelajaran matematika, jangan menyuruh anak menghafal rumus. Hal ini juga ditegaskan Seto Mulyadi, ahli psikologi anak. Seperti dikutip dari majalah Bobo, 18 Juni 2001, menurutnya, matematika merupakan ilmu pasti yang menuntut pemahaman dan ketekunan berlatih. Menghafal rumus dan cara mengerjakan soal bukan langkah tepat membuat anak cakap dalam ilmu ini. Pendidik seharusnya memiliki metode mengajar yang menggugah minat siswanya. Seorang guru matematika kelas 6 SDK 2 Penabur Jakarta, Hennyriawati ( Kompas, 3 Oktober 2004) memiliki cara mengajar yang dapat dicontoh. Dia selalu memberi contoh manfaat belajar matematika kepada anak didiknya yang malas belajar matematika. “Saya selalu menyadarkan mereka akan manfaat dan nilai penting belajar matematika. Tips belajar matematika juga saya berikan agar mereka melakukannya,” tutur Henny.Tanamkan pada anak didik, dengan belajar matematika kita akan tahu dan bisa mengukur berapa jauh jalan balik menuju tempat semula sehingga tidak tersesat. Kita juga bisa mengatur uang saku yang harus dikeluarkan dan berapa rupiah sisanya yang bisa ditabung. Dalam matematika seringkali terdapat banyak soal cerita. Ketika mengerjakan soal cerita, kita dituntut mengaitkan beberapa hal sehingga dapat membuat logika kita berjalan.Beberapa tips berikut ini dapat diterapkan oleh guru untuk mempelajari matematika.• Sebagai pendidik berusahalah supaya cara mengajar Anda menarik bagi para siswa sehingga mereka menyukai Anda. Cobalah untuk sabar dan telaten menuntun mereka belajar. Selingi jam mengajar Anda dengan dongeng dan lelucon.• Jangan memaksa anak menghafal rumus matematika. Ajaklah mereka memahami teori dan langkah-langkah pengerjaan soal dengan memberi contoh yang dekat dengan dunia anak-anak.• Cobalah membuat sketsa untuk mempermudah siswa memahami soal cerita. Khusus untuk geometri (pelajaran ruang bangun), ajaklah siswa membuat alat peraga bersama.• Cobalah Anda membuat bank soal dari soal-soal sulit yang ditemukan dari sumber mana pun. Anda dan semua siswa mencoba menyelesaikan semua soal itu bersama-sama. Bisa juga dibentuk kelompok belajar. Setiap kelompok harus ada 1 dan 2 anak yang pandai matematika supaya bisa membantu teman-temannya. Tentu saja Anda tetap memberi petunjuk penting. Semoga keempat cara di atas bermanfaat bagi guru-guru.

2. Orang tua, Artikel: Menjalin Komunikasi Orang Tua dan Anak



MENJALIN KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK

Oleh :Drs H Yusron Hadi, MM
Kepala SMP Negeri 2 Buduran Sidoarjo

PENDAHULUAN
      Meluangkan waktu bersama-sama merupakan syarat utama untuk menciptakan komunikasi antara orang tua dengan anak. Karena dengan adanya waktu bersama, barulah keintiman dan keakraban dapat diciptakan antar anggota keluarga. Bagaimanapun juga, tidak seorang pun dapat berkomunikasi dengan baik apabila mereka tidak pernah bertemu ataupun bercakap-cakap bersama.
      Apabila orang tua membiasakan diri meluangkan waktu bersama, tentu perasaan saling asing akan hilang. Jika suasana akrab telah terbina dengan baik dan orang tua dapat melakukan pendekatan pribadi kepada anak, maka semua masalah yang dirasakan anak akan mudah diketahui oleh orang tua.

KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK
      Kita mengetahui, bahwa anak-anak sering menghadapi berbagai macam persoalan, kesulitan, dan kekhawatiran. Persoalan yang dihadapi anak, umumnya relatif masih kecil, tidak sebesar masalah yang dihadapi oleh para orang tuanya.
         Memang, pada umumnya para orang tua sudah memperhatikan mereka, terutama jika mereka mengalami kesusahan. Tetapi, sebenarnya para orang tua tidak benar-benar merasakan kesulitan yang sebagaimana kesulitan yang dihadapi oleh anak. Para orang tua, pada umumnya merasa sudah mengetahui jalan keluar dari masalah yang dihadapi anak. Sayangnya, anak seringkali merasa masalahnya tidak selesai, bahkan anak menganggap orang tuanya tidak mengerti masalah yang dihadapi anak.
      Suatu sikap yang bijaksana apabila orang tua menyediakan cukup waktu untuk percakapan pribadi dengan anak-anak mereka. Pada kesempatan seperti ini, para orang tua akan mendengar atau menemukan banyak hal di luar masalah rutin. Mungkin ada pula hal-hal yang serius. Sebagai orang tua, tentu kita merasa lega apabila anak-anak mau membuka isi hatinya. Kita pun harus waspada dan berhati-hati untuk memisahkan perasaan anak-anak dengan persepsi orang tua. Tentu saja, ada hal-hal yang di luar pemahaman mereka, sehingga orang tua perlu menempatkan segala sesuatu dalam proporsi yang wajar.
      Ketika anak-anak maupun para orang tua sedang menghadapi suatu masalah dan bersedia mengemukakannya, salah satu pihak biasanya merasa perlu untuk membantu pihak yang lain. Yang lebih sering terjadi adalah para orang tua berusaha untuk menangani masalah yang dihadapi oleh anak-anak mereka.
      Sayangnya, niat baik tersebut seringkali tidak mencapai hasil yang diharapkan. Kadang-kadang anak tetap merasa masalahnya tidak selesai dan bahkan anak menganggap orang tuanya telah meremehkannya. Tidak jarang terjadi, orang tua menyambut keluhan anak dengan menyalahkannya. Apabila hal demikian yang terjadi, berarti komunikasi antara orang tua dengan anak mengalami hambatan. Dalam hal ini, orang tua telah bersikap tidak efektif dalam masalah yang dialami anak.

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
      Beberapa resep untuk mengadakan komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak adalah sebagai berikut.
1. Orang tua harus mencintai anaknya dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih apapun.
2. Orang tua perlu terus belajar tentang perkembangan dan sifat-sifat anak, dan mau mendengarkan pendapat mereka.
3. Orang tua harus kreatif dalam berkomunikasi dengan anak-anak mereka dan mampu menciptakan suasana yang menyegarkan
4. Komunikasi harus dalam suasana saling menghargai, dalam bertegur sapa tidak boleh saling melukai harga diri anak maupun orang tua.
5. Orang tua harus menunjukkan pengertian lebih dulu kepada kondisi anak, baru memberikan nasihat atau perintah.
      Apabila para orang tua terampil dalam berkomunikasi dengan anak-anak mereka, maka anak-anak akan merasa memiliki kontrol yang semakin baik atas dirinya sendiri. Dengan cara memberikan beberapa alternatif kepada anak, akan menghindarkan orang tua pada jalan buntu yang akan menjebak diri sendiri. Jelasnya, tujuan dari komunikasi dengan anak adalah menciptakan suasana persahabatan yang hangat, sehingga anak-anak akan merasa aman bersama dengan orang tuanya.

KESIMPULAN
      Sekarang ini banyak orang yang berpendapat bahwa orang tua tidak perlu lagi memperhatikan anak-anak mereka. Kalau anak sudah dimasukkan sekolah, maka semuanya sudah beres.
      Tentu saja, pendapat seperti ini perlu diperbaiki. Pada umumnya, anak-anak berada di lingkungan sekolah hanya sekitar 6 jam dalam sehari. Hal ini berarti lama waktu ketika berada di lingkungan keluarga adalah lebih banyak yaitu sekitar 18 jam sehari.
      Ketika berada di lingkungan sekolah, anak-anak mendapatkan ilmu sesuai dengan kurikulum sekolah, sedangkan ilmu kemasyarakatan dan pergaulan lebih banyak diperoleh di luar sekolah. Kekosongan ilmu yang tidak diperoleh anak-anak di sekolah itulah yang menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mengisinya.

DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex. 1995. Membina Komunikasi antar Orang Tua dan Anak. Penerbit Angkasa Bandung.
Hadi, Yusron 2003. Gaya Orang Tua Mendidik Anak. Majalah Media yang diterbitkan Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur. Edisi bulan November 2003.












1. Manten, Foto manten pandu-han, Sabtu, 18-7-2009

Keluarga Yusron, 18-7-2009
Pandu-Hanzrah, 18-7-2009
Pandu-Hanzrah, 18-7-2009
Kadin Pendidikan Kab Sidoarjo, 18-7-2009